“Ya, karena di sini ada BPJS, kenapa tidak dimanfaatkan. Cukup membantu dari segi biaya, walaupun memang ada obat-obat baru yang belum masuk skema BPJS,” jelas dr. Ronald.
Kondisi ini menunjukkan pentingnya penguatan sistem layanan kanker dalam negeri.
Di sisi lain, kepercayaan terhadap tenaga medis lokal dan fasilitas kesehatan di Indonesia perlahan mulai meningkat, apalagi dengan berkembangnya cancer center dan layanan multidisiplin di rumah sakit-rumah sakit besar, baik pemerintah maupun swasta.
Acara ROICAM 2025 sendiri menjadi salah satu forum yang menjembatani kolaborasi antar rumah sakit, pemerintah, dan pemangku kepentingan lain untuk menghadirkan layanan kanker yang lebih aksesibel, terstandar, dan tidak kalah dengan luar negeri.
BPJS Masih Jadi Andalan
Kehadiran BPJS memang menjadi penyelamat banyak pasien kanker.
Meski belum semua lini terapi tercakup, banyak pasien yang merasa terbantu dari sisi pembiayaan mulai dari kemoterapi hingga rawat inap.
Namun, untuk mengejar standar layanan global, sistem ini perlu terus dikembangkan.
BACA JUGA:Peneliti Australia Temukan Kekuatan Baru Racun Lebah Madu untuk Melawan Sel Kanker Payudara
Perluasan cakupan obat, efisiensi rujukan, serta distribusi SDM onkologi yang merata menjadi pekerjaan rumah besar bagi sistem kesehatan Indonesia.
Melalui forum seperti ROICAM, para ahli berharap Indonesia tak hanya menjadi tempat “rujukan balik” bagi pasien dari luar negeri, tapi justru menjadi negara dengan layanan kanker yang terpercaya dan komprehensif dari awal hingga akhir.