Pujian ini adalah validasi global atas apa yang sebenarnya sudah kita ketahui selama puluhan tahun.
Papua adalah tambang emas talenta sepak bola yang tidak ada habisnya.
FIFA melihat ada sesuatu yang spesial dari para pemain muda asal Papua ini. Entah itu skill alami, kecepatan, atau insting bermain yang tidak bisa diajarkan.
Ironisnya, pujian FIFA ini datang di saat kita sedang gencar-gencarnya mencari pemain diaspora untuk tim senior.
Ini menunjukkan sebuah paradoks. Kita sibuk mencari bakat di luar negeri.
Padahal FIFA sendiri mengakui kalau harta karun kita ada di dalam negeri, di Papua.
Ini bukan berarti program diaspora itu salah, tapi pujian FIFA ini adalah pengingat keras bahwa kita tidak boleh melupakan pembinaan internal.
Pengakuan ini tentu jadi kebanggaan luar biasa. Namun di sisi lain, ini juga menjadi tamparan keras bagi sistem pembedaan Timnas Indonesia.
Selama ini kita tahu betul masalahnya. Bakat-bakat alam ini seringkiali ditemukan meskipun tidak ada sistem bukan karena ada sistem.
Mereka terlalu sering hilang di tengah jalan karena kurangnya pembinaan yang profesional dan berjenjang.
Pujian dari FIFA ini adalah sebuah harapan sekaligus tanggung jawab besar.
Harapan bahwa mutiara hitam kita akan bersinar di panggung dunia. Dan tanggung jawab bagi PSSI untuk memastikan bakat-bekat ini tidak lagi layu sebelum berkembang.
Tentu Fans Garuda semua berharap sorotan FIFA ini menjadi awal dari pengelolaan talenta Papua yang jauh lebih serius ke depannya.