Dompet Dhuafa sejak awal berdiri fokus pada gizi dan asi. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) terus mengembangkan budaya sehat Nusantara.
Seminar ini mengingatkan makanan lokal dalam pemenuhan gizi. Di sebagian masyarakat kita banyak manfaatkan kearifan lokal seperti daun kelor, ati ayam yang dialuskan, bubur jagung.
BACA JUGA:Kasasi Ditolak, Zarof Ricar Tetap Divonis 18 Tahun: Kejagung Segera Ekskusi!
Ahmad berharap, “Budaya konsumsi dengan sumber daya yang kita miliki sebagai pemenuhan ketahanan pangan kita. Warisan nenek moyang diharapkan dapat dikuatkan dan dikembangkan dengan inovasi dan teknologi saat ini”.
Partisipasi 80 peserta luring yang terdiri dari kader Posyandu, fasilitator, penanggungjawab program LKC Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, serta perwakilan dari organisasi masyarakat dan media. Secara daring, acara ini menjangkau 800 peserta melalui siaran langsung YouTube.
“Kader Pos Sehat adalah ujung tombak perubahan di masyarakat. Melalui seminar ini, kami berharap tidak hanya meningkatkan kapasitas kader, tetapi juga mendorong terciptanya resep dan produk MPASI berbahan lokal yang dapat langsung diterapkan di Posyandu,” jelas drg. Martina Tirta Sari.
Pada pola MPASI, menurut dr. Ika Nurillah Satriana mengatakan pola makan menjadi hal penting dalam pemenuhan MPASI, makan adalah proses tumbuh kembang anak, anak perlu belajar makan, bujuk dengan kasih sayang dan kesabaran.
BACA JUGA:Raja Abdullah Puji Kepemimpinan Prabowo: Indonesia Bergerak ke Arah Lebih Baik
BACA JUGA:Bersama Raja Yordania, Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia Dukung Kemerdekaan Palestina
Kenalkan berbagai jenis makanan sedari dini pada bayi (6 bulan) agar bayi terbiasa menguyah dan mengenalkan ragam rasa makanan.
Di waktu yang sama dr. Hani Purnamasari mengatakan, “MPASI siap diberikan pada 6 bulan hingga 2 tahun, periode emas tumbuh kembang anak. Dalam pola MPASI harus dilakukan pemantauan, hal tersebut bertujuan untuk deteksi dini masalah gizi, memastikan intervensi cepat dan tepat, mengoptimalkan tumbuh kembang anak”.
“ Hal tersebut untuk mengurani dampak kekurangan gizi. Bilamana terjadi kekurangan gizi pada tumbuh kembang akan berdampak pada kekebalan tubuh rendah dan rentan penyakit, keterlambatan perkembangan otak dan kognitif, gangguan pertumbuhan, risiko penyakit kronis,” tambah dr. Hani Purnamasari.
LKC Dompet Dhuafa mengajak semua pihak untuk bersinergi mendampingi setiap keluarga dalam memantau tumbuh kembang anak dan mendorong penerapan MPASI yang bergizi dan berbasis bahan pangan lokal.
BACA JUGA:1.113 Lowongan, Seleksi CPNS Kemenkeu 2026 Terbuka untuk Jebolan STAN dan SMA
BACA JUGA:Cegah Pelaku Kejahatan Lintas Negara, Menkum Teken ASEAN Treaty on Extradition