Kebun Agrinas

Kebun Agrinas

Potret Perkebunan Kelapa Sawit-Tangkapan Layar Youtube @Kementerian Pertanian RI-Tangkapan Layar Youtube @Kementerian Pertanian RI

ANDA pun akan punya bayangan yang sama: alangkah sibuknya perusahaan baru itu –tiba-tiba saja punya kebun sawit terbesar.  Terluas. Kebun sawitnya sudah berbuah pula. Bukan baru akan tanam.

Terluas itu seberapa luas? Anda sudah tahu: 1,1 sampai 1,2 juta hektare.

Maka tiba-tiba saja perusahaan baru itu menjadi raja sawit Indonesia. Mengalahkan Sinar Mas Group, Astra Group, maupun grup Wilmar.

Anda sudah tahu nama perusahaan baru itu: PT Agrinas Palma Nusantara. Milik BUMN –berarti milik Danantara.

Anda juga sudah tahu: kebun sawit tersebut berasal dari hasil sitaan para pelanggar izin perkebunan. Mereka dianggap menggunakan tanah negara tanpa prosedur yang benar. Disita.

Yang terakhir disita adalah kebun milik grup PT Duta Palma. Luasnya 217 ribu hektare.

Anda sudah tahu siapa pemilik Duta Palma: Surya Darmadi. Pengusaha asal Medan itu kini sedang di penjara. Pengadilan menjatuhkan hukuman 15 tahun untuk Surya Darmadi. Termasuk ringan untuk tuduhan melakukan korupsi Rp 72 triliun. Kini aset kebun yang membuatnya masuk penjara sudah disita negara.

Hebatnya, penyitaan yang begitu bersejarah tidak ada kehebohan apa pun. Penyitaan berjalan tanpa gejolak. Luar biasa. Tidak ada yang keberatan. Tidak ada yang protes. Tidak ada yang menggugat. Bahkan asosiasi perusahaan sawit pun tidak bersuara apa-apa.

PT Agrinas sendiri sengaja dibentuk sebagai penampung kebun-kebun sawit yang disita negara. Menteri BUMN Erick Thohir sangat sigap dalam menyiapkan kendaraan baru sebagai pengangkut sitaan sawit.

Tentu Erick ahli di bidang itu. Agar bisa cepat tidak perlu mendirikan PT baru. Tidak perlu harus mulai dari nol. Terlalu banyak dokumen yang harus disiapkan.

Cara yang ditempuh Erick: pakai saja perusahaan yang sudah ada. Ubah saja salah satu perusahaan BUMN yang masih bisa diubah. Tinggal ganti namanya, tujuan perusahaannya dan ganti direksinya.

Perusahaan BUMN yang dipilih untuk diubah adalah PT Indra Karya. Perusahaan kecil untuk ukuran BUMN. Ternyata perusahaan kelas gurem di BUMN ada juga manfaatnya.

Maka PT Indra Karya, diubah namanya. Jadi PT Agrinas Palma Nusantara. Diubah tujuannya: dari konsultan dan kontraktor jembatan, pengairan, dan jalan menjadi perusahaan perkebunan.

Kelebihan Indra Karya: perusahaan ini kecil tapi sehat. Tidak ada cacat keuangan maupun hukum. Kelebihan penting lain: sahamnya masih 100 persen milik negara.

Maka begitu disetori modal berupa 1,2 juta hektare kebun sawit tidak akan ada masalah. Setoran modal seperti itu tidak bisa dilakukan pada perusahaan BUMN yang sudah go public.

Bahwa Indra Karya harus banting stir dari kontraktor ke perkebunan tidak ada masalah. Toh karyawan Indra Karya tidak banyak.

Karyawan lama, terutama di bagian keuangan, bisa langsung kerja di bagian keuangan Agrinas. Karyawan bagian lain bisa diserap untuk pemeliharaan jalan dan pengairan kebun.

Masalah akan muncul saat serah terima kebun sitaan dilakukan. Apalagi kalau kebun yang diserahkan itu punya utang yang besar. Baik utang ke bank maupun ke pemasok.

Saya masih sulit membayangkan bagaimana teknis serah terimanya.

Mungkin di situ sulitnya. Maka, sampai saat ini, penyitaan kebun sawit besar-besaran itu masih sebatas pada dua hal: penandatanganan naskah penyitaan dan pemasangan papan penyitaan.

Dalam praktik sehari-hari perkebunan itu masih dikelola pemilik lama. Masih dipanen oleh perusahaan lama. Hasilnya pun tetap masuk ke perusahaan lama.

Walhasil PT Agrinas Palma Nusantara ternyata belum melangkah masuk ke kebun. Lokasi kebunnya sendiri berada di 9 provinsi, di 64 kabupaten. Begitu banyak perusahaan yang kena sita: 369 perusahaan.

Di dunia usaha, apa yang terjadi di perkebunan sawit ini merupakan satu peristiwa yang luar biasa spektakulernya. Ini akan menjadi peristiwa bersejarah: bila baik akan jadi sejarah baik, bila buruk akan jadi sejarah buruk.

Di sini beda baik dan buruk hanya setipis rambut dibelah tujuh bekas. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 12 Juni 2025: Gelap Terang

Nimas Mumtazah

Membaca komentar Pak L...

Mengulik kenangan di pesantren. Sandiwara Radio, Brama kumbara dan Mantili, paling mangkel sama Lasmini. Di kami baru boleh dengar selasa dan jumat, nyucipun radio kami gotong ke jeding 

Caranya kami taruh di tembok pembatas. Sambil nyuci kami nikmati 'kesaktian 'Brama kumbara dan mantili. Sandiwara Radio usai kami lanjut cerita di madrasah. Sambil menunggu episode berikutnya.

Masa² itu ngangeni ternyata..

Lagarenze 1301

Puncak kejayaan radio terjadi kala saya masih SD. Ketika itu, hidup tidak akan lengkap tanpanya. 

Anak-anak hingga orangtua duduk tertib di depan kotak segi empat tersebut. Tetangga pun ikut ngumpul. Ditemani kopi dan penganan.

Yang dinanti-nanti setiap pagi adalah ini: sandiwara radio. 

Menunggu kemunculan Brama Kumbara dan Mantili di " Saur Sepuh". 

Atau, Arya Kamandanu dan Sakawuni di "Tutur Tinular". 

Atau, Sembara dan Mak Lampir di "Misteri Gunung Merapi".

Tak ada efek sinema, apalagi AI. Mata terpejam lebih asyik. Hanya telinga yang dibuka lebar-lebar mendengarkan cerita lewat narasi, dan adu kesaktian lewat efek suara. 

Imajinasi melayang. Membayangkannya. Membuatnya nyata di kepala.

Durasi satu jam dirasakan berlalu begitu cepat. Padahal, satu jam itu tak semua cerita, 30 menitnya adalah iklan.

Anak-anak zaman sekarang tidak akan pernah mengalami masa-masa itu. Ketika ibu meninggalkan masakan di dapur demi mendengarkan sandiwara radio.

Cak Amin

Tidak Biasa, itulah yang pernah dilakukan DR. Arsal Sahban ketua RT yg menjabat Kapolres Lumajang 2018-2019, belaiu berhasil menekan dengan signifikan angka kriminalitas tertinggi di kabupaten Lumajang yaitu pencurian dan pembegalan motor. Bersama Tim Cobra bentukanya melakukan operasi besar-besaran terhadap pemilik dan penadah motor bodong terutama di lumbung-lumbung motor bodong. Fenomena motor disembunyikan dan dibuang di hutan karena ketakutan terjadi saat kapolres yng menjadi momok penjahat menjabat. Tim Cobra berhasil membuat pelaku pencurian dan pembegalan kesulitan menjual hasil kejahatanya, sayangnya Tim Cobra dibubarkan dan Kerja Kerja Tidak Biasa  DR. Arsal Sahban belum dilanjutkan oleh penerusnya.

djokoLodang

-o--

WANITA KAYA

         Seorang wanita muda diantar pramugari saat masuk pesawat. Mereka menemukan tempat duduknyi berdampingan dengan seorang pria tua berpenampilan miskin.

Pramugari bersiap beranjak pergi, ketika wanita itu tiba-tiba berkata, "Tolong segera carikan saya tempat duduk lain." 

 "Maaf, Bu, tetapi kabin ekonomi sudah penuh." 

Wanita itu menjawab, "Tetapi saya tidak mau duduk dekat seorang gelandangan yang tidak berguna. Lakukanlah sesuatu." 

         Sementara pria tua itu menatap tidak percaya, pramugari menjawab ramah, "Saya akan berbicara dengan Kapten tentang hal ini." 

            Pramugari mendatangi Kapten. "Kapten, seorang wanita merasa tidak nyaman duduk di samping pria tua miskin. Apa yang harus kita lakukan?" 

Wajah Kapten sedikit  berubah. 

"Wah, ini menarik. Saya belum pernah menghadapi masalah seperti ini sebelumnya. Saya punya ide bagus. Dengarkan.." 

Ia memberitahu pramugari apa yang ingin ia lakukan. Pramugari itu tercengang mendengarnya.

 Pramugari itu kembali. 

“Kapten berkata kita bisa menggunakan kursi kosong di Kelas Utama. Kami juga ingin meminta maaf karena Anda harus bepergian dengan orang yang berperilaku sangat buruk.”

         Saat wanita muda bangkit dari kursinyi, pramugari mengulurkan tangan ke arah pria tua di sebelahnyi. “Tuan, maukah Anda mengikuti saya?” 

Serentak, tepuk tangan membahana di dalam pesawat.

--koJo.-

Fajar Priokusumo

"Hubungan SS dengan Polisi sudah seperti sayur lodeh dan sambal terasi"

Ini sudah seperti CHD dalam skala lebih kecil. CHD dan perusuhnya sudah seperti dealer dan leasing.

Nusantara Hijau

Berdasarkan pengalaman Pak Agus di dua kota itu,mungkin bisa jadi satu buku sendiri.

Apalagi kalau kerjasama dengan YPTD-nya Pak Thamrin Dahlan.

Misal beda kemacetan antara Jakarta dan Surabaya .

Atau karakter penduduknya.

Atau enak mana antara Masakan Padang di Jakarta dan Surabaya.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

@Jo Neca..

Meski Lansia, saya masih tetap setir sendiri.

Sehari-hari, di Jakarta, masih setir, rumah ke kantor pp.

Karena masih "wira-wiri", 2 minggu di Jakarta + 2 minggu di Surabaya, maka kalau pas di Surabaya juga sesekali setir sambil dengerin SS.

@@

Selama di Jakarta, sempat 3x lho, setir sendiri Jakarta - Surabaya pp.

(Tapi mampir tidur semalam di Semarang.

Gak kuat matanya kalau langsun)..

Sadewa 19

Gunung tidak harus tinggi

Yg penting ada Dewanya

Sungai tidak harus dalam

Yg penting ada Naganya

Laut tidak harus luas

Yg penting ada pagarnya

Pulau tidak harus lebar

Yg penting ada tambangnya

Anak tidak harus cakap

Yg penting jadi penerusnya

Ijasah tidak harus asli

Yg penting ada copiannya

bagus aryo sutikno

Surabaya melahirkan radio SS, Wono Kairun dan Susan Ria Enes.

Alex Ping

Dompet tidak harus tebal, yang penting punya simpanan.

Istri tidak harus cantik, yang penting punya simpanan.

Lho kok sama? hehehe

Muh Nursalim

Evolusi radio. Seperti jerapah. konon, dulu lehernya seperti kuda. pendek saja. lambat laun rumput habis tinggal daun. ia ndongak-ndongak untuk meraih makanannya. lama-lama jadi panjang. Dulu radio hanya berita dan hiburan. Orang sudah dapat hiburan dari hape. berita dari internet. maka terobosan radio SS seperti si jerapah itu. untuk bisa bertahan menyesuaikan dengan keadaan.

Yusuf Ridho

Abah, gelar saya juga SS. Tapi, bukan "Suara Surabaya", melainkan "Sarjana Sastra". :-)

Mbah Mars

Bolkin pulang haji. Di rumah ia disambut para tetangganya. Ditemani camilan ala Arab seperti kurma, kismis, kacang Arab dan air zamzam para tetangga mendengarkan Bolkin yg sedang ‘ngethuprus’.

“Saya kemarin termasuk jamaah yg jalan kaki dari Muzdalifah ke Mina”

“Bagaimana dengan tendanya ? muat tidak ?”, tanya Solikin.

“Alhamdulilah cukup”

Setelah para tamu pulang. Ditemani Menuk dan Jabrik, Bolkin membuka koper. Mengeluarkan isinya. 

“Saya beli radio Islami di Mekah ini”

“Islami ?”, sahut Menuk.

“Iya. Setiap hari isinya hanya baca Qur`an saja”

Setelah radio disetel terdengarlah musik dangdutan. Setelan radio digulir ke kanan ketemu dangdutan juga. Digulir ke kiri lagu dangdut lagi.

“Wah, saya ketipu Ma, katanya radio Islami. Di sana saya coba baca Qur`an terus,  lha kok sampai rumah dangdutan. Dosa besar penjualnya. Menipu kok di Tanah Suci”

daeng romli

Pepatah lama China: "Gunung tidak harus tinggi yang penting ada dewanya"

Pepatah jaman now china : Gunung tidak harus tinggi yang penting ada nikelnya" 

Apalagi ada Logam Jarang nya......hehehehehe

#wesngonoae

Sadewa 19

Saya punya kenalan, orang NZ. Dia sdh lama kerja di perusahaan swasta di Indonesia, saat tiba masa pensiun, dia memilih pensiun di negara asalnya. Saya tanya  kenapa gitu Pak ? Dia jawab: iya karena kalau pensiun di NZ, saya dapat uang saku tiap bulan +/- 20 jt kalau dirupiahkan. Saya tanya lagi: Bukankah bapak kerja di swasta ? Kok bs dapat uang pensiun dari negara ?. Ia jawab lagi: Walaupun saya kerja swasta, tetapi saya tetap bayar pajak dan semacam iuran BPJS versi sana, saat pensiun, uang uang itulah yg dikembalikan ke kita. 

Kalau di konoha, pensiunan swasta, tidak semujur bapak tadi, mereka tetap harus berjuang, bahkan mungkin dijalanan dengan seragam yg berbeda.

Tivibox

Orang kehilangan motor lapornya ke SS

Warga kehilangan anak, nelponnya ke SS

Mengapa ?

Karena kalau lapor ke SS prosedurnya sederhana saja, 

Ungkapan masalah anda langsung ditindak lanjuti

Tak ada prosedur bertele-tele

Kalau lapor ke yang lain mungkin bisa agak lama, prosedurnya, penanganannya

Jadilah SS pilihan pertama, untuk segala urusan

Pendengarnya pun tambah banyak, iklan juga banyak masuk

Warga merasa beruntung, SS pun demikian

Simbiosis mutualisme.

Fra Wijaya

Ingat banget saat ada pendengar melaporkan ada kebakaran rumah disalah satu jalan di Surabaya,Mbak Emma malah bertanya antara apa dan apa pak,hehehehe,mngkin daking capeknya ngurusi kecelakaan di berbagai kota seputar Surabaya,Selamat ulang tahun ya Radio kesayangan moga tetep jaya di udara

ikhwan guru sejarah

Buku 72 tahun Cak Nun telah terbit. Buku ini berisi narasi lengkap berbagai peran Cak Nun dalam berbagai bidang kehidupan. Buku ditulis berbagai tokoh yang pernah berinteraksi dengna Cak Nun.  Saya baru baca beberapa lembar di Instagram salah satu penulisnya. Dan saya sudah berurai air mata... betapa beliat telah mengabdikan seutuh-utuhnya dirinya bagi menemani kaum pinggiran sepanjang hidupnya.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

@Indra Hungih..

KETAGIHAN HP LEBIH BERBAHAYA DARI KECANDUAN "CANDU"..

Dulu orang kecanduan candu.

Sekarang orang kecanduan HP.

Bedanya: candu dilarang.

Sekarang, orang kecanduan HP dibiarkan.

Banyak orang tua takut anaknya kecanduan HP.

Padahal orang tuanya juga sama.

Kadang malah lebih paripurna, kecanduannya.

Padahal, efeknya, kecanduan candu dan kecanduan HP.itu sama.

Sama-sama bikin orang lupa diri, malas bersosialisasi, susah fokus, hidup cuma mengejar notifikasi.

Untuk candu, negara sudah serius: 

Ada polisi narkoba, BNN, penjara, dan panti rehab khusus candu.

Untuk HP? 

Tidak ada!!

Tidak ada yang melarang, tidak ada yang menyadarkan. 

Bahkan anak-anak pun dibiarkan kecanduan sejak kecil.

Maka jangan tunggu pemerintah.

Kalau kita merasa mulai terganggu: 

Tidur tak nyenyak, ngobrol tak nyambung, hidup tak tenang—mungkin kita sudah kena.

Kita harus bertindak sendiri. 

Kurangi waktu layar.

Matikan notifikasi.

Kembalikan hidupmu.

@@@

HP itu alat, bukan majikan.

Kalau kita tak bisa lepas HP sama sekali, berarti:

1). Kita bukan pengguna.

2). Kita korban..!!

Rizal Falih

Jika sedang berkendaraan sendiri, siaran radio selalu menjadi teman setia menulusuri kemacetan Jakarta. Menikmati lagu. Sambil mendengarkan celotehan penyiarnya. Menghibur sekali. Kadang diselingi update berita ringan trafik lalu lintas.  

Banyak artis yang juga sukses menjadi penyiar radio. Ada Nino RAN, Asri Welas, Desta, Indy Barends dan yang lainya. Membayangkan artis yang juga menjadi penyiar radio. Dalam hati bertanya berapa para penyiar artis dibayar oleh pemikik  stasiun radio? 

Ternyata penghasilanya lumayan besar. Seperti dikutip dari Kompas. Gaji penyiar radio yang sudah memiliki jam terbang tinggi di jam-jam prime time bisa mencapai lima puluh juta rupiah sebulan. Hanya untuk siaran dua sampai tiga jam per hari. Penghasilan sebesar itu, mungkin sebanding dengan pendapatan pemilik radio dari iklan yang masuk. 

Tapi apakah radio akan bisa terus bisa exis di era media hiburan dan informasi yang semakin mudah didapatkan dari smartphone. Jika ditanyakan ke generasi gen Alpha, tentu lebih tau dan memilih  youtobe, tiktok atau media sosial yang lainya sebagai sarana untuk mencari sumber informasi dan hiburan dibandingkan radio. Pada akhirnya bisa jadi, radio pun akan sama nasibnya menjadi seperti koran dimasa kini.

elk4174

Pak Dahlan, tolong bahas banjir Rob Pantura di Sayung dong.

jangan hanya toll laut yang dari dasar ribuan bambu

Er Gham 2

No viral no justice. Tambang nikel di Raja Ampat, kalau tidak dibuat viral, tidak tersentuh juga.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

JEPANG PERNAH DIHANTAM INDONESIA 7-0 — LALU BANGKIT BERKAT CERITA MANGA DAN ANIME CAPTAIN TSUBASA..

Tahukah Anda? Tahun 1968, Timnas Indonesia mengalahkan Jepang 7-0 di Turnamen Merdeka, Malaysia. Saat itu, Jepang belum serius mengembangkan sepakbola—bahkan kalah populer dibanding bisbol.

Indonesia saat itu punya pemain hebat seperti Yacob Sihasale, Sutjipto Suntoro, Abdul Kadir, Surja Lesmana, dll. Tapi, semua berubah ketika Jepang terinspirasi oleh manga dan anime legendaris: Captain Tsubasa (terbit 1981, tayang 1983), karya Yōichi Takahashi.

Kisah Tsubasa Oozora menghidupkan mimpi anak-anak Jepang jadi juara dunia. Dampaknya luar biasa: dari Nakata hingga Honda, bahkan Messi dan Iniesta mengaku terinspirasi.

Titik balik Jepang datang pada 1993, saat membentuk liga profesional J.League dan meluncurkan blueprint 100 tahun (1993–2092). Fokus pada pembinaan usia dini, sekolah & klub terintegrasi, sports science, serta belajar dari Brasil & Eropa.

Tidak ada korupsi. Tidak ada nepotisme.

Hasilnya? Sejak 1998, Jepang selalu lolos ke Piala Dunia dan kini jadi raksasa sepakbola Asia.

Er Gham 2

Kalau tarif otak atik daftar zonasi atau domisili di level provinsi (SMA Negeri) berkisar 6 juta sd 10 juta. Bayangkan kalau ada 5 sekolah negeri favorit di setiap kota atau kabupaten dan masing-masing sekolah yang lewat zonasi ada 100 orang. Dikali jumlah sekolah negeri satu provinsi. 

Kalau tarif ke SMP negeri sekitar 3 juta sd 5 juta. Ini diotak atik daftar nya di level kota atau kabupaten.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 144

  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Thamrin Dahlan YPTD
    Thamrin Dahlan YPTD
  • Mak Rambe
    Mak Rambe
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Herry Isnurdono
      Herry Isnurdono
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Herry Isnurdono
    Herry Isnurdono
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Tivibox
      Tivibox
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • didik mangkubata
      didik mangkubata
  • Rizal Falih
    Rizal Falih
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • pak tani
    pak tani
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Om gEnk
    Om gEnk
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
  • Nimas Mumtazah
    Nimas Mumtazah
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • Johan
    Johan
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Fiona Handoko
      Fiona Handoko
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Fiona Handoko
    Fiona Handoko
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Warung Faiz
    Warung Faiz
    • Fiona Handoko
      Fiona Handoko
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • Fajar Priokusumo
    Fajar Priokusumo
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
  • Runner
    Runner
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
    • Runner
      Runner
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Tivibox
    Tivibox
  • ahmad Tajudin umar
    ahmad Tajudin umar
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • ALI FAUZI
    ALI FAUZI
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • djokoLodang
      djokoLodang
  • Hendro Purba
    Hendro Purba
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Sadewa 19
    Sadewa 19
  • Tiga Pelita Berlian
    Tiga Pelita Berlian
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Eyang Sabar56
    Eyang Sabar56
    • bitrik sulaiman
      bitrik sulaiman
  • ALI FAUZI
    ALI FAUZI
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • my Ando
      my Ando
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
    • my Ando
      my Ando
  • Tivibox
    Tivibox
  • siti asiyah
    siti asiyah
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • my Ando
      my Ando
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
    • my Ando
      my Ando
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • my Ando
      my Ando
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Muhammed Khurmen
    Muhammed Khurmen
    • my Ando
      my Ando
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • my Ando
    my Ando
  • Hendri Ma'ruf
    Hendri Ma'ruf
    • my Ando
      my Ando
  • my Ando
    my Ando
    • demi agoes
      demi agoes
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • DeniK
    DeniK
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
  • Khairul Refdi
    Khairul Refdi
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
  • Jo Neca
    Jo Neca
  • Ima Lawaru
    Ima Lawaru
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Ima Lawaru
      Ima Lawaru
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • Muhammed Khurmen
      Muhammed Khurmen