Airmata Ira
Mantan Direktur Utama PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi-Istimewa-
Saya menitikkan air mata di Wamena: saya dikabari hari itu Ira Puspadewi dijatuhi hukuman 4,5 tahun. Ketua Majelis Hakimnya sendiri, Sunoto, berpendapat Ira tidak bersalah, tapi kalah suara dengan dua hakim anggotanya.
Sayalah yang minta Ira pulang ke tanah air: agar mengabdi untuk bangsa sendiri. Dia sudah terlalu lama bekerja untuk perusahaan Amerika Serikat. GAP Inc. Yakni multinational corporation yang bergerak di bidang perdagangan pakaian.
Waktu itu saya sedang memerlukan seorang wanita muda yang bisa membuat PT Sarinah lebih maju.
Saya juga sudah memutuskan agar semua direktur PT Sarinah harus wanita. Saya melihat terjadi pasang naik wanita di dunia kerja. Juga di dunia manajerial. Tapi jumlah wanita yang berada di jajaran direksi BUMN belum mencerminkan besarnya jumlah wanita di dunia kerja.
Saya juga ingin menjadikan itu sebagai ”laboratorium” manajemen: apakah perusahaan yang dipimpin wanita semua bisa bersaing kemajuan dengan yang dipimpin laki-laki.
"Wanita dan anak muda adalah sumber kemajuan masa depan," --Anda masih ingat siapa yang mengatakan itu.
Sarinah pun maju. Setelah itu saya tidak tahu. Saya dengar Ira mendapat promosi ke perusahaan yang lebih besar --tapi juga lebih sulit: jadi direktur Pos Indonesia.
Lalu Ira jadi dirut ASDP. "Kalau berhasil di ASDP berarti Anda lebih hebat dari laki-laki mana pun," kata saya kepada Ira saat bertemu di suatu acara.
ASDP adalah perusahaan kapal ferry yang dunianya keras dan sangat laki-laki. Ternyata ASDP maju pesat. Calo pun habis --yang di permukaan maupun yang di dunia gaib. Juga yang di lapangan maupun yang di proyek.
Laba ASDP meningkat drastis. Labanya sampai Rp 3 triliun. Sebagai profesional dari perusahaan Amerika dia tahu bagaimana cara memperbesar perusahaan dengan cepat: tumbuh melebar --di samping tetap tumbuh ke atas. Cara tumbuh melebar terbaik adalah: akuisisi perusahaan pesaing!
Itu yang Ira lakukan. Dia membeli perusahaan swasta di bidang yang sama: Jembatan Nusantara. Ingat, yang dia beli adalah perusahaannya! Bukan kapal-kapalnya! Kapal-kapalnya adalah bagian dari perusahaan. Sudah termasuk di dalamnya.
Kesalahan pertama yang di-framing-kan kepada Ira adalah: Ira beli kapal bekas. Dia dianggap bersalah. Di situ pemahaman bisnis sama sekali tidak ada. Tidak bisa membedakan antara beli perusahaan dan beli kapal. Melihat kedunguan seperti itu rasanya dada ini meledak!
Saya akan terlalu emosional kalau harus meneruskan tulisan ini. Saya masih punya harapan: pengadilan tinggi akan membebaskan Ira. Sikap Ketua Majelis Hakim Sunoto yang menganggap Ira tidak bersalah adalah modal utama untuk naik banding.
Bahwa sang ketua kalah suara dari dua hakim lainnya itulah pahitnya. Hakim takut untuk membebaskan terdakwa yang oleh jaksa dituntut hukuman delapan tahun. Paling berani hakim hanya menghukum separo lebih ringan dari tuntutan itu.
Tapi bukan tidak ada hakim yang hebat. Di samping sang ketua itu, masih ada hakim yang mengadili mantan menteri perdagangan Tom Lembong. Juga hakim yang mengadili Milawarman, dirut BUMN Bukit Asam.
Kasus Milawarman sangat mirip dengan Ira. Ia melakukan akuisi perusahaan tambang lain. Sangat menguntungkan. Tapi dianggap salah. Ia pun jadi terdakwa. Lalu hakim membebaskannya.
Milawarman pun bebas. Tapi namanya sudah telanjur dirusak selama berbulan-bulan dan rusak seumur hidupnya. Orang seperti Milawarman hanya bisa menerima itu sebagai nasib. Hukum tidak mengatur bagaimana nasib orang yang namanya dihancurkan penegak hukum seperti itu.
Pun Ira, namanya begitu dihancurkan. Bacalah sendiri tulisan Agung Pamujo di bawah ini. Agung sekarang menjabat direktur Disway Malang.
Saya sendiri tidak tahan menulis lebih panjang lagi. Isinya hanya akan maki-maki. Saya pernah berada dalam posisi seperti Ira.(Dahlan Iskan)
***
Dia Ira...
Oleh Agung Pamujo
SEPTEMBER, 2018. Saat itu, sebagai sekretaris perusahaan di sebuah BUMN, saya mendampingi dirut untuk menghadiri acara kementerian BUMN di Hotel Inna Garuda, Yogjakarta.
Saya naik Garuda Indonesia dari Jakarta. Seperti biasa, saya memilih duduk di kursi darurat, di baris tengah. Yang jarak kursinya lebih longgar.
Setelah beberapa orang meninggalkan pesawat, saya baru berdiri untuk mengambil tas di kabin.
Saat itulah, bahu saya ditepuk seseorang. Saya menoleh. Ternyata Ira. Saya tahu saat itu Ira dirut PT ASDP Indonesia Ferry. "Hadir di acara di Inna, kan," katanyi.
Saya mengangguk. Sambil berpikir. Berarti Ira tadi duduk di baris ekonomi belakang.
Lalu, saya teringat ke Dirut saya sendiri --yang duduk di kelas bisnis. Ira yang lebih sukses duduk di ekonomi, baris belakang pula.
Saat itu, ASDP yang dipimpin Ira memang sedang terus melesat. Laba usahanya juga terus meningkat. Dibandingkan BUMN tempat saya bejerja, laba ASDP hampir 70 kali lipatnya.
Tapi, Ira duduk di kelas ekonomi, baris belakang lagi.
Meski saya kenal Ira sejak lama, dan saya tahu tingginya integritasnyi, saya masih tetap berdecak. Saya malu sendiri.
Lebih-lebih, saat beriringan di terminal bandara, saling nanya nginap di mana. Saya bilang di lokasi acara, Hotel Inna Garuda. "Aku di Amaris," kata Ira.
Saya kembali tercenung. Inna Garuda bintang 4. Saya pilih menginap di situ. Ira, di Amaris yang bintang 2.
Dan, saya makin tercenung, ingat Dirut saya. Dirut BUMN saya, yang labanya 1/70 laba ASDP, nginap di Hotel Tentrem. Hari itu, tarif Tentrem hampir 5 kali lipat tarif Amaris.
"Acara kita kan seharian. Hotel mung gawe turu," kata Ira, berbahasa Jawa yang artinya hotel cuma buat tidur semalam.
Saya, terkesiap. Saat itu.
Meski, ternyata itu bukan kali pertama saya tetap tercenung.
Dan, tentu saja bukan pula yang terakhir.
Karena, beberapa kali bertemu Ira lagi, saya kembali terkesiap, tercenung dan berdecak.
Seperti saat tahun 2023. Saat itu, Maret 2023, ada teman nikahin anaknya. Di Malang. Ira, saya, sama-sama diundang. Juga beberapa teman lain di luar Malang. "Nginep nang omahku wae. Kene ngumpul, crito-crito," kata Ira. Menginap di rumahku saja. Berkumpul. Cerita-cerita, itu ajakan Ira.
Ira memang punya rumah di Malang. Dia selalu tidak harus ke hotel kalau sedang ke Malang. Kota kelahirannyi. Kota tempat dia kuliah S1, di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB). Salah satu kota favoritnyi.
"Meski kecil, senang bisa punya rumah di Malang," katanyi soal rumahnyi di Malang itu. Rumah tiga kamar yang memang cukup sederhana dimiliki Ira, yang saat membeli rumah itu --sekitar tahun 2013-- adalah Direktur di GAP Inc, perusahaan ritel Amerika.
Termasuk, pada Maret 2023 itu. Selain untuk menghadiri nikahan Ira menyelesaikan pekerjaannya di ASDP di Surabaya.
Tidak hanya saya yang diundang menginap di rumahnyi. Pun teman-teman sesama undangan pernikahan. teman itu, untuk nginap di rumahnya. Ira hanya minta dibawakan pisang goreng dan mi godok (mi rebus).
Sampai di rumah Ira saya sempat heran kok tidak ada mobil di depan rumahnyi. Saya teringat ke teman-teman yang jadi direksi BUMN, di mana pun. Selalu ada mobil dengan sopir yang menunggu.
"Mungkin sopirnya disuruh pulang. Nginap tempat lain," pikir saya.
Saya ingat rumah Ira hanya tiga kamar. Dua untuk kita teman-temannyi (saat itu berenam, tiga cowok, tiga cewek. Jadi, satu kamar untuk cowok, satu cewek). Satu kamar lagi dipakai pasangan suami istri yang jadi penjaga rumah di Malang. Jadi, mungkin sopirnya disuruh nginap di tempat lain.
Tetapi, paginya, sampai menjelang berangkat ke acara nikahan, tidak ada mobil datang. Tidak Alphard, bahkan Innova.
Yang datang malah Avanza, mobil teman yang tinggal di Malang. Yang juga mau undangan nikahan itu. Ira pun nyantai ikut mobil Avanza itu. "Ayo berangkat...," katanyi.
Itu menyadarkan saya yang --lagi-lagi-- tercenung, terkesiap, saat itu. Membayangkan dirut saya, yang mencetak laba hanya 1/70 dari Ira, kalau pas di luar kota, pilih-pilih harus naik mobil apa. Teringat juga, beberapa teman Direksi yang bahkan untuk urusan pribadi, tetap pakai mobil kantor yang pasti bukan Avanza.
Saat bercerita kisah tersebut anak-anak saya --saat mereka bersiap masuk dunia kerja--, saya bilang: "Itulah integritas, nDuk."
Saya --beruntung-- berteman dengan Ira, sejak lama sekali. Kami satu kelas sejak kelas 1 di SMAN 1 Sidoarjo. Lalu, sekelas lagi, saat kuliah di Fapet UB.
Lulus kuliah, sempat lama tidak terhubung. Baru terhubung lagi, saat saya sudah bekerja di Jawa Pos. Kebetulan suami Ira, mas Zaim Uchrowi, juga orang media. Zaim jadi wartawan Tempo, Republika, dan sempat menjadi Komisaris Utama Kantor Berita ANTARA.
Sebagai teman sejak begitu lama, saya beruntung, punya teman yang jelas integritasnya. Selain tentu saja unggul dan baik pribadinya.
Saat masih sama-sama SMA, sejujurnya, saya tidak merasa beruntung! Karena, merasa mendapat saingan, lawan berat! Termasuk, saingan dalam hal organisasi di sekolah.
Ira, sejak SMA sudah tegas dan punya prinsip. Waktu SMA itu --tahun 1984, dia sudah maju ke kepala sekolah untuk izin memakai jilbab. Saya, teman sekelasnyi, bukannya mendukung. Saya malah menentangnyi dengan prinsip sok pakai aturan: "Kalau mau pakai jilbab ya di sekolah ....." Saya menyebut nama sekolah agama waktu itu.
Astaghfirullah. Saya masih jahiliyyah saat itu. Ira mengaku saat itu sakit hati dengan saya. Kami sekelas, tapi tidak seiring.
Dan, itu berlanjut saat pemilihan ketua OSIS. Saya saat itu ketua kelas. Saya terpilih jadi ketua kelas, bukan Ira, bukan karena lebih baik, dari dia. Lebih karena, teman cowok banyak milih saya.
Teman-teman yang saat itu kebanyakan masih remaja, naif, memang banyak yang segan dengan Ira. Dia tegas dan cenderung galak. Berani, bahkan saat harus berdebat melawan cowok.
Saya juga beruntung, teman-teman cewek, memilih saya. Kata Ira, karena kerjaan saya tebar pesona ...hehehe. Jadilah, saya yang terpilih jadi ketua kelas.
Tapi, Ira yang berkualitas tetap punya tempat: dia dipilih jadi wakil kelas saya untuk maju dalam pemilihan Ketua OSIS.
Ira yang saat itu juga memimpin tim majalah sekolah, punya peluang untuk menang. Karena, yang berhak memilih adalah para ketua kelas. Dari kelas 1 sampai kelas 3, di setiap tingkat ada 8 kelas.
Ira gagal mendapat suara terbanyak. Dia di urutan 2, dan jadi wakil ketua OSIS. Dan, tahukah penyebabnya? Ya, antara lain karena saya, yang saat itu naif, merasa Ira saingan, tidak memilih dia. Saya bahkan berkampanye againts her. Maafkan ya Ir..
Tapi, itulah Ira yang harus saya akui, saat itu sudah lebih dewasa dari saya. Hal itu tidak menjadikan kita bermusuhan. Kita masih sering berdebat, tapi bukan berarti tidak bersahabat.
Saat sama-sama kelas 3 dan tidak lagi berorganisasi, kita sering bareng lagi. Ia tidak segan ke rumah, bersama teman-teman lain, untuk belajar jelang ujian. Untuk pelajaran yang dia anggap saya lebih bisa, dia tidak segan belajar. Itu di pelajaran Bahasa Inggris.
Dan, itu berlanjut saat kuliah. Di Senat Mahasiswa, kita di departemen yang sama. Di kepanitiaan, saat saya jadi ketua, ia membantu jadi Seksi Acara.
Saya pun beruntung jadi saksi, keunggulan Ira, dari SMA berlanjut hingga kuliah.
Berlanjut lagi saat sama-sama di dunia kerja. Saat itu, Ira berkarir di GAP, yang membuat dia lebih sering di luar negeri. Lama sekali tidak kontak, lalu nyambung kembali secara online saat ada Facebook (FB) 2008. Saya yang saat juga sudah pakai FB, tiba-tiba mendapat pesan di messenger FB. Dari Ira.
Kita pun ngobrol via messenger. Saya, agak sok, menulis pesan dalam bahasa Inggris. Ira, menulis jawaban: "Kuakui, waktu SMA kamu lebih jago bahasa Inggris. Tapi, kalau sekarang ...pakai boso Sidoarjo ae. hahaha."
Saya pun menurut, sadar diri. Ira masih aktif berbahasa Inggris. Dia bekerja di GAP Inc. Saya, saat itu, memimpin koran Jawa Pos di Tulungagung, yang karenanya lebih sering ber-inggah inggih dari pada oh no oh yes.
Tapi, kontak sambung kami tentu bukan hanya soal bahasa. Ira mengingatkan, untuk memikirkan teman-teman kita. Diawali dengan teman-teman sekelas di IPA 5 SMAN 1 Sidoarjo.
Ira menginisiasi reuni, agar tahu teman-teman kita bagaimana. Apakah ada yang perlu dibantu. Atau ada yang sakit, bahkan meninggal. Jadilah, reuni pertama kelas IPA5 setelah sama-sama dalam kondisi sudah berkarier tahun 2008. Ira sponsornya.
Berlanjut ke reuni teman kuliah, Fapet angkatan 1986 pada tahun 2009. Di tengah kesibukan di GAP, Ira datang ke Tulungagung, tempat reuni. Dia membawa sekarung celana, kemeja, sweater dan produk GAP. Untuk dilelang, dan hasilnya untuk dana alumni. Disiapkan untuk membantu alumni yang membutuhkan.
Berlanjut lagi ke reuni akbar teman-teman SMA angkatan 1986. Ia menyempatkan hadir dalam rapat persiapan, ikut merancang dan juga menyediakan dana awal yang nilainya besar untuk keperluan reuni.
Dengan langkah sistematis, dia juga merancang rencana agar reuni berlanjut dengan aksi yang bermanfaat bukan saja bagi sesama rekan alumni, tapi juga buat SMA dan Kota Sidoarjo. Ira, Direktur GAP yang langkahnya internasional, tidak segan turun tangan, bersama-sama kita, untuk memikirkan aksi-aksi bagi kepentingan lokal.
Dan itu berlanjut lagi, lagi, lagi dan lagiiiiiiiiiiiiii....mulai dari rutin menambah kas dana alumni, ikut mengunjungi teman atau guru sakit kalau pas dia ada di Indonesia, atau sekadar kumpul-kumpul.
Paling sering Ira menyediakan rumahnyi sebagai tempat kumpul dengan alasan: Aku bisa menyiapkan makanan sendiri untuk teman-teman, kata Ira yang paling hobi menyuguhkan rawon khas Sidoarjo dengan kerupuk udang Siok.
Tahun 2011, istri saya kena serangan stroke ringan. Saat itu, saya tinggal di Semarang. Ira dan Mas Zaim menghubungi saya, menawarkan perawatan khusus untuk istri saya.
Ada ahli yang biasa menangani pasien stroke, di Pasar Kemis, Tangerang. Perawatan butuh waktu, setidaknya satu minggu. "Kalau Mas Pam sibuk, antar Mbak Wiwed (istri saya) ke Jakarta. Mas Pam menemani sehari saja berobat, setelah itu kami yang urus," kata Mas Zaim, waktu itu. Saya Agung Pamujo, biasa dipanggil Pam memang.
Dan, begitulah. Istri saya bukan saja ditampung di rumah pasangan baik ini. Namun, setiap hari disediakan sopir untuk mengantar berobat.
"Yang dilakuan Mbak Ira ini membuat saya jadi tahu, apa arti seorang teman," kata istri saya, yang saat itu, alhamdulillah,.membaik setelah sekitar sepuluh hari diurus Ira dan Mas Zaim.
"Ah, Pam...kamu tahu teman itu saudara. Saudara yang kita pilih," kilah Ira, saat saya mengucapkan banyak terima kasih.
Saya pun teringat betapa "jahat"nya saya pada dia, saat SMA. Sementara Ira, sebaliknya malah terus ingat betapa dia harus terus berbuat manfaat bagi teman-temannyi.
Bukan hanya saya yang merasakan manfaat dari Ira. Seorang teman kuliah di Fapet UB, yang karena keadaan harus bekerja di Hongokong (atau Taiwan?) sedang mengalami masa-masa tidak baik dengan pekerjaannya di negeri orang itu.
Ira yang saat itu masih di GAP Inc, dalam satu agenda kerjanya sampai di tempat teman bekerja itu. Ia menemui, dan mendengar masalahnya. Dia pun berbuat, membantu teman itu pulang. Lalu menampung sementara di rumahnyi di Jakarta. Bahkan membantunya mendapat pekerjaan lagi di Indonesia. "Saya tidak tahu jadi bagaimana kalau waktu itu tidak ditolong Ira," kata teman yang ditolong itu.
Saya suka berbagi cerita-cerita Ira itu ke anak-anak. "Itulah kebaikan...," kata saya. Anak-anak saya memang heran kok Tante Ira-nya bukan saja beberapa kali kirim buku-buku bagus buat mereka, tapi sampai mau mengurus perawatan ibu mereka.
Sudah banyak tulisan tentang keunggulan Ira dalam membawa ASDP melesat maju. Sudah banyak pula kesaksian yang menyatakan bahwa kasus yang terjadi ini adalah aneh. Bahkan tidak seharusnya terjadi.
Salah satunya, saya dengar sendiri. Saat saya bersama teman-teman SMA, teman kuliah, dan kerabat Ira hadir dalam sidang putusan kasus ASDP di PN Jakarta Pusat, Kamis (20/11).
Hakim Sunoto SH, MH menegaskan apa yang dilakukan Ira dan dua direksi ASDP lain adalah aksi korporasi. Sebuah langkah bisnis yang bukan saja dilindungi Business Judgement Rule, tapi juga berdampak manfaat bagi ASDP.
Hakim Sunoto juga menilai tidak ada ketentuan hukum yang dilanggar, dan seharusnya Ira dan dua direksi ASDP diputus bebas. "Terdakwa telah beriktikad baik dan berhati-hati tanpa memiliki niat jahat (mens rea) untuk merugikan negara," kata Hakim Sunoto.
Tapi, kita tahu bersama, dua hakim lain berpendapat sebaliknya. Mereka mengakui tidak ada keuntungan yang diambil Ira dan dua rekannya. Tapi, mereka tetap menggap Ira menguntungkan pihak lain. Ira dan kawan-kawan dianggap merugikan negara.
Meski, dua hakim itu tahu, dasar yang dipakai menyatakan ada kerugian negara, tidak sesuai dengan ketentuan. Meski, dua hakim itu juga tahu --setidaknya mendengar pendapat hakim Sunoto--, aksi bisnis Ira dalam masalah yang dikasuskan ini membawa dampak manfaat bagi ASDP dan juga masyarakat.
Dua hakim itu, juga mendengar pendapat hakim Sunoto, bahwa tidak ada ketentuan hukum yang dilanggar. Bahkan, seperti yang disampaiakan Hakim Sunoto, aksi bisnis Ira dan dua rekannya didasari uji tuntas yang komplet dengan melibatkan 7 lembaga kompeten. Termasuk BPK, BPKP, kejaksaan dan dua konsultan bisnis ternama PWC dan Deloitte.
Tapi, dua hakim itu tetap menyatakan Ira dan dua rekannya bersalah. Bahkan, yurisprudensi kasus serupa tidak menggoyahkan keduanya memutus bersalah. Yang karena dua pendapat bersalah mengalahkan satu pendapat bebas, putusannya menjadi bersalah.
Tapi, setelah menyaksikan sendiri, Ira yang bahkan sudah jadi haknya saja tidak diambil bagaimana saya bisa yakin dia mau mengambil yang bukan haknya? Setelah membuktikan sendiri bagaimana cermat dan rapinya dalam merancang sesuatu, bagaimana saya mau percaya dia melakukan sesuatu yang dikatakan melawan aturan dan ketentuan yang ada?
Saya tahu, Ira tegar. Dan tawakal. Ia siap menerima putusan yang diyakini memang sudah ada dalam ketentuanNya. Demikian pula Mas Zaim, dan keluarga Ira lain. Saya dengar sendiri waktu kita melakukan doa bersama, beberapa hari sebelum saat sidang putusan.
Tapi, saya tetap merasa tidak tahu, mengapa ini harus terjadi? Kepada Ira? Ya/ng saya ceritakan ke anak-anak sayagʻ integritasnyi. Kebaikannyi. Keunggulannyi.(*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 22 November 2025: Celana Koteka
Em Ha
Aurat bagi lelaki Papua pegunungan hanya senjatanya saja. Pelurunya bukan. Aurat perempuannya?. Lembahnya saja. Dua gunungnya tidak. Koteka menutup dan membentuk senjata. Ada yang panjang menjulang keatas. Ada yang bengkok serong kiri atau kanan. Bentuk itu mempunyai kedudukan dan nilai tersendiri. Pengguna koteka menampilkan nilai kebersamaan, kebesaran, kebanggaan dan kepemimpinan. Semakin tinggi kedudukannya semakin besar dan panjang kotekanya. Kini diperkirakan hanya 10% warga Papua Pegunungan yang menggunakan koteka. Sisanya menjual koteka untuk wisatawan. Pelancong yang beli koteka untuk apa?. Gaya-gaya atau Wibawa?.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
KOTEKA: LEBIH DARI SEKEDAR PENUTUP.. Koteka adalah penutup kemaluan laki-laki Papua yang terbuat dari labu air (gourd) yang dikeringkan dan dibentuk memanjang. Fungsinya bukan sekadar “pakaian”, tetapi simbol identitas, status, dan tradisi. Di banyak daerah Pegunungan Tengah, koteka dipakai sehari-hari, terutama oleh suku Dani, Lani, Yali, dan beberapa sub-suku lainnya. Bentuk koteka berbeda-beda tergantung wilayah. Suku Dani umumnya memakai koteka lurus dan panjang sedang—lebih praktis untuk bertani. Suku Yali terkenal memakai koteka yang sangat panjang dan melengkung, kadang dengan ujung terangkat ke atas. Suku Lani memakai yang lebih pendek dan gemuk. Bentuk ini bukan soal gaya hidup semata, tetapi penanda suku dan fungsi: semakin panjang biasanya dipakai pada upacara, sedangkan yang pendek untuk kerja. Proses pembuatannya cukup teliti. Labu dipetik, bagian dalamnya dibuang, lalu dijemur berhari-hari sampai keras. Setelah itu dipoles dan dihias dengan serat, anyaman, atau bulu kasuari. Koteka tidak diikat di pinggang, tetapi disangga dengan tali yang melilit bahu. Bagi masyarakat Papua, koteka bukan sekadar “busana adat”, tetapi ekspresi budaya yang melekat pada sejarah, tanah, dan martabat mereka. ### Jadi jangan sekedar dilarang..
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
PERKAWINAN PALING RAME DI LEMBAH BALlEM.. Kisah Obahorok dan Wyn Sargent ini memang seperti percampuran antara antropologi, politik Orde Baru, dan sinetron edisi 1973—lengkap dengan penerjemah yang hilang kontak selama 50 tahun. Ada unsur heroik, ada unsur kocak, dan ada juga yang bikin dahi berkerut. Saya justru kagum pada sosok Theo Kossay. Ia telaten mengumpulkan potongan sejarah yang tercecer, dari enam istri lokal sampai istri bule yang konon belum tentu tidur serumah. Antropologi memang kadang seperti menyusun puzzle yang potongannya disimpan mertua: tidak lengkap, dan sering sengaja disembunyikan. Bagian paling menarik buat saya adalah motif Wyn. Sebagai penganut Quaker, dia benar-benar datang dengan niat damai—bahkan sampai nikah segala. Ini baru namanya pendekatan budaya tingkat dewa. Sayangnya, negara waktu itu masih rajin memberantas koteka tapi lupa menyediakan celana. Ya gagal, lah. Dan misteri terbesar tetap: di mana Anda, Samsuarni Syam? Saksi mata utama, tapi hilang bagai sinyal 2G di pedalaman. Kisah ini menunggu akhir yang lebih rapi. Semoga buku Kossay segera terbit. Dunia antropologi butuh drama berkualitas seperti ini.
Ahmed Nurjubaedi
Pada 1979, almarhum Umar Kayam menulis satu kolom di Tempo perihal Obahorok sang Kepala Suku yang saat itu diundang presiden Soeharto ke Jakarta. Dengan rendah hati sekaligus percaya diri, Obahorok memilih makan talas ( yg kemungkinan besar dibawa dari Lembah Baliem) padahal disewakan kamar di sebuah hotel mewah di Jakarta. Juga menawarkan Lembah Baliem yg luas agar warga Jakarta tak perlu hidup berdesakan di ibukota. Dan Obahorok tetap memakai koteka saat bersua Pak Harto. Mungkin Pak Harto melihat Obahorok ini sosok yang paradoksal dan oksimoron. Beradab sekaligus tidak beradab. Mosok, ketemu presiden cuma pakai lingerie versi laki-laki. Mungkin, ini mungkin lho ya: Pak Harto jadi sering mesem dalam berbagai situasi gara-gara terus ingat Obahorok ini. Mosok.... Hehehe.... Jangan-jangan Bli Leong Putu juga selalu senyum kalau ingat betapa sadis beliau mengece Abah DI: hehehe... Wong diece kok tambah ngasih sepatu lungsuran.... Wehhhh...
Runner
Bertanya tanya. Kalaulah beli koteka atau dioleh olehi, apakah berani coba coba memakainya ?. Memakainya sembunyi sembunyi, misalnya di rumah didalam kamar sendiri ?, atau memakainya sedikit terang terangan, misalnya didepan bojo sendiri ?. Kayaknya sih hanya untuk dipajang sebagai hiasan, kenang kenangan.
riansyah harun
Saya jadi senyum senyum sendiri baca tulisannya Pak Dahlan pagi ini. Istri saya sampai ber tanya tanya, kenapa pagi pagi saya sudah tersenyum sendirian. Mana tidak geli, kalau Pak Dahlan tiba tiba saja sudah mencoba pakai koteka. Dan dimuka umum lagi. Sifat selalu ingin mencoba yang aneh aneh dari Pak Dahlan ini mengingatkan saya saat masih menjadi sesuatu waktu itu. Mobil listrik, yang entah kenapa tidak "didukung" pemerintah saat itu. Pakaian anti "stroom listrik" yang saya ingat sekali pada saat akan diresmikan menjadi pakaian standard petugas listrik tegangan tinggi, Pak Dahlan akan mencobanya sendiri. Tapi entah kenapa tidak diperkenankan. Dan masih banyak hal "aneh aneh" lainnya yang dicoba Pak Dahlan. Dan rasanya lebih banyak suksesnya. Tapi dengan uji coba Pak Dahlan pakai koteka, itu baru luar biasa sekali. Tingkat "keberhasilan suksesnya" akan sangat luar biasa. Tapi upppsss...., berhasil karena gempar....
Akhsan Fakhrurozi
Elizabeth Meat yg dtulis abah spertinya mengarah ke Margareth Mead, atau memang ada dua2nya, hnya abah yg tau
Johannes Kitono
Acub Zainal. Tulis Koteka tanpa melibatkan nama Mayjen ( Purn ) Acub Zainal. Terlihat kurang komplit. Acub Zainal ( 1927-2008 ) adalah Pangdam Cendrawasih ( 1970-1973 ) dan Gubernur Papua ( 1973 -1975 ). Beliau melakukan Operasi Koteka di Tahun 1971 saat masih jadi Pangdam. Jadi ketika Tahun 1973, Wyn Sargent kawin sama Obahorok, Kepala Suku Dani Lembah Baliem. Operasi Koteka sudah dilakukan. Wyn Sargent akhirnya di deportasi ketika terkuak motivasinya. Bukan kagum sama Obahorok yang mendamaikan perang Suku. Konon Wyn Sargent ingin menulis buku tentang Perang Suku. Dengan " kawin " sama Obahorok. Tujuannya supaya Obahorok Kepala suku Dani jadi provokator. Ciptakan Perang Suku yang mau ditulis Wyn Sargent. Jurnalis pernah tanya Obahorok. Bagaimana rasanya kawin sama bule AS. Memang kita sudah kawin, tapi kapan tidurnya, jawab Obahorok ke jurnalis. Apakah Operasi Koteka oleh Acub Zainal berhasil.Gubernur gila bola yang mendirikan Arema FC dan Perkasa 78. Bisa jadi berhasil tapi awalnya ada masalah. Orang Papua keenakan pakai celana berhari hari tanpa dicuci. Akibatnya torpedo jadi eksim dan ini tentu bukan salah Acub Zainal. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
Bahtiar HS
Pak Jo Neca dan Pak DeniK, Jangan under estimate pd umbi-umbian. Konsumsi umbi-umbian itu punya double faedah. Selain berkontribusi dalam membantu Pak Prabowo mengatasi masalah stunting sebagai substitusi beras, umbi-umbian jg bs membantu mengatasi krisis energi dengan menambah produksi gas. Gas amoniak. Jgn salah, gas dg rumus kimia NH3 itu banyak diteliti sbg bahan clean fuel. Bhn bakar bersih. Terutama utk maritim dan energi listrik. Amoniak bs dibakar langsung spt gas alam. Atau dijadikan hidrogen carrier. Tidak mengandung karbon shg rendah emisi karbonnya. Mkn krn itu disebut clean fuel. Lbh mudah disimpan dan diangkut drpd hidrogen. Padahal kandungan energi per volumenya lbh tinggi ketimbang hidrogen cair. Hanya saja amoniak berbahaya bagi manusia. Baunya itu lho! Kalau ini sih gampang mencegahnya: jangan buang gas sembarang tempat. Lihat sikon kiri kanan dulu. wkwkwk
DeniK
Hampir ke wamena Sudah di rencanakan akan pergi ke wamena tanggal nya di sesuaikan dengan adanya festival lembah baliem .konon itu pestanya orang gunung ( suku asmat , suku dani ). Mendekakti hari H ada informasi zona merah .izin di batalkan gagal deh menjajakan kaki di wamena . Bulan November dan Desember banyak zona merah .saya salut sama Abah masih berani ke pengunungan pada bulan tersebut.
Wilwa
LEMBAH BALIEM Aku gak perlu uang ribuan Yang aku mau uang merah cepean Aku gak butuh kedudukan Yang penting masih ada lahan tuk makan Asal ada BABI untuk dipanggang Asal banyak ubi untuk ku makan Aku cukup senang Aku cukup senang Dan aku pun tenang (Slank 2001)
Gregorius Indiarto
Baru baca judul. Langsung cari foto. Berharap si penulis berkoteka. Ternyata tidak. Hanya ada satu foto. Kenapa tidak berdiri diantara dua patung? Ternyata salah satu patung mbopong babi. Tidak mau terlalu dekat, takut haram. Met pagi, salam sehat, damai dan bahagia.
Tivibox
Mengapa koteka harus diberantas ? Bukankah itu kekayaan budaya lokal ? Sebaiknya tetap dilestarikan. Hanya cara memakainya saja disempurnakan. Koteka tetap dipakai, tapi di luarnya pakai celana. Jadi bisa melindungi burung rajawali dari benturan.
Motor Listrik
Seperti halnya, bang feri, Siapa tau pak DIS mau menulis tentang perkembangan ASDP (pun tidak harus menulis ttg kasusnya ibu Ira), Bapak pasti sudah sangat faham bagaimana sulitnya menjadi orang baik di negri ini, kasus mobil listrik pasti menjadi catatan bapak. Saya khawatir bagaimana nanti pertimbangan seorang profisional ketika diminta membantu mengurus negara? Semakin sulitnya seorang profesional (yg berintegritas) mau mengurus negara pasti akan melanggengkan cengkraman mafia penghisap darah..
Juve Zhang
Menkeu pak Pur :" kasus Djaaarum masalah tax amnesti" Kejaksaan agung:" kasus Djaaarum bukan masalah tax amnesti... tetapi ada permainan pajak yg dibayar oleh wajib pajak supaya lebih kecil dan ada pemberian sejumlah fulus ke oknum petugas pajak.....kalau sudah level dirjen pajak ini bukan permainan ecek ecek sudah permainan Gajah Hamil....".....saya percaya Kejaksaan agung dari pada Menkeu ....ayo pak Kejaksaan agung Gas Polll....tunjukan Hukum Berlaku bagi Taipan dan Rakyat jelantah.....
Johannes Kitono
Indosat WIFI. Semenjak MNC Play di akuisisi Indosat WIFI. Layanan Internet di jalan Bima semakin parah. Netflix, Sportify dan program TV mati suri. Heran juga kejadian Internet mati masih juga bisa terjadi. Di Jakarta Ibukota negara. Biarpun sudah bikin laporan tapi tetap dikunjungi teknisi. Indosat WIFI hanya jawab via WA. Langganan 30 mbps dan no tiket: DI60029372683. Indosat dengan Dirut Vikram Sinha. Lebih rajin tagih iuran sebelum jatuh tempo. WA Indosat terlihat selalu on. Tapi itu untuk kelabui pelanggan saja. Bagi Dirut Vikram Sinha pelanggan Internet perumahan hanya angka kecil saja. Kalau buat pelanggan 30 mbps saja tidak terlayani. Bagaimana dengan internet Kantor / Gedung / Universitas yang lebih gede lagi. Semoga teknisi Indosat datang..Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
Wilwa
@Zainuddin. Mari kita lihat dari perspektif lain yang out of the box. Suriah, Irak, Lebanon, Yordania (SILY) mengalami kristenisasi secara bertahap antara abad 1 hingga abad 7. Namun uniknya adalah Kristen di SILY beda dengan Kristen di Eropa yaitu di Romawi Barat (Katolik Roma) dan Romawi Timur (Ortodok Yunani) dalam teologi. Gereja di Eropa mengeluarkan doktrin Trinity/Tritunggal yang ditentang keras di SILY. Yang jarang orang tahu bahwa Iran/Persia saat itu juga mengalami kristenisasi. Makin banyak pengikut Kristen di Persia. Zoroaster merosot pengikutnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh Eropa dan seluruh Timur Tengah (termasuk Afrika Utara) secara de facto telah didominasi berbagai aliran Kristen, yang sayangnya saling bermusuhan dan saling berebut simpati penguasa. Mudahnya ada dua kubu besar: Tritunggal vs Non Tritunggal. Di Persia, muncul Nestorian yang Tritunggal pula yang didukung sebagian bangsawan penguasa Persia. Non Trinitarian/Tritunggal dipeluk mayoritas rakyat SILY yang beretnis Arab namun berbahasa Aram. Singkat cerita SILY sering menjadi korban perang antara Romawi Timur / Byzantine vs Iran/Aryan/Persia selama berabad. Persia akhirnya kalah di awal abad 7. Namun Romawi Timur tak berminat menguasai SILY dan membiarkannya sebagai semacam buffer zone. Pada abad 7 inilah Muawiyah bangkit dan berkuasa di SILY. Ditandai dengan koin mata uang yang pertama kali ditulis dalam bahasa Arab. Menampilkan wajah penguasa Muawiyah dan tulisan MHMD RasulAllah. Text limit!
Muhammad Zainuddin
Sepertinya saya harus segera meninggalkan semua kajian keislaman yang saya ikuti saat ini. Berhenti ISMA' (mendengarkan), dan lebih memperbanyak IQRA' (membaca), sebagaimana perintah al-Qur'an surat al-Alaq ayat 1.
Muhammad Zainuddin
LANJUTAN DIALOG, DENGAN INTELEKTUAL SYI'AH, DI QUORA INDONESIA (EDISI 2) Saya: "Sekarang bagaimana dengan tuduhan, bahwa Anda, para kaum Syi'ah, setiap hari hanya melakukan ibadah ritual sholat 3 waktu, dan bukan 5 waktu?". Intelektual Syi'ah: "Saya luruskan dulu. Yang benar adalah, kami menggabung Dzuhur dan Ashar, lalu menggabung Maghrib dan Isya', berarti... jadi 2 waktu. Ditambah sholat Shubuh, berarti total... jadi 3 waktu. Nah, itulah... yang kami lakukan". Saya: "Kalian menggabung 2 sholat setiap hari, tanpa udzur sakit dan tanpa udzur perjalanan??? Ajaran sesat dari mana itu?!" Intelektual Syi'ah: "Nah, seperti Anda inilah, tipikal orang Islam Sunni itu. Kurang banyak membaca, tapi paling nyaring bunyinya. Silakan buka salah satu kitab hadits pegangan Anda, pegangan umat Islam Sunni sedunia, yaitu kitab hadits Shahih Muslim, riwayat nomor 705d --- sunnah.com/muslim:705d --- Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas, bahwa Nabi Muhammad MENGGABUNG Dzuhur dengan Ashar, dan MENGGABUNG Maghrib dengan Isya, di MADINAH, TANPA alasan bahaya, TANPA alasan hujan. Ibnu 'Abbas ditanya, mengapa Nabi melakukan itu? Ibnu 'Abbas menjawab, AGAR umat Islam TIDAK merasa terlalu disusahkan, dengan kewajiban ibadah sholat. Nah, sekarang, silakan Anda SESATKAN Nabi Muhammad, jika Anda punya nyali." Saya: "....................." (shock lagi!)
Murid SD Internasional
@Pak Guru Jokosp Tetangga saya kebetulan sales representative Mitsubishi, di dealer Bumen Redja Abadi, Jakarta Utara. Pak Guru @Jokosp bilang: "Triton guncangannya lebih keras dari Hilux". Tunggu dulu. Tanpa menyebutkan tahun produksi kapan, serta varian + generasi yang mana, statement Pak Guru Jokosp ini bisa misleading. Triton generasi terbaru (MQ/MR) justru dikenal lebih compliant dan lebih nyaman on-road dibanding Hilux. Bisa dilacak berbagai review, mayoritas menyatakan bahwa Triton lebih empuk dan lebih stabil, terutama di kabin belakang. Kecuali, Pak Guru @Jokosp sedang membicarakan Triton generasi lama. Pak Guru @Jokosp bilang: "Hilux lebih lembut, nyaman dan steering lebih ringan". Tunggu dulu. Justru di medan off-road dan low-speed, steering Hilux malah lebih berat. Triton, punya desain sasis dan radius belok lebih kecil, dan itu yang membuat handling Triton lebih lincah. Pak Guru @Jokosp bilang: "Tinggal ganti ban M/T biar lebih gahar di lapangan". Noooo. Untuk batu, pasir, dan touring long distance, ban A/T atau hybrid A/T malah jauh lebih optimal. Ban M/T itu lebih bising, berat, boros, dan grip aspal rendah. Hilux itu lebih rugged, heavy-duty, dan lebih mahal, tapi suspensi kaku dan steering berat. Triton generasi baru cenderung lebih nyaman dan ringan dikemudikan dengan turning-radius kecil. Betul keduanya kuat di medan off-road, namun performa sangat tergantung tahun, varian, dan pemilihan ban.
Murid SD Internasional
@Pak Dosen Imau Compo "Sekarang, katanya 1/5 APBD untuk pendidikan, sementara uang kuliahnya naik 5 kali (?) Kita sdh masuk tahun ke-5 bonus demografi, lho! Jangan sampai anugerah ini jadi bencana". Wah saya kecewa. Saya pikir Pak Dosen @Imau Compo ini mindset-nya revolusioner. Ternyata mindset-nya masih: "semakin banyak anggaran pemerintah untuk pendidikan, maka masalah selesai". Padahal inti advantage dari bonus demografi adalah semakin berkurangnya mismatch antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Sedangkan inti dari persoalan pendidikan-industri itu bukan sekadar kurang dana, tapi kegagalan desain model nilai. Pak Dosen @Imau Compo ternyata memperlakukan bonus demografi sebagai beban fiskal, bukan engine ekonomi. Kalau narasinya "APBD harus besar supaya kampus bisa mendidikan mahasiswa/i lebih banyak", itu artinya talents dianggap sebagai cost-center, bukan profit-center yang bisa menghasilkan nilai ekonomi mandiri. Logika produktivitas itu kan begini: Bonus demografi --> Talents --> Pasar --> Produk --> Arus Kas --> Pajak --> Fiskal Kuat Logika Pak Dosen @Imau Compo, malah sebaliknya: Bonus Demografi --> Pendidikan Mahal --> Nambah Subsidi --> APBD Tekor Masalah kampus bukan cuma pendanaan, tapi: 1. Kurikulum masih statis. 2. Exposure ke industri masih minim. 3. Skill demand tidak dipetakan ke kapasitas supply industri. Model kampus masih kuno begitu, saya sendiri kalau jadi kepala daerah ogah, nginject dana besar-besaran. Outputnya sarjana pengangguran lagi.
Bahtiar HS
Awal 70an itu rasanya saya juga masih pakai "koteka". Ibu saya memakaikan semacam kain segi empat yg diambil dari bekas jarit/baju yg sdh tdk dipakai, dipotong, diambil yg msh bagus. Dipakaikanlah ke bawah perut saya hingga terbungkus rapi. Lalu ditali. Kadang di dalamnya diisi lipatan kain shg kalau pipis/eek tdk langsung tembus keluar. Sesederhana itu. Tp itu sangat bermanfaat utk mempercepat kita nyelesaikan toilet training (risih banget kalau BAB/BAK kalau gak segera diganti), lalu segera mandiri ke toilet. Setidaknya bilang kalau kebelet shg tdk ngompol/eek di koteka. Dan si kain koteka bs dipakai ulang. Tinggal cuci saja. Hemat di ongkos. Kalau anak2 sekarang dipakaikan koteka modern yg disebut pampers. Dg segala keunggulannya, pampers itu membuat si bayi nyaman meski lagi BAK, bahkan BAB. Kenyamanan ini memberi dampak buruk: memperlambat masa toilet training, anak merasa nyaman meski sedang najis, anak tdk segera bs lepas pampers dan tentu berpengaruh langsung pd APBRT krn sekali pakai. Kelamaan pakai jg menyebabkan ruam, infeksi, iritasi bahkan alergi kulit bagi pemakainya. Blm lagi pampers menjadi penyumbang 31% limbah yg mencemari sungai di Surabaya menurut data Bank Dunia. Jangan2 budaya adiluhung nenek moyang kita dulu lebih bagus ketimbang temuan2 dari inovasi modern saat ini? Koteka misalnya. Secara fisik, bukankah koteka memaksa ituuunya selalu tegak ke atas? Jgn2 ini lbh ampuh dr metode Pak Agus? Jadi gak sabar lihat Abah pakai koteka! Wkwkwk
Budijani Sudartha
Mungkin yang dimaksud Sekolah Tinggi Filsafat adalah: DRIYARKARA.....kalau Driyakarya di Abepura mungkin adalah toko mebel yang punya cabang di Jakarta?
Juve Zhang
Sejenak kita terbang ke Venezuela..... Trumpet dulu bilang Hari mu tinggal di hitung ke Maduro.... artinya mau jatuhkan Maduro ....tapi Rusia Tiongkok Iran bersatu dibelakang Maduro.... Tiongkok itu Buat khusus Anjungan Minyak atas Laut atau Danau....Beaya konstruksi mahal tapi dibayar minyak Vene....Setiap hari 660 ribu barel kiriman ke Tiongkok....jelas Vene CashFlow hidup lagi ...ekspor minyak mentah jalan lancar duit lancar.... Tiongkok yg berani beli minyak Vene lain nya takut ancaman Raja Preman..... sekarang Iran kirim drone dan ahli perang kemarin dengan Israel jadi penasehat drone bagaimana drone Iran sampai ribuan kilometer serang Israel....mereka konon sudah ada di tanah Vene bantu men drone kan kekuatan musuh.... bantuan personil dan drone Iran jelas tenaga ekstra buat Vene....kali ini yg langsung perang sama Israel...datang dan bantu....Iran tak berpangku tangan ketika melihat Vene akan di gebuk pun Rusia dan Tiongkok membantu ....Vene gak sendirian ....itu mungkin baik m Trumpet gak berani nyerang Vene langsung.....
Ja'far Syahidan
Kepada Bapak MZ Arifin Umar yang budiman. Di kitab hadits Shahih Muslim riwayat nomor 1.847, bab al-Imarah (Kepemimpinan Negara), sub bab al-Amri bi Luzum (Perintah untuk Patuh), Nabi Muhammad bersabda begini: تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فأسمع وأطع "Dengar dan taati penguasa, meskipun punggungmu dicambuk (penguasamu), dan meskipun hartamu dirampas (penguasamu), tetap dengar dan tetap taati (penguasamu)". Pak MZ Arifin Umar yang budiman. Apakah Bapak akan ikhlas ketika nanti ada penguasa di tempat Bapak, menyiksa punggung Bapak, dan merampas harta Bapak? Bapak akan tetap ikhlas, sabar, patuh, dan taat kepada penguasa tersebut?
djokoLodang
-o-- Wisuda Koteka *) Kebetulan (atau bukan kebetulan?) kemarin saya baru saja berita unik dari grup WA teman-teman seangkatan Sipil ITB 72. Saya kutip selengkapnya berikut ini: MIKI WUKA WISUDA DENGAN KOTEKA ------------ Miki Wuka yang adalah salah satu mahasiswa ISBI Tanah Papua itu, akhirnya memecahkan rekor sebagai salah satu (bahkan mungkin satu-satunya) mahasiswa asal Papua yang diwisudakan dengan mengenakan holim (koteka). Holim (koteka) adalah pakaian tradisional yang berasal dari masyarakat Papua khususnya di bagian pegunungan tengah, wilayah adat Lapago dan Meepago. Holim terbuat dari buah sejenis labuh yang berbentuk unik, panjang; yang dikeringkan setelah isinya dikeluarkan. Holim sehari-hari biasanya dikenakan oleh kaum Adam (pria). Keberanian Meki Wuka mengenakan koteka dalam acara wisuda tidak hanya mencetak sejarah tapi juga mengangkat harkat dan martabat masyarakatnya. Selama ini koteka telah dilabeli stigma negatif, sebab diasosikan dengan pandangan rendah, ketelanjangan, porno, bodoh, tidak beradab dan stigma lainnya. Miki Wuka mahasiswa institut seni budaya Papua ini berhasil mempertahankan pakaian tradisionalnya sebagai hasil konstruksi adat-budaya asli sebagai jati dirinya di tengah gempuran seragamisasi epistemologi yang berangkat dari kebudayaan kaum dominan yang menggeser hingga mematikan keanekaragaman budaya yang ada di tanah ini. (bl) Salut . --0-
djokoLodang
-o-- ... Obahorok pernah dipanggil Presiden Soeharto ke istana di Jakarta. Tetap pakai koteka. Makannya pun tetap talas Wamena. Saya sudah mencoba talasnya --belum kotekanya. ... *) Nampaknya koteka itu ukurannya "all-size", ya. Bisa dipakai untuk semua ukuran. --koJo.-
Wilwa
@Jafar. Inskripsi di Dome of Rock. Doctrines Jacobi. Thomas the Presbyter. Hmmm. Ini juga dibahas Jay Smith dkk secara bagus dan menarik dalam berbagai youtube yang membantah klaim yang Anda tulis tersebut. 1) Dome of the Rock Inscriptions Confront Islamic History! 30 May 2023. Pfanderfilms. 2) The Doctrina Jacobi - 3 Minute Quran Study: Episode 17. 4 May 2022. Thomas Alexander. 3) Thomas the Presbyter - 3 Minute Ouran Study: Episode 20. 15 May 2022. Thomas Alexander. Hmmm. Saya sejatinya termasuk orang yang tak menyukai debat kusir keagamaan yang saya anggap seperti berebut pepesan kosong. Tapi mau tak mau saya harus cover both sides dalam pendekatan saya mendalami sejarah (politik, ekonomi, agama, ideologi, dll). Dan saya menemukan sebuah benang merah bahwa sejarah ditulis pemenang! Termasuk sejarah agama. Ini “diperparah” oleh keyakinan hati nurani saya bahwa semua agama tanpa kecuali adalah “men made” termasuk kitab “suci” mereka. Seringkali untuk kepentingan politik dan ekonomi. Seperti halnya militer dan technology. Karena itu saya lebih menyukai filsafat/philosophy ketimbang agama. Seperti ungkapan Ryu Hasan yang sering saya kutip itu. Filosofi selalu bertanya mengapa begini mengapa begitu sedangkan agama cenderung terpaku pada doktrin dan dogma yang kaku keras bahkan violent. Tak sesuai dengan kemerdekaan berpikir yang saya miliki. Sejauh ini saya menyimpulkan tak ada agama yang murni di dunia ini. Semua agama dipengaruhi satu bahkan banyak agama lain. Text limit!
Ja'far Syahidan
Kepada Bapak Wilwa yang baik, dan rajin menonton video dokumenter Islam dari sudut pandang revisionist ekstrem. Seluruh komentar Bapak bahwa Islam dan Muhammad adalah fiksi ciptaan Abbasiyyah, justru bertentangan dengan konsensus akademik, lintas disiplin. Di antaranya: 1. Epigrafi Arab awal seperti inkripsi Dome of the Rock (tahun 691M), prasasti Hima (tahun 680M), papirus administratif era penguasa pertama dinasti Umayyah yaitu Muawiyyah (tahun 661M), 2. Kronik non Muslim sezaman, seperti Doctrina Jacobi, John Penkaye, Thomas the Presbyter. 3. numismatik pasca reformasi yang dilakukan Abdul Malik sang penguasa kelima dinasti Umayyah, yang secara eksplisit memuat tulisan syahadat Islam di koin mata uang resmi negara (dinar). Itu semua sumbernya independen satu sama lain, tidak memiliki motif politik Byzantium / Armenian / Kristen Nestorian, dan bisa diverifikasi secara terbuka, yang masing-masing saling menegaskan dan menguatkan kemunculan komunitas Arab yang ber identitas religius mandiri bernama Islam, pada abad ke-7. Saran saya, kalau Pak Wilwa serius mau berdiskusi secara fail, jujur, adil, objektif, dan berimbang, hamparkan 3 spektrum yang mengemuka: 1. Spektrum akademik mainstream. 2. Spektrum revisionis moderat. 3. Spektrum revisionis ekstrem. Pak Wilwa hanya fokus di spektrum ke-3. Itu tidak adil, Pak.
Thamrin Dahlan YPTD
Gayung bersambung. Bang Theo Kossay sedang mencari penerbit untuk menerbitkan buku. Izinkan kami dari Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) memperkenalkan diri. Berdiri sejak tahun 2020. Telah menerbitkan 409 judul buku ber validasi ISBN. Terdaftar sebagai Anggota Aktif Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) domisili Jakarta Timur. Mendapat penghargaan dari Perpusnas 2024 sebagai Penerbit Patuh Serah Simpan Buku. Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jakarta memberikan penghargaan sebagai Penerbit Inovatif kreatif Buku ke 409 diterbitkan YPTD berjudul Perusuh Dahlan Iskan (2025) merupakan Buku Antologi ditulis oleh 45 Perusuh & Pesuruh disway.id. Tahun 2024 dan 2024 menerbitkan 2 judul buku Antropologi dari Penulis Universitas Indonesia. Menurut hemat kami Buku karya Bang Theo Kossay sangat menarik ditinjau dari pendekatan sejarah dan lintas budaya. Buku ini menjadi aset kekayaan literasi Indonesia bahkan Dunia. Tim YPTD terdiri dari Editor. Layout, Design cover serta Percetakan memiliki pengalaman menerbitkan Buku berkualitas. Semoga BangbTheo Kossay berkenan. Mohon maaf Abah Dahlan Iskan , Izinkan awak Thamrin Dahlan (Owner YPTD) numpang promosi disini dalam kapasitas Pegiat Literasi. Semua kami lakukan sesuai Moto YPTD " Berperan Aktif Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Literasi Indonesia". Salam & Semangat Literasi
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 173
Silahkan login untuk berkomentar