Monas Lokal

Monas Lokal

Menara Penajam.--

SAYA lewat jalan tol Samarinda-Balikpapan lagi. Kemarin. Tidak mampir IKN –ibu kota negara yang baru di Sepaku, Penajam Paser Utara.

Saya kasihan dengan kabupaten Penajam ini. Ketika namanya meroket, roket itu meletus di udara: bupatinya ditangkap KPK. Di Plaza Senayan, Jakarta. Bersama lebih 10 orang. Termasuk seorang gadis matang yang sering mendampinginya.

Sang bupati, Abdul Gafur Mas'ud, pernah mengatakan, dia itu masih ada hubungan keluarga. Dia adalah Balqis. Meski umurnyi baru 23 tahun jabatannyi sudah bendahara partai tingkat kabupaten: Partai Demokrat.

Gafur dan Balqis termasuk yang segera dibawa ke pengadilan. Media di sini sudah menyebut: di Pengadilan Negeri Samarinda. Ada pengadilan tipikor di Samarinda.

Di pengadilan lah Gafur dan Balqis bisa membersihkan nama mereka. Atau tidak. Demikian juga empat terdakwa lainnya.

Di Plaza Senayan itulah uang Rp 1 miliar menjadi alasan penangkapan. Asalnya dari kontraktor yang membangun proyek di Penajam: rumah dinas bupati. Sang kontraktor juga banyak membangun proyek lainnya.

Kini yang susah bukan hanya Gafur, Si cantik dan empat tersangka lainnya. Pun Korpri.

Organisasi pegawai negeri itu kehilangan uang Rp 1 miliar. Tidak mudah bisa kembali. Padahal itulah uang yang dikumpulkan dari potongan gaji pegawai negeri. Termasuk dari zakat pegawai.

Harian Disway Kaltim mengungkapkan: sang bupati perlu uang Rp 1 miliar. Tentu sang kontraktor yang harus menyediakan. Tapi ia lagi tidak punya uang. Saat itu. Harus saat itu.

Maka dicarikan jalan tikus: sang kontraktor disuruh pinjam uang Korpri Penajam.

Kini harus cari akal: bagaimana uang itu bisa masuk kas lagi. Mungkin pembaca Disway tahu caranya. Masalahnya, yang meminjam sudah ditangkap. Ia juga hanya disuruh untuk meminjam. Yang menyuruh juga sudah ditangkap. Termasuk sekretaris kabupaten yang di mana-mana jadi pembina utama Korpri setempat.

Mungkin tidak harus Elon Musk yang bisa mencarikan jalan keluar. Atau Kiai Imam Jazuli dari Cirebon itu.

Sulit.

Penajam juga akan meledak karena yang lain: banyak utang yang jatuh tempo. Harus dibayar segera: Rp 400 miliar. Proyek-proyek sudah dibangun. Tagihan sudah dimasukkan. Tapi yang harus memproses tagihan itu ada di tahanan semua.

Sebenarnya Bupati Gafur punya cita-cita mengalahkan Jakarta. Ibu kota lama punya Monas, Penajam akan punya Menara IKN. Harus mengalahkan Monas.

Akan ditaruh emas lebih banyak di puncaknya?

Bukan. Mengalahkan tingginya saja: 150 meter.

Menara itu akan ditempatkan di tengah Islamic Center di tengah Kota Penajam. Bukan di IKN. Desainnya sudah jadi. Gafur sudah setuju. Ada diorama di bawahnya. Pengunjung bisa naik ke atas tower: bisa melihat Teluk Balikpapan yang indah.

Biayanya Rp 450 miliar. Desain itu karya arsitek Balikpapan yang terkenal: PT Eksakta Profesitama.

Juga belum dibayar.

Di swasta, kontraktor yang sulit menagih proyek swasta masih banyak jalan: dibayar benda. Kalau proyeknya apartemen, dibayar kamar apartemen. Kalau proyeknya perumahan dibayar tanah kapling. Kadang kontraktor membongkar benda-benda berharga di proyek itu. Dibawa pulang. Termasuk kusen dan pintu. Jendela dan toilet.

Tapi, ini proyek pemerintah. Urusannya bisa panjang.

Bukan hanya itu saja.

Yang ikut susah juga ini: guru honorer, tenaga kesehatan, serta ketua-ketua RT dan RW. Sejak terjadi penangkapan itu honor guru tak terbayar. Insentif tenaga kesehatan macet. Honor ketua-ketua RT dan RW tidak cair.

IKN mungkin memang banyak uang. Setidaknya banyak sumber uangnya. Tapi tidak mungkin membantu keuangan Penajam seperti itu.

Bupati baru Penajam, Hamdam Pongrewa, belum banyak tahu. Ia memang wakil bupati Penajam. Selama tiga tahun terakhir. Tapi tidak banyak tahu urusan internal kabupaten. Hamdam senasib dengan wakil bupati Bojonegoro: tidak difungsikan. Bedanya, Budi Irawanto, bikin heboh-heboh. Hamdam tidak. Bedanya lagi, Budi Irawanto tetap tidak difungsikan. Pun setelah ribut-ribut. Hamdam kini menjabat bupati –dengan tanggungan ratusan miliar rupiah.

Hamdam beda partai: ia dari PAN. Gafur dari Demokrat. Anak Hamdam jadi anggota DPRD Penajam. dari Demokrat. Hamdam tidak musuhan dengan Gafur. Tapi anak Hamdam berantem dengan Sang Bupati.

Gafur sendiri ketua Partai Demokrat kota Balikpapan. Letak Penajam memang hanya di seberang laut sempit Teluk Balikpapan. Elit politik dan bisnis Penajam dan Balikpapan hampir sulit dibedakan. Sama-sama didominasi keturunan pendatang dari Sulawesi.

Kakak Gafur sendiri adalah wali kota Balikpapan: Rahmad Mas'ud. Rahmad adalah ketua Golkar Balikpapan. Ia jadi wali kota diusung semua partai, kecuali Nasdem.

Kakak satunya lagi, jadi Ketua Golkar provinsi Kaltim: Rudy Mas'ud. Ia juga menjadi anggota DPR RI dari Golkar. Sebentar lagi Rudy akan jadi Gubernur Kaltim. Kalau terpilih. Kalau Isran Noor tidak maju lagi.

Rudy sendiri sudah mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur dari Golkar. Ia tidak peduli dianggap terlalu dini. Curi start. Itu haknya.

Bahkan, sebagai ketua Golkar Kaltim, Rudy sudah mengumumkan secara terbuka: siapa saja yang akan jadi calon bupati/wali kota di seluruh Kaltim.

Rasanya belum ada ketua partai yang seberani Rudy. Tentu akan jadi bahan kajian. Apakah cara dini seperti itu lebih berhasil.

Kakak Gafur yang lain lagi, Hasanuddin Mas'ud, juga pemimpin politik lokal. Ia ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Kutai Kartanegara. Yang sebagian wilayah Kutai ini juga masuk IKN. Hasanuddin juga anggota DPRD Kaltim.

Tidak hanya itu.

Hasanuddin ngebet ingin jadi Ketua DPRD Kaltim –yang memang jatah Golkar. Proses internal Golkar sudah selesai. Ketua Golkar provinsi sudah setuju: sang kakak tadi. Ketua Umum DPP Golkar pun sudah Alhamdulillah. Segala macam surat sudah diterbitkan. Termasuk surat penarikan Haji Makmur sebagai Ketua DPRD yang sekarang. Makmur adalah Bupati Berau dua periode yang sukses. Juga sangat rendah hati.

Makmur juga tidak keberatan. Tidak melawan. Itu bukan wataknya.

Maka jalan bagi Hasanuddin sangat mulus. Jabatan ketua DPRD Kaltim sudah di ujung sendok. Sudah lama.

Sendoknya bengkok.

Sang sendok dibengkokkan oleh kekuatan batin Raja Naga Kaltim: Gubernur Isran Noor. Isran tidak kunjung menyetujui dan melantik Hasanuddin.

Tidak ada yang berani bertanya: mengapa.

Ya sudah.

Satu dari Pandawa Lima Kaltim itu kini lagi kena perkara. Mungkin perlu Semar untuk meruwatnya. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul PKB Daun Salam

Akagami Shanks

Saya tidak bilang saham GOTO itu bagus. Mirip-mirip dengan FREN, dan BRMS, per@19 Mei 2022. Ini juga bukan saran beli jual. GOTO, perusahaannya kan tidak ada. Cuma website, cuma sering memberikan jasa. Bisnisnya paling sebentar lagi geser jadi kang suntik dana. Aset GOTO sendiri yang paling jelas ada di JAGO. Dalam catatan saya sendiri bobot GOTO masih (7%) per 18/05/2022 dari IHSG. Ketika GOTO, Go To Go Cap, bobotnya masih sekitar 1%, atau turun 6%. Tapi jika bilang GOTO akan hancur, bisa saja. Cuman tidak untuk waktu dekat. Yang penting kalau mengamati GOTO gunakan korel saja. Karena anjing digital yang tidak memiliki supplay max saja bisa di goreng ke bulan.

 

EDI HERMANTO

Cuman mau nanya, Apakah presiden suharto dulu juga lobi2 agar freeport mau investasi di indonesia.

 

No Name

wisata keluarga ke karang bolong jalan berbaris pakai baju batik sama sama pakai kaos oblong satu bisnis satu lagi ber politik salamsalaman

 

Muin TV

Coba Kyai Jazuli ini yang dijadikan ketua PKB. Saya yakin PKB akan jauh lebih berkembang. Beliau tidak punya kepentingan apa-apa, cuma ingin membesarkan PKB dengan mencetak kader sebanyak-banyaknya. Cuma masalahnya, apakah Cak Imin mau melepaskan diri dari ketum PKB.

 

Sri Wasono Widodo

Sebagaimana Ayahanda KH Cholil Bisri, Gus Yaqut punya riwayat politik PKB juga. Namun setelah jadi Ketum PBNU Beliau ambil posisi netral sebagaimana Sang Paklik KH Mustofa Bisri. Mirip juga Gus Baha yang tetap netral meski Adik Beliau menjadi pengurus PPP. Duan partai Nahdliyin ini berkoalisi memenangkan kursi Bupati Rembang. Ada juga dukungan dari keluarga Mbah Moen ( KH Maemoen Zubair). Priinsipnya jika suara jamiyah nahdliyyin bulat memang sangar besar

 

Ibnu Shonnan

Almamater Kyai Jazuli, yang Abah sebut dengan pondok bintang sembilan itu, alumninya tersebar di beberapa partai. Tidak di partai hijau itu saja. Ada dipartai biru, partai kuning pun juga di partai merah. Jadi, hukum wajib itu hanya akan menempel dikaos saja. Akan sulit menempel dihati kulturalnya. Karena politik kebangsaan kyai, lebih tertanam dihati para santrinya.

 

Budi Utomo

IMHO. In My Humble Opinion. Dengan sejarah sebagai dasarnya, sejak sebelum RI berdiri sudah ada 3 aliran pemikiran dalam Islam yaitu tradisionalis (Nahdlatul Ulama), modernis (Muhammadiyah) dan trans-nasionalis. Yang terakhir ini semakin berkembang pesat dan merekrut pengikutnya dari dua yang pertama. Ini sebuah gerak zaman. Era Sukarno, kebanyakan, rakyat Indonesia tinggal di desa /rural yang mana menjadi basis NU. Lalu di era Suharto terjadi urbanisasi dan di urban/kota adalah jelas basis Muhammadiyah. Dan kini adalah zaman dimana dunia seolah menjadi small village/kampung kecil dengan semakin majunya transportasi, komunikasi, informasi. Dan aliran pemikiran trans-nasional terutama yang digerakkan Saudi, UEA, Qatar, dkk dengan kekuatan petrodollarnya merambah ke NKRI. Sehingga tak aneh bila di DPR sekarang tercermin sejarah itu sendiri. PPP adalah ciptaan Suharto yang berusaha menyatukan NU dan Muhammadiyah. PKB yang NU. PAN yang Muhammadiyah. PKS yang trans-nasionalis. Demikian analisis sejarah singkat saya. Semoga bermanfaat.

 

Komentator Spesialis

Islam dipakai saat cari suara doang. Setelah itu dipakai untuk cari duit dan kekuasaa . Giliran Islam dihina, Islam dinista, Rosulullah dihina, Rosulullah dinista nggak ada suara. Tidak beriman seseorang sampai Rosulullah lebih kalian cintai melebihi cintamu kepada orang tua dan dirimu sendiri.

 

No Name

Maafkan kami pemerintah, tahun 2024 kami tidak bisa ikut pilpres dan pemilu. Sebabnya kami tak memiliki BPJS.

 

Gito Gati

Silahkan pak yai ngotot membawa NU ke politik. Silahkan bikin kaos NU kultural PKB, NU struktural sakkarepmu. Tapi jangan lupa, kalau NU kultural semua di PKB, pasti PKB jadi pemenang pemilu. Jadi "kaos" pak yai itu tidak benar. Apalagi kami Gusdurian tetap memegang prinsip: PKB yess Muhaimin NO!! Silahkan pak yai berikhtiar dan biarkan kami NU kultural menyalurkan aspirasi politik sesuka hati kami. Salam ASWAJA

 

Jokosp Sp

Sedikit masukan buat para pentolan yang mau dapat suara. Di Kalimantan khususnya, ada beberapa istilahnya kaum pendatang tidak suka berpolitik. Apalagi yang pekerja di Tambang mereka tidak tersentuh atau berusaha ditarik oleh partai. Terlihat peran serta pemilih sangat kecil, kurang 50% dibanding dengan jumlah penduduk yang sudah masuk jadi pemilih aktif. Maka mereka lebih asyik cari duwid lebih jelas hasilnya. Sementara yang penduduk asli dan sudah lama sudah banyak terplot di tiga kekuatan besar ( 1 golkar, 2 gerindra, 3............masih buat rebutan pdi, nasdem, demokrat ). Pkb, ppp ada di mana ? ya di luarnya. Jadi saya kasih tahu ke Pak Kyai Jazuli, kalau mau menaikkan angka perolehan suara pkb ya jangan hanya fokus di Jawa saja. Pkb jelas rebutan dengan PPP untuk warga NU nya. Belum sebagian juga ada yang lari ke PDI atau Golkar bagi kaum mudanya. Apalagi sekarang pkb tidak ada tokoh sentral yang kuat seperti pada masa yang lalu Kyai Gus Dur. Kalau Muhaimin di sini gag ada kedengaran. Jadi carilah tokohnya dulu yang kuat, berarti ganti dulu Pak Muhaimin ya......................?

 

Andri Sutanto

saya jadi penasaran sama si Juve Zhang ini, apa dlu pernah main X11 ?

 

Teguh Wibowo

Bila ada yg nanya kamu Islam NU apa Muhammadiyah? Pasti saya akan bingung. Saya ini suka dengar ceramàhnya Gus Baha, Gus Khalid Basalamah, Ustad Adi Hidayat. Kadang pas di mobil juga suka denger radionya MTA.. Bagi saya, kepada yg beda agama saja kita diajarkan toleransi, tapi kenapa kepada yg beda pemahaman kita malah sering saling menyalahkan.

 

Hardiyanto Prasetiyo

Kultural ataupun struktural sebenarnya gk jauh beda, bedanya cuman tipis, cuman beda nasib saja. Kultural cuman jadi anggota, struktrural jadi pengurus. Pengurus disumpah, kultural bebas tak ada ikatan. Bisa kiri bisa jg kanan. Brgkt dr situ, target menjaring kultural gampang2 susah. Karena yg kultural ibaratnya terdakwa yg tiba2 pakai kerudung/kopyah padahal sebelumnya gk pernah. Fenomena ini dikultural yg blm dicarikan jalan keluar dan blm terpecahkan sampai skrg. Piye enak kultural to???

 

edi hartono

Isu pkb direbut dari gus dur masih mengganggu. Sehingga klaim bahwa pkb adalah partainya NU masih belum sepenuhnya bisa diterima. Seandainya keturunan gus dur yg jadi pimpinan PKB saya kira akan lebih berdampak. Seperti keturunan bung Karno dipertahankan menjadi pimpinan pdip, dampaknya marwah bung Karno bisa diturunkan ke pdip.

 

No Name

Haqqul yaqin NU kuktural itu susah ditebak. Kadang jadi A, kadangkala jadi B. Buktinya pak Kyai ini, mskpn lingkungan pendidikan beliau NU kental alias kultural, beliau malah konsen dan ngurusi partai lain ketika di Mesir. Ini cuman salah satu pertamsilan klo NU kultural itu licin dan kamuflasenya tingkat tinggi.

 

Fahmi Kadaffi

Jangan lupa ijtihad seperti itu harus dibarengi peningkatan kualitas amanah pengurus pusat PKB, dan jangan lupakan perbaiki hubungan dengan para pendiri dan keturunan pendiri PKB, walaupun 'biaya'nya berupa pergantian pengurus.

 

agus budiyanto

Warga NU itu hanya di lebel dan seremonialnya saja. Hati dan pikiran sudah jauh dari NU.

 

No Name

Sebenarnya aktifitas almukarrom Kyai Jazuli allohuyarkham ini masih tergolong malu-malu. Tau sendiri, NU kultural banyak bermukim di partai sebelah yg warnanya sama ijonya. Harusnya vulgar saja. Tp karena beliau kyai pnya sense of ikhtirom sesama kyai akhirnya disebutlah NU kultural. Drpd nembak dgn target abu2, mending langsung saja jalin merger 2 partai ijo. Ini pasti jadi deal spektakuler. Wong masih sama2 pahamnya kok beda rumah, wong masih sama2 warnanya kok beda kaos. Bukankah "alittihaadu asaasunnajah?"

 

Pryadi Satriana

"Gus Yahya YES, Jazuli NO!" "NU milih opo: sakkarepmu, wis podo ngerti sing kudu dipilih, ingat kata Gus Dur: ojok milih sing didukung Amien Rais."

 

Jazuli itu "kutu loncat", dari PDIP ke PKB. Dahlan Iskan juga, dari Golkar ke Demokrat. Namanya juga "kutu", yo ngono iku ... menghisap "darah" yg jadi korbannya!

 

Otong Sutisna

Islam saya....islam keturunan, begitu lahir kata orang tua, kita islam...ya di suruh belajar ngaji, sekolah agama selain sekolah formal ...begitu kuliah, islam itu ada muhamadiyah, NU, persis dll dan saya termasuk mana ya.... Sekarang anak kuliah tambah lagi ilmu, bahwa di islam itu ada 4 mazhab...ternyata oh ternyata islam saya hanya warisan dan ikutan lingkungan sekeliling tapi kata ustad Allah maha pengampun dan maha tahu. Eh...sekarang nambah lagi, ada PKB, PAN, PKS dll....partai politik berbau islam, ehm...maksudnya partai berbasis islam atau partai yang menyasar pemilih islam....apakah termasuk saya ya...

 

Jimmy Marta

Kurikulum di pesantren. Apa memang terserah pendirinya ya?. Itu yg membuat misinya beda2. Bima orientasinya mempersiapkan lulusannya untuk kuliah keluarnegri. Ke mesir al azhar. Sy akui pemahaman sy tdk dalam tentang per pesantrenan. Kecuali pesantren pasti hebat dalam pendidikan agama. Dipemahaman saya pendidikan anak memang perlu imtaq dan iptek.Penguatan anak di imtaq penting agar mental dan jiwanya kuat. Tahu yg hak dan yg batil. Penguasaan iptek itu perlu agar jadi orang berhasil Seyogyanya sekolah tempat pendidikan itu, baik pesantren, madrasah ataupun sekolah umum orientasinya lebih ke mempersiapkan anak untuk siap mengahadapi tantangan zaman. Berpengetahuan, berwawasan, sikap mandiri kreatif enterepreneur. Haqqul yakin hanya yang beginilah kelak akan mengambil peran. #versiortubijak

 

Er Gham

"Apa pun kulturnya, apa pun partainya, siapa pun calonnya, semua kami dukung. Semua kami atur. Semua kami pegang. Semua kami cokok hidungnya. Apalagi yang pernah punya kasus. Yang penting kamilah tetap yang berkuasa di balik layar", begitulah kira kira pendapat para bedebah penguasa negeri ini.

 

No Name

Kalo saya, inginnya pemilu utk masyarakat awam kayak saya ini gak usah diadakan lagi, cuma bikin rusuh saja. Walaupun gak ada survei ttg jumlah org spt saya, tapi mungkin jumlahnya cukup banyak: politik gak ngerti, siapa yg mau dipilihpun saya gak mikir. Kayaknya habis2kan uang negara aja. Cukup aktifkan DPR dan MPR utk berpesta memilih pemimpin negara kayak dulu, gaji mereka kan sangat besar, biar mereka aja yg berpikir utk memajukan bangsa. Tinggal metode pemilihan anggota DPR dan MPR saja dicari dengan track record terbaik dari setiap daerah, baik dari unsur pemerintah, pengusaha, atau lsm dll. Gak usah pileg juga lah.. Boros. Kalo rakyat cukup baca berita sesuai minat masing2, ada yg suka baca berita hoax, ya untung rugi dirasa sendiri. Ada yg suka berita sungguhan baca disway (eh sy gak tau, apa disway ada berita sungguhannya haha)

 

No Name

"Pesantren Bina Insan Mulia memang unik. Terutama kurikulumnya." Saya pribadi lebih tertarik dengan kurikulum pendidikan dengan jumlah mata pelajaran yang minimal-terintegrasi, tentu saja dengan target pencapaian akhir pendidikan yang sangat jelas di setiap jenjangnya. Selanjutnya akan sangat mudah bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan spesialisasi di bidang yang menjadi minatnya dan tentu saja pada akhirnya siswa akan ter-spesialisasi di bidangnya tersebut sebagai produk unggulan pendidikan. Finlandia misalnya, salah satu negara dengan system pendidikan terbaik di dunia berdasarkan penilaian PISA (Programme for International Student Assessment) ; dengan hanya 6 mata pelajaran inti yang bersifat orientation dengan menerapkan system examine, understand and experience. Kemudian salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah non-discrimination and equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama, di Finlandia semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak, jadi siswa bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. Juga prinsip receive understanding and have their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan siswa. Parental engagement berperan sangat penting di Finlandia. L.Y.An

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 176

  • adirajasa 46
    adirajasa 46
  • Azwar Anas
    Azwar Anas
  • Cah kene ae
    Cah kene ae
  • Cucu Nuryani
    Cucu Nuryani
    • Mister Xi
      Mister Xi
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
    • Mister Xi
      Mister Xi
  • Yea A-ina
    Yea A-ina
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
  • Legeg Sunda
    Legeg Sunda
  • Liam Then
    Liam Then
  • Liam Then
    Liam Then
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Liam Then
      Liam Then
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Mister Xi
      Mister Xi
  • oyong mantep
    oyong mantep
    • oyong mantep
      oyong mantep
    • oyong mantep
      oyong mantep
    • oyong mantep
      oyong mantep
    • Liam Then
      Liam Then
  • Dacoll Bns
    Dacoll Bns
  • Tom Hardy
    Tom Hardy
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Dodik Wiratmojo
    Dodik Wiratmojo
    • bitrik sulaiman
      bitrik sulaiman
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • DeniK
      DeniK
  • agus to
    agus to
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Mister Xi
    Mister Xi
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Hardiyanto Prasetiyo
    Hardiyanto Prasetiyo
  • Muchammad Lutfi Asyari
    Muchammad Lutfi Asyari
  • Tom Hardy
    Tom Hardy
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • DeniK
    DeniK
  • Multi Suk
    Multi Suk
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
    • Robban Batang
      Robban Batang
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • daeng romli
      daeng romli
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Hardiyanto Prasetiyo
    Hardiyanto Prasetiyo
    • Tunk B
      Tunk B
  • Abu Abu
    Abu Abu
  • edi hartono
    edi hartono
    • Liam Then
      Liam Then
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • amrullah st
    amrullah st
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • ibnuhidayat setyaningrum
    ibnuhidayat setyaningrum
  • Ahid Hidayat
    Ahid Hidayat
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • Gito Gati
    Gito Gati
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
  • Liam Then
    Liam Then
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Mister Xi
    Mister Xi
  • Mito Sumito Hardjo
    Mito Sumito Hardjo
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Arala Ziko
    Arala Ziko
    • Teguh Raharjo
      Teguh Raharjo
  • Mito Sumito Hardjo
    Mito Sumito Hardjo
  • Syifa Ibrohim
    Syifa Ibrohim
  • Syifa Ibrohim
    Syifa Ibrohim
  • Mito Sumito Hardjo
    Mito Sumito Hardjo
  • Tego Yuwono
    Tego Yuwono
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Tunk B
      Tunk B
  • JIM vsp
    JIM vsp
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Mister Xi
      Mister Xi
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
  • DeniK
    DeniK
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Muin TV
    Muin TV
  • Agus Munif
    Agus Munif
  • Budi Utomo
    Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Budi Utomo
    Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • xiaomi fiveplus
    xiaomi fiveplus
    • Robban Batang
      Robban Batang
  • oyong mantep
    oyong mantep
  • rid kc
    rid kc
  • Agus Buddy
    Agus Buddy
  • Er Gham
    Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • DeniK
      DeniK
  • Jo Neka
    Jo Neka
  • DeniK
    DeniK
  • Mister Xi
    Mister Xi
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain

Berita Terkait