Tabah 65 Atm

Tabah 65 Atm

DUKA masih terus menyelimuti Nusantara. Magnitude tenggelamnya kapal selam Nanggala Rabu lalu memang luar biasa. Tapi saya salah ketika membayangkan 53 prajurit TNI-AL yang bertugas di dalam kapal itu meninggal akibat kehabisan oksigen. 

Kapal itu ternyata ditemukan pecah menjadi tiga di dasar laut sedalam 838 meter. Berarti 53 prajurit tersebut meninggal jauh sebelum oksigen di kapal itu habis.

Kisah oksigen ini bermula ketika ada penjelasan bahwa persediaan oksigen di kapal itu hanya cukup untuk tiga hari. Yang berarti oksigen akan habis di hari Sabtu pukul 03.00 dini hari.

Begitu Sabtu pagi belum ada kejelasan di mana posisi Nanggala, secara matematika, mereka sudah meninggal dunia –kehabisan oksigen. Atau, begitu diketahui kapal berada di kedalaman 800 meter, maka semuanya, secara ilmiah, pasti hancur. 

Tapi begitu ada indikasi bahwa posisi kapal itu berada jauh di dalam laut, penyebab kematian tidak harus karena kehabisan oksigen. 

Sebelum persediaan oksigen habis pun bisa terjadi apa pun. Terutama dikaitkan dengan tekanan atmosfer di dalam laut. Yang kian dalam, tekanan itu kian tinggi.

Kini semuanya jelas: kapal itu ditemukan di kedalaman laut 838 meter. Keadaannya tidak utuh lagi –terbelah menjadi tiga. Atau lebih.

Di kedalaman 800 meter itu tekanannya sekitar 65 Atm. Atau sekitar 65,8 bar. Dalam tekanan sekuat itu kapal pasti pecah. Bahkan, menurut teori, kapal sudah mulai retak ketika memasuki kedalaman 300 meter. Kian dalam posisi kapal kian parah retakan itu.

Pada kedalaman 600 meter mestinya kapal itu sudah patah-patah.

Dari teori itu, maka persediaan oksigen tiga hari tidak ada hubungan dengan kematian 53 prajurit di kapal itu. Kemungkinan besar, di hari pertama pun mereka sudah tewas. Yakni ketika kapal itu pecah. Bahkan, mungkin, tidak perlu menunggu satu hari. Pun satu jam. 

Dalam beberapa menit saja kapal itu bisa berubah dari kedalaman 100 meter ke 300 meter. Lalu ke 600 meter. Akhirnya ke 800 meter. Dari posisi 100 meter ke 800 meter itu barangkali hanya memerlukan waktu kurang dari setengah jam.

Kalau kapal selam yang begitu perkasa saja bisa pecah menjadi tiga, bisa dibayangkan nasib tubuh manusia. Yang hanya terdiri dari unsur air dan debu. Maka, dengan tekanan 65,8 bar, tubuh manusia bisa remuk menjadi seperti air lagi. Hanya jaket mereka yang tidak hancur - -kalau jaket itu plastik. Semua organ yang berongga langsung mimpes dan lumat.

Saya tidak pernah masuk ke dalam kapal selam. Wartawan saya, Nasaruddin Ismail, yang pernah merasakan ikut Nanggala 402. Itu 20 tahun lalu. Ketika kami masih sama-sama aktif menjadi wartawan.

Waktu itu ia akan menerima brevet Hiu Kencana. Syaratnya harus pernah ''berlayar'' di dalam kapal selam. 

Nasaruddin memang wartawan yang lama bertugas di TNI-AL. Ia boleh tahu apa saja di situ. Tapi ia harus tahu mana yang bisa ditulis dan mana yang tidak. Nasaruddin dianggap lulus di situ. Ia mendapat penghargaan dari TNI-AL.

Waktu itu kapal selam Nanggala lagi ''parkir'' di tengah laut. Di utara kota Situbondo. Di selat Madura. Nasaruddin diterbangkan dengan helikopter dari Surabaya. Heli itu mendarat di sebuah kapal perang. 

Posisi Nanggala berada mepet di kapal perang itu. Maka Nasaruddin berjalan lewat bordes dari kapal perang ke kapal selam. Ia masuk ke kapal selam dari pintu atas di kapal itu. Dengan cara menuruni tangga yang tegak lurus.

Ruang di dekat tangga itu sempit. Hanya cukup untuk lima orang berdiri berdekatan.

Di ruang itulah penghargaan diberikan. Yakni setelah kapal Nanggala menyelam ke kedalaman 76 meter. Lalu memutar di perairan bawah laut itu selama sekitar 1 jam.

Sebagai orang yang selama 1 jam hanya di ruang sempit di dalam laut Nasaruddin terperangah ketika pertama kali memunculkan kepala ke pintu atas kapal itu. "Saat pertama melihat kembali alam ini saya kagum. Indah sekali alam ini," katanya.

Berbeda dengan 53 prajurit yang beberapa hari berada di dalam kapal selam Nanggala. Mereka tidak pernah lagi melongokkan kepala muncul dari pintu atas kapal itu.

Mereka tewas bersama Nanggala. ''Tewas'' adalah sebutan yang dikategorikan kepada mereka. Di ketentaraan ada 4 kategori meninggal: Gugur, Tewas, Hilang dalam tugas, dan Meninggal.

Status ''gugur'' diberikan kepada prajurit yang meninggal oleh lawan. 'Tewas' diberikan kepada prajurit yang meninggal saat membawa surat tugas. 'Hilang dalam tugas' kalau prajurit itu tidak diketahui keberadaannya di sebuah penugasan. Status 'meninggal' diberikan pada yang meninggal biasa di luar penugasan.

Prajurit 53 orang itu tewas. Mereka adalah prajurit wira ananta rudira - -tabah sampai akhir. Mereka tewas. Mereka hidup selamanya. Atau dalam istilah kebanggaan para pelaut sendiri mereka itu sedang "beristirahat dalam angin yang tenang di laut yang indah".

Surat penugasan mereka tidak dicabut. Mereka juga tidak mengembalikan surat tugas itu. Selamanya. Mereka menyebut diri mereka masih dalam status sedang "patroli abadi". (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 129

  • Ripcord
    Ripcord
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
    • Tukang las
      Tukang las
    • Liam
      Liam
    • Ripcord
      Ripcord
    • jokiwi
      jokiwi
  • Maumeree
    Maumeree
    • HobyTawuran
      HobyTawuran
  • jokiwi
    jokiwi
  • Tarjo
    Tarjo
  • WesWesWes
    WesWesWes
    • Sssttt
      Sssttt
  • Tukiyem
    Tukiyem
    • guru-nya Tukiyem
      guru-nya Tukiyem
    • Ku duga
      Ku duga
  • Blabla
    Blabla
  • usulan-Chaerulharapan
    usulan-Chaerulharapan
    • didi
      didi
    • donwori
      donwori
    • Akuntan
      Akuntan
    • Tukiyem
      Tukiyem
  • Agung
    Agung
    • jokiwi
      jokiwi
    • Ahmad Zuhri
      Ahmad Zuhri
  • Rudianto
    Rudianto
  • Motivator Kuncoro Y.
    Motivator Kuncoro Y.
  • donwori
    donwori
    • donwori
      donwori
    • donwori
      donwori
  • Hendrik Kediri diswaian
    Hendrik Kediri diswaian
  • sisi
    sisi
    • MenataKataHati
      MenataKataHati
    • Bukan Ahli Ikan
      Bukan Ahli Ikan
    • xetra
      xetra
    • Cocokmologi
      Cocokmologi
    • Analisa
      Analisa
  • 44 tahun usia 402 riskan.
    44 tahun usia 402 riskan.
    • Agung
      Agung
  • olan
    olan
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Denik
    Denik
  • Anti Hoed
    Anti Hoed
    • Tanya
      Tanya
  • Abdulloh
    Abdulloh
    • Lia
      Lia
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • Lealy nur awaly
    Lealy nur awaly
  • Fauzan
    Fauzan
  • choir
    choir
  • Diano
    Diano
  • Ben
    Ben
    • Rahmat
      Rahmat
    • Ney
      Ney
    • Denik
      Denik
    • jokiwi
      jokiwi
  • Bung Hari
    Bung Hari
  • Bulbul
    Bulbul
  • Denny
    Denny
    • Gosokdgtangan
      Gosokdgtangan
    • Gogocungkwok
      Gogocungkwok
  • 4DI
    4DI
  • Edi Purwanto
    Edi Purwanto
  • Harman
    Harman
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • Dede
    Dede
  • asl1
    asl1
    • Pâijô
      Pâijô
    • wong wongana
      wong wongana
    • BKT48
      BKT48
  • Warung Bambu
    Warung Bambu
  • Mikhailo
    Mikhailo
  • ane
    ane
    • Kadrun
      Kadrun
  • Aryo mBediun
    Aryo mBediun
    • Pâijô
      Pâijô
    • Otole
      Otole
    • Pengamat
      Pengamat
  • Gus lurah
    Gus lurah
    • 4DI
      4DI
    • Dokter Cinta
      Dokter Cinta
    • Mesothelioma
      Mesothelioma