Dasamuka Jawa

Dasamuka Jawa

Di musim Piala Eropa ini Inggris kalah dengan Dasamuka.

Saya harus melewatkan pertandingan Inggris lawan Skotlandia karena tidak bisa berhenti membaca novel berjudul tokoh pewayangan itu.

Awalnya saya sulit menduga apa tema novel karya sastrawan Dr Junaedi Setiyono ini. Dua tahun lalu saya membaca novel karya sastrawan India dengan judul Rahwana. Yang menjungkirbalikkan cerita Ramayana.

Ternyata Dasamuka ini novel dengan tema Perang Jawa (1825-1830). Yang juga disebut Perang Diponegoro.

Kita hanya tahu Perang Diponegoro pecah karena penjajah Belanda memungut berbagai macam pajak. Yang sangat memberatkan rakyat. Belanda sempat kewalahan. Korban di pihak Belanda begitu besar. Delapan ribu tentara Belanda totok tewas. Tujuh ribu tentara bayaran mereka juga sirna. Lebih 200.000 pejuang tewas. Lalu Diponegoro ditipu untuk ditangkap. Dibawa ke Semarang. Lalu ke Jakarta. Selanjutnya dibuang ke Tondano dekat Manado. Lalu dipenjarakan di Makassar. Meninggal dan dimakamkan di Makassar dalam usia 69 tahun.

Pengikut Diponegoro lari meninggalkan Jogja. Penduduk Jogja digambarkan tinggal separonya.

Saya sendiri mendapat tambahan cerita dari mulut ke mulut. Dari satu generasi ke keturunan berikutnya. Ketika tokoh-tokoh pengikut Diponegoro itu melarikan diri ke arah timur. Ke Pacitan. Ke Ponorogo. Ke Sewulan, Madiun. Ke Magetan dan seterusnya.

Menurut cerita keluarga kami, Perang Diponegoro adalah juga pemberontakan penganut Tarekat Syatariyah. Semua pesantren yang menganut aliran itu bergerak serentak melawan Belanda. Karena itu, di perang itu, Pangeran Diponegoro mengenakan pakaian ulama. Begitu juga pengikutnya. Bukan pakaian Jawa. Atau pakaian kesultanan. Atau pakaian panglima perang. Entahlah.

Novel ini menarik justru karena tidak bercerita soal perang itu sendiri. Tema novel ini justru pada apa yang terjadi selama 10 tahun sebelum perang itu pecah. Untuk meminjam istilah PKI menjelang meletusnya G30S, novel ini justru menggambarkan masa hamil tuanya. Bahkan sejak hamil mudanya. Pun sejak penyebab kehamilan itu.

Pecahnya perang itu sendiri hanya disertakan sebagai catatan sangat pendek di halaman terakhir. Yakni di adegan ketika William, ilmuwan Skotlandia, sudah berada di dermaga pelabuhan Semarang. Ia sudah siap naik kapal menuju Batavia untuk selanjutnya kembali ke Skotlandia.

Di dermaga itu William menjadi orang terakhir yang naik kapal. Ia masih menunggu kedatangan sahabatnya yang berjanji akan mengucapkan selamat jalan di pelabuhan.

Si teman ternyata hanya mengutus seseorang berpakaian santri. Yang datang terlambat dan tergesa-gesa. Si utusan minta maaf. Teman baik William tidak bisa mengantar ke pelabuhan karena perang melawan Belanda harus segera dimulai. Dan si teman ternyata adalah salah satu panglima perang kepercayaan Diponegoro.

William sebenarnya sudah bertekad untuk hidup di Jawa sampai mati. Demikian juga seorang pengusaha Inggris di bidang perkebunan. Yang bersama anak gadisnya sangat cinta Jawa. Tapi mereka itu akhirnya harus kembali ke Inggris karena Jawa tidak lagi aman.

Ketika perang Diponegoro pecah, William sudah berada di Skotlandia. Kalau tidak, mungkin ia termasuk yang akan ditangkap Belanda. Ia ilmuwan. Ia penulis. Ia wartawan untuk London Times.

Begitu banyak pengetahuan baru saya dapatkan dari novel ini. Misalnya bagaimana profesi penulis di zaman itu. Juga bagaimana kelakuan Hamengkubowono IV. Yang menjadi raja saat masih sangat belia. Yang hanya jadi boneka ibunya dan boneka Belanda. Yang lebih sibuk memuaskan diri dengan hobinya: balapan kereta kuda di jalan-jalan Yogyakarta yang berdebu. Yang selalu membawa banyak korban jiwa pengawalnya. Yang akhirnya mati muda akibat foya-foya.

Juga bagaimana Sultan Hamengkubuwo V dilantik jadi raja di usia yang masih 2 tahun. Agar tetap bisa dijadikan boneka. Agar Diponegoro tidak naik takhta.

Dan yang saya juga belum pernah tahu adalah: bagaimana raja Jawa membuat arena bronjong. Untuk mengadu manusia lawan harimau. Sebagai bentuk hukuman kepada penjahat. Juga kepada musuh pribadi keluarga raja Jawa.

"Musuh pribadi" di situ termasuk tokoh yang tidak rela anak perempuan atau istrinya diminta raja.

Adakah keterlibatan Inggris di dalam perang Diponegoro? Inggris, ketika masih menjajah Jawa, memang menginginkan Diponegoro yang tampil menjadi raja Jawa. Agar bisa menyejahterakan rakyat Jawa. Tapi Inggris kalah perang. Belanda kembali berkuasa di Jawa.

William yang datang ke Jawa saat Inggris masih berkuasa mencoba tetap bertahan di Jawa di bawah pemerintahan Belanda. William melihat betapa penguasa baru Belanda itu menyengsarakan rakyat. William melihat betapa rakyat tidak puas pada Belanda. William memang sering ke pesantren Bagelen untuk mengetahui dinamika kaum Islam zaman itu.

Padahal di zaman Inggris berkuasa, hukuman yang menyengsarakan rakyat dihapus. Termasuk adat bronjong itu. Kebun Raya Bogor dibangun. Dengan banyak tanaman dikirim dari Jogja. Tidak banyak pajak dikenakan.

Dari novel ini saya baru menyadari: masa hamil tua sebelum perang Diponegoro pecah ternyata begitu rumitnya. Ada masalah takhta. Ada masalah wanita. Ada masalah harta. Ada masalah agama. Ada masalah premanisme. Ada masalah nasionalisme.

Campur aduk.

Semua diramu ke dalam novel Dasamuka yang mengalahkan pertandingan sepak bola Eropa sekali pun.

Tentu Dasamuka adalah sebuah novel. Bukan buku sejarah. Tapi bahwa sastrawan Junaedi Setiyono memilih setting waktu ''hamil tuanya'' Perang Diponegoro sungguh pekerjaan yang besar.

Dua minggu lalu saya membaca novel Junaedi Tembang dan Perang. Dengan setting waktu Indonesia tahun 1.100-1.200. Zaman Jenggala dan Kediri. Yang juga istimewa.

Memang Dasamuka belum bisa disejajarkan dengan Bumi Manusia-nya Pramudya Ananta Tour. Yang menggambarkan setting waktu Indonesia di akhir 1800-an dan awal 1900-an. Tapi munculnya karya sastra seperti Dasamuka adalah babak baru novel Indonesia setelah Bumi Manusia.

Betapa kuat riset yang dilakukan sastrawan Purworejo, Jateng ini. Betapa jeli pandangan dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo ini.

Tidak salah Lian Gouw, sastrawan asal Bandung yang 50 tahun tinggal di California, menunjuk penerjemah novel -yang bernama Maya- ini ke dalam bahasa Inggris. Dan menerbitkannya di Amerika lewat Dalang Publishing.

Mungkin Inggris juga berkhianat: tidak jadi memasok persenjataan ke kubu Diponegoro. Tapi watak orang Jawa yang menyebabkan kalah di segala bidang tecermin jelas di novel ini.(Dahlan Iskan)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 185

  • fisipol uma
    fisipol uma
  • Adi
    Adi
  • Ney
    Ney
  • Eddie
    Eddie
  • My Hero
    My Hero
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
  • Lizard Hunter
    Lizard Hunter
  • Lizard Hunter
    Lizard Hunter
  • Muhamad
    Muhamad
  • Liam
    Liam
    • Eva Kwaci
      Eva Kwaci
  • oi
    oi
  • Macca Madinah
    Macca Madinah
  • Thamrin Dahlan
    Thamrin Dahlan
  • Alexs
    Alexs
  • Sunarto
    Sunarto
    • Liam
      Liam
    • Liam
      Liam
    • Ney
      Ney
  • Penikmat
    Penikmat
    • Macca Madinah
      Macca Madinah
    • Enggar
      Enggar
  • Setu
    Setu
  • Denik
    Denik
  • yogas
    yogas
    • Bravo Hitachi
      Bravo Hitachi
    • Lizard Hunter
      Lizard Hunter
  • Dundi
    Dundi
    • Fira
      Fira
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Fajar
    Fajar
  • Mbah Sangkil
    Mbah Sangkil
  • Yudi
    Yudi
  • Tuntang
    Tuntang
    • Tingtung
      Tingtung
  • Muhammad zuber qomaruddin
    Muhammad zuber qomaruddin
    • mov
      mov
    • Junet
      Junet
    • Pinterandikit
      Pinterandikit
    • Pembaca Setia
      Pembaca Setia
  • Jati Tirto
    Jati Tirto
  • abah nusantara
    abah nusantara
  • P.Diponegoro
    P.Diponegoro
  • Latah
    Latah
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • kamfret
      kamfret
    • Poll
      Poll
    • Macca Madinah
      Macca Madinah
  • Kereta lambat.
    Kereta lambat.
  • Adu Bronjong
    Adu Bronjong
    • Koruptor adu Bronjong
      Koruptor adu Bronjong
  • Kalila
    Kalila
    • Liam
      Liam
  • jimbo
    jimbo
  • Tukiyem
    Tukiyem
  • Boyamin
    Boyamin
    • Lizard Hunter
      Lizard Hunter
  • Bung Hari
    Bung Hari
  • Eva Kwaci
    Eva Kwaci
    • Tukiyem
      Tukiyem
    • donwori
      donwori
  • Tan
    Tan
    • Pon wage
      Pon wage
  • Indra
    Indra
  • Al
    Al
  • Achmad
    Achmad
    • Nyemoni
      Nyemoni
    • Captain
      Captain
    • Blajardulu
      Blajardulu
  • Uda Zen
    Uda Zen
  • Umar Saksono
    Umar Saksono
  • JokoJokododo
    JokoJokododo
    • NN
      NN
    • MM
      MM
    • SS
      SS
    • Wan Cinn
      Wan Cinn
    • Fans Diponegoro
      Fans Diponegoro
  • Siti
    Siti
  • Bajay
    Bajay
  • Tari
    Tari
  • Mak kudun
    Mak kudun
  • siti parliah
    siti parliah
  • Didin
    Didin
  • Jasa Jahit Garment
    Jasa Jahit Garment
  • fauzan
    fauzan
    • worried
      worried
  • Sim Kuring
    Sim Kuring
    • Siti Parliah
      Siti Parliah
  • Agung
    Agung
  • Emak
    Emak
  • Joyo jowo
    Joyo jowo
  • SuperSub
    SuperSub
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
  • Top
    Top
    • Tukang Siomay
      Tukang Siomay
    • Siomay Intel
      Siomay Intel
    • Antek Belanda
      Antek Belanda
  • Ngibul
    Ngibul
    • Wahyu
      Wahyu
    • Anak Alay
      Anak Alay
  • Tcn
    Tcn
  • takbir
    takbir
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • Mada Pelukis
    Mada Pelukis
  • Ridwan
    Ridwan
    • Jati Tirto
      Jati Tirto
    • Anak Alay
      Anak Alay
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Boneka Istana
      Boneka Istana
    • Nyindirniye
      Nyindirniye
  • Bukan Petapa Genit
    Bukan Petapa Genit
    • Sim Kuring
      Sim Kuring
  • djoko heru
    djoko heru
  • hari purwani
    hari purwani
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Monitoring Oil
      Monitoring Oil
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • News Ponsel
      News Ponsel