Tanpa Asap

Tanpa Asap

KEBUTUHAN yang mati kini sama mendesaknya dengan kebutuhan yang hidup. Mulai dari tempat penyimpanan mayat, peti mati, sampai pemakaman.

Sampai orang seperti Andreas Sofiandi nekat membangun tempat pembakaran mayat secara afdruk kilat. Seminggu selesai.

Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Jawa Timur ikut mengurus peti mati dan oksigen.

Rumah kematian Adi Jasa Surabaya sampai memerlukan bantuan dua truk cold storage –biasanya untuk angkut ikan dari Papua– untuk menyimpan kelebihan mayat.

Yang paling "Bonek" ya Andreas tadi. Hatinya tersentuh ketika tahu begitu banyak mayat yang antre untuk dikremasi. Lebih tergetar lagi ketika melihat mayat dijadikan lahan bisnis.

Ia langsung berpikir cepat: mengalihkan mesin pembakar mayat yang baru selesai ia dirakit. Untuk dipindah ke Jakarta mengatasi krisis mayat di Jakarta.

Mesin itu awalnya untuk Pekanbaru, Riau. Untuk perluasan krematorium di sana. Pekanbaru memang sudah punya dua mesin pembakar mayat. Kalau mesin yang ketiga dialihkan untuk Jakarta akan bisa ikut mengatasi krisis.

Andreas lahir di Padang. Sampai lulus SMP (Santa Maria) masih di Padang. Lalu masuk STM di Jakarta. Jadi orang sukses.

Masyarakat Tionghoa Padang masih menganggap ia orang Padang. Maka Andreas diminta menjadi ketua perkumpulan Tionghoa di sana: Heng Beng Tong.

Nama Heng Beng Tong saya kenal dengan baik. Begitu juga Andreas. Ia juga menjadi ketua perkumpulan barongsai Heng Beng Tong. Pernah ikut kejuaraan dunia: Heng Beng Tong juara dunia. Mengalahkan Barongsai dari Tiongkok, Malaysia, Hongkong, dan Taiwan. Baru lima tahun kemudian giliran Barongsai dari Tarakan yang juara dunia.

Di Padang, Andreas berhasil membangun rumah krematorium baru. Sekaligus dua mesin. Lima tahun yang lalu.

Itu untuk menggantikan sistem kremasi yang lama. Yang asapnya tebal. Yang baunya menyengat. Yang satu hari hanya bisa membakar satu mayat –karena pembakarannya lama dan perlu masa pendinginan.

Andreas lantas diminta masyarakat Tionghoa Pekanbaru untuk hal yang sama. Ia memang punya usaha di Pekanbaru. Andreas pun membangun krematorium di Pekanbaru. Sekaligus dua mesin. Bahkan akan tambah satu lagi –yang akhirnya dipasang di Jakarta itu.

Andreas pernah menjadi dealer Mercedes-Benz untuk seluruh Sumatera. Ia punya banyak kenalan. Termasuk Wali Kota Jakarta Barat.

Kepada wali kota itu, Andreas mengatakan: "Kalau ada lahan dan saya diberi izin, saya sanggup membangun krematorium dalam satu minggu. Akan saya gratiskan selama pandemi ini."

Wali Kota tanggap cepat. Ia melapor ke gubernur –tidak perlu saya sebutkan namanya. Sang gubernur langsung setuju. Mereka sepakat melihat lokasi pemakaman Kristen di Tegal Alur, Jakarta. Letaknya di antara Ancol dan PIK.

"Apakah lahan ini cukup?" tanya sang gubernur seperti ditirukan Andreas.

"Cukup sekali. Untuk dua mesin pun cukup," jawab Andreas.

Lahan itu ada di sebelah kantor pemakaman.

"Kalau hari ini bapak izinkan. Seminggu lagi sudah bisa dipakai membakar mayat," tantang Andreas.

Hari itu pun diputuskan: go!

Andreas pun menyewa crane kapasitas 50 ton. Ups... ada yang meminjaminya. Berat seluruh mesin itu sendiri 10 ton tapi lokasinya agak masuk jauh. Perlu crane besar.

Keistimewaan mesin bakar mayat yang ini –buatan Korea tapi dirakit di Indonesia– tidak menimbulkan asap dan bau. Sistemnya: pembakaran ganda. Asap yang muncul langsung dibakar lagi. Satu mayat hanya menghabiskan 15 liter solar.

Proses pembakarannya juga sangat cepat: 75 menit. Tidak lagi 5 sampai 6 jam seperti cara kremasi yang lama. Itu pun masih harus menunggu dingin untuk bisa mengambil abunya. Mesin Andreas ini beda. Begitu pembakaran selesai, abu bisa diambil –15 menit kemudian.

Itu karena ada ''baskom'' ukuran 40 x 60 cm di bawah jenazah. Begitu pembakaran selesai baskom itu bisa ditarik. Abu tulang jenazah ada di baskom itu. Masih membentuk seperti pada posisi manusia. Abu tulang kepala di atas. Abu tulang lutut di bawah. Abu tulang pinggul di tengah.

Tulang di bagian bawah lutut –sampai jari kaki– habis terbakar. Tidak terlihat abunya. Karena itu panjang baskom cukup 60 cm. Cukup dari kepala sampai lutut.

Krematorium made in Andreas ini –nama Tionghoanya Sho Yong Tjuan– bikin heboh karena gratis. Andreas mampu memecahkan sistem kapitalisme dalam pembakaran mayat.

Di Jakarta sebenarnya sudah ada 21 mesin krematorium –di 8 lokasi. Termasuk di Tangerang. Termasuk dua buah milik umat Hindu.

Tapi jumlah mayat jauh melebihi kapasitas. Hukum kapitalisme berlaku: siapa mau mahal bisa dilayani lebih cepat. Yang kaya bisa menyalip antrean.

Itu terjadi di mana-mana. Baru ada satu Andreas yang memecahkannya.

Untuk sistem pemakaman ternyata lebih sederhana. Tinggal cari lahan. Tapi muncul juga hukum permintaan dan penawaran. Dalam bentuk pungli seperti yang terjadi di Bandung itu.

Pemakamannya memang sederhana. Tapi praktiknya juga tidak sederhana. Sebelum dimakamkan mayat harus dimasukkan peti mati.

Mulailah kapitalisme naik pentas. Harga peti mati ikut hukum pasar. Itu pun barangnya belum tentu ada.

Itu yang membuat Ketua Kagama Jatim Arif Afandi, berunding dengan anggotanya: menyumbang 50 peti mati. Akan ada tahap berikutnya lagi.

"Kami tidak beli. Bikin sendiri. Tinggal beli kayu dan ongkos tukang. Kebetulan ada pabrik mebel yang tutup," kata Arif yang mantan Wakil Wali Kota Surabaya dan Pemred Jawa Pos yang kini menjadi redaktur tamu Harian Disway.

Untuk mengatasi mahalnya peti mati itu, Adi Jasa beruntung. Sumbangan dua truk cold storage bisa dipakai menyimpan 18 mayat. Sambil menunggu peti dan giliran dikremasi.

Adi Jasa sendiri sebenarnya sudah lama ingin membangun krematorium. Belum mendapat izin. "Kami akan mengajukan izin lagi," kata Anis Rungkat, salah seorang wakil ketua Adi Jasa.

Belum pernah kita memikirkan orang mati seserius sekarang ini. (Dahlan Iskan) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 194

  • Nama di bawah
    Nama di bawah
  • Icul
    Icul
    • Sugiaro
      Sugiaro
    • UuS aus
      UuS aus
  • Aziz
    Aziz
    • maklampir
      maklampir
    • Drone Nyemprit
      Drone Nyemprit
  • Sugik Marpaung
    Sugik Marpaung
    • Liam
      Liam
  • Thamrin Dahlan
    Thamrin Dahlan
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
  • Abu S
    Abu S
    • Otak otak
      Otak otak
  • Ari
    Ari
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • 2T
    2T
    • Oke
      Oke
    • vancat
      vancat
    • Juliari Tertawa
      Juliari Tertawa
    • Madam Bansos
      Madam Bansos
    • Koruptor Bansos
      Koruptor Bansos
    • Juliari Tertawa
      Juliari Tertawa
    • donwori
      donwori
    • oi
      oi
  • Reyes
    Reyes
  • Rudianto
    Rudianto
  • Ameer
    Ameer
  • Gano
    Gano
    • Gono
      Gono
  • DS
    DS
    • vancat
      vancat
  • Bos gak level, sudah di surga.
    Bos gak level, sudah di surga.
  • erik
    erik
  • Deni
    Deni
    • Dono
      Dono
    • Rahmat
      Rahmat
  • Gubernur Sukses
    Gubernur Sukses
    • Rahmat
      Rahmat
  • Tobat lah semua koruptor
    Tobat lah semua koruptor
  • Emput
    Emput
  • Taruna
    Taruna
  • Fredericko
    Fredericko
    • minji
      minji
  • Koruptor amatir
    Koruptor amatir
    • Keseimbangan alam
      Keseimbangan alam
    • Juliari Tertawa
      Juliari Tertawa
    • Tobat koruptor
      Tobat koruptor
    • Emak Banteng Ngiler
      Emak Banteng Ngiler
  • Pekok Wi
    Pekok Wi
    • Pekok Wi
      Pekok Wi
    • NHK
      NHK
    • Ampera 10ribu
      Ampera 10ribu
  • mas jok sudahlah
    mas jok sudahlah
    • Mas rakyat nurutlah.
      Mas rakyat nurutlah.
    • gus mar
      gus mar
  • bejosabarslamet
    bejosabarslamet
  • Cuan Adalah Tuhan
    Cuan Adalah Tuhan
    • Wahyu
      Wahyu
    • Gratis selama copid
      Gratis selama copid
    • Bukan kadrun
      Bukan kadrun
    • Liam
      Liam
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Whatever
      Whatever
    • Beda aliran wajar
      Beda aliran wajar
    • Jokowi Oke
      Jokowi Oke
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • Bagong
      Bagong
    • Redball
      Redball
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Gubernur Dasamuka
    Gubernur Dasamuka
    • Jokowi Sip
      Jokowi Sip
    • Koplak
      Koplak
  • tomi husin
    tomi husin
  • Bung Hari
    Bung Hari
    • Kampret
      Kampret
  • Cak Lontong
    Cak Lontong
  • mumumu
    mumumu
    • mumumu
      mumumu
    • Udin songkok
      Udin songkok
  • donwori
    donwori
    • DiswayGL
      DiswayGL
    • Dino
      Dino
  • buswadun unes
    buswadun unes
    • DiswayGL
      DiswayGL
  • Kampretos
    Kampretos
  • Adi
    Adi
  • Muh Abu Taufiq
    Muh Abu Taufiq
  • Pak Dahlan Iskan keren
    Pak Dahlan Iskan keren
    • NKRI
      NKRI
    • donwori
      donwori
    • Bukan Mahyeldi
      Bukan Mahyeldi
  • Agus
    Agus
    • Anak Alay
      Anak Alay
    • Berkat melimpah
      Berkat melimpah
  • Bakar mati
    Bakar mati
    • Whatever
      Whatever
  • subhan
    subhan
    • Alon Walker
      Alon Walker
  • olan
    olan
  • Eko
    Eko
  • Junaidi Maksum
    Junaidi Maksum
    • DiswayGL
      DiswayGL
    • Cong
      Cong
    • Bagong
      Bagong
    • Momokun
      Momokun
    • donwori
      donwori
    • Abu
      Abu
    • Ambyar
      Ambyar
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Denik
    Denik
    • Bukan Anis
      Bukan Anis
  • Ora Percoyo
    Ora Percoyo
    • Adi
      Adi
    • Lia
      Lia
    • donwori
      donwori
  • Blank-blink-blunk
    Blank-blink-blunk
    • blunk-blink-blank
      blunk-blink-blank
  • Isnaini
    Isnaini
  • Kang Koding
    Kang Koding
  • Eva_Kwaci
    Eva_Kwaci
  • arif priyono
    arif priyono
  • Emak dapur
    Emak dapur
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • Bob
      Bob
  • unlekyip
    unlekyip
  •  Arif
    Arif
  • -
    -
  • Wawak
    Wawak
  • Jack
    Jack
  • Warno
    Warno
  • Sontoloyo
    Sontoloyo