Menolak Punah, Komunitas Tangger Lestarikan Olahraga Jemparingan di Tangerang
Menolak Punah, Komunitas Tangger Lestarikan Olahraga Jemparingan di Tangerang-Disway.id/Candra Pratama-
TANGERANG, DISWAY.ID -- Harrys Yasin Yudhanegara masih tetap kokoh menarik tali gandewa atau busur panah tradisional.
Sambil memakai totopong (topi khas Sunda) serta pangsi, kakinya duduk bersila sambil menghadap utara, seraya menatap tajam bandulan, yang jaraknya 30 meter.
BACA JUGA:Indra Sjafri Tak Peduli Permainan yang Indah: Kemenangan yang Penting
BACA JUGA:Kaesang Blusukan Ke Tangerang Pakai Rompi Putra Mulyono, Pengamat Sebut Kebanyakan Gimmick!
Bandulan sendiri merupakan sasaran yang berbentuk silinder kecil berwarna putih.
Siang itu, Sabtu, 28 September 2024, dirinya juga terlihat ditemani para pemanah jemparingan, yang terdiri dari berbagai kalangan, baik SD, SMP, SMA hingga masyarakat umum.
Para pemanah termasuk Harrys, tergabung dalam sebuah komunitas jemparingan, yang diberi nama, Tangger.
Tangger, merupakan komunitas jemparingan, yang telah didirikan Harrys Yasin sejak 10 November 2020 lalu.
Komunitas tersebut terletak di sebuah lapangan di Kampung Cacing, Kelurahan Cikokol, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Komunitas itu, dia dirikan semata-mata untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.
BACA JUGA:Prihatin dengan Kondisi Rumah di Desa Daru Tangerang, Kaesang: Kami ingin Bantu Masyarakat
Kisah komunitas Tangger kata Harrys, berawal saat dirinya mempelajari soal jemparingan di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Tak hanya di Gunung Kidul, dia juga sempat mengikuti panahan tradisional di Bandung, yang disebut dengan panah kasumedangan.
"Ya Awalnya seperti itu (melestarikan budaya). Bahwa saya setelah mendalami dan menelusuri. Saya pertama kali belajar di Gunung Kidul, Yogyakarta, Solo, Klaten, Pasuruan," ujar Pria berusia 66 tahun itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: