Dari Rumah bersama Orkestra Rusia

Dari Rumah bersama Orkestra Rusia

Rasanya benar bahwa Indonesia sedang kering lagu anak. Apalagi pementasan nyanyian yang dikemas melalui drama atau yang dikenal dengan istilah drama musikal. Maka apa yang dipentaskan oleh anak-anak dari gerakan Aksi Cinta Indonesia dapat disebut sebagai oase di tengah gurun terik.

Sekaligus membuktikan bahwa, pertama, antusiasme anak-anak masih tinggi terhadap kesenian. Kedua, lagu anak masih eksis hingga kini. Ketiga, respons meriah dari para pendengar menunjukkan kerinduan mereka terhadap pementasan lagu anak.

”Sekitar 42 anak dari 18 kota di Indonesia yang menjadi penampil dalam drama musikal Gapai Bahagia,” ujar Maria Bernadine, humas gerakan Aksi Cinta Indonesia.

Pemilihan judul Gapai Bahagia berarti menumbuhkan semangat kebahagiaan bagi anak-anak yang tampil, sekaligus memberi kebahagiaan bagi anak-anak lain. ”Hasil dari penjualan tiket drama musikal yang kami selenggarakan, didonasikan untuk membantu anak-anak penderita stunting di NTT,” tambahnya.

Seluruh dana yang terkumpul akan dikelola oleh Yayasan Benih Baik (benihbaik.com). Disalurkan sebagai bantuan bagi anak-anak penderita stunting. ”Kakak ingin sampaikan, dari peringkat stunting terbanyak di dunia, Indonesia menempati peringkat keempat. Paling banyak dari NTT,” ujar Rima Rismania, pengelola benihbaik.com.

Dia menerangkan pula pada anak-anak, bahwa stunting adalah sebuah kondisi tinggi badan anak yang lebih pendek dari sebayanya. Penyebabnya, kekurangan gizi atau gizi buruk.

Drama musikal Gapai Bahagia diselenggarakan pada 20 November lalu. Didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Diselenggarakan secara virtual dan seluruh proses produksinya dilakukan di rumah.

”Melalui pementasan drama musikal tersebut, semua orang, khususnya anak-anak dapat terinspirasi untuk terus belajar, berkarya, punya empati sosial dan rela berbagi serta dapat tetap bahagia di mana pun berada,” ungkapnya.

Anak-anak yang berperan dalam drama musikal Gapai Bahagia adalah anak-anak dari rentang usia 4-15 tahun. Melalui proses audisi lewat Instagram @ltmb_music dan @gapai.mimpimu yang cukup ketat, empat puluh dua anak terpilih untuk bernyanyi, berakting dan bekerja sama.

Prosesnya berlangsung selama kurang lebih 6 minggu. Mereka semua mendapatkan pelatihan keterampilan dasar berakting oleh Helena Lorentia. Pendampingan vokal dari Josefina Setia Widanti.

”Tak hanya berperan dalam drama musikal tersebut, tapi anak-anak diajak untuk turut terlibat dalam menyusun naskah, membuat ilustrasi background virtual, menulis lirik lagu serta melodi,” ungkap Maria.

Saat pementasan berlangsung, video-video yang diunggah melalui share screen merupakan video yang telah dibuat pada saat proses. Termasuk rekaman nyanyian masing-masing peserta.

Orang tua masing-masing anak, selain turut aktif dalam proses pendampingan, mereka dilibatkan dalam proses latihan, proses perekaman audio dan visual serta persiapan kostum. Sebab semua itu dilakukan di rumah.

Dapat dilihat dalam pementasan tersebut, masing-masing anak tampil dengan kostum unik yang tidak kalah dengan pertunjukan panggung. Seperti tampak pada kostum yang dikenakan Renata Chelsea. Anak berusia lima tahun itu tampak lucu dengan kostum burung beo berwarna hitam dengan sayapnya yang mengembang.

Bahkan kualitas vokal mereka dapat dibilang sangat baik untuk anak-anak seusianya. Chelsea dalam pementasan tersebut menyanyikan lagu berjudul Anjing dan Kucing dengan nada rapp khas anak-anak.

Rapp yang bertempo sedikit lambat sehingga Chelsea bisa menyanyikannya dengan baik. ”Itu menunjukkan bahwa para orang tua telah berperan menyiapkan anak-anaknya dengan sungguh-sungguh,” ungkapnya.

Proses latihan dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih dua minggu. Sesi latihan pertama dilakukan pada Sabtu, 16 Oktober 2021. Sedangkan sesi latihan terakhir dilakukan pada Minggu, 31 Oktober 2021

Proses rekaman berlangsung dalam waktu kurang lebih seminggu. Rekaman dilakukan secara bertahap per-scene. Jadwal rekaman audio dan video di rumah masing-masing dimulai dari Senin, 1 November 2021 sampai Senin, 8 November 2021. Bahkan gerakan Aksi Cinta Indonesia menggandeng Moscow Bow Tie, kelompok orkestra dari Rusia.

Acara yang berlangsung sejak pukul 19.30 itu dibuka oleh empat MC. Yakni Fariz Azka, Mirelle G. Edith, Laurent, A. Vania Kianli, Griselda dan Nashadilla. Keempatnya saling bercakap-cakap tentang gerakan Aksi Cinta Indonesia.

Menjabarkan tentang pementasan tersebut, berikut prosesnya serta siapa saja yang terlibat. Keempatnya secara bergantian membacakan sinopsis pengantar pementasan.

Tidak selamanya hitam itu gelap, kalah bukan berarti akhir dari segalanya/Jauh dari orang tersayang bukan berarti kehilangan/Bermusuhan bukan berarti tak bisa berbaikan/Bahagia itu jika kita bisa merasakan desiran angin, cinta dari sekitar kita dan menikmati kebaikan Tuhan.

Demikian cuplikan sinopsis tersebut.

Pementasan dibuka dengan lagu Hari Bahagia yang dibawakan dengan alunan orkestra lembut. Keempat anak yang menyanyikannya mampu menguasai tiap nada dengan baik. Menyatu dengan irama.

Anak-anak yang semuanya di bawah usia 15 tahun itu bahkan telah menguasai nada-nada tinggi, baik yang dibawakan dengan teknik menyanyi secara langsung maupun menggunakan falsetto yang sulit.

Lirik lagu yang ditulis oleh anak-anak itu menuntut kesesuaian tempo dalam part musikalnya, karena liriknya cukup padat. Namun mereka membawakannya dengan baik, bahkan dengan pembagian vokal. Meliputi vokal utama dan backing-nya masing-masing.

Lagu yang syahdu ditutup dengan nada tinggi dan gema vokal latarnya. Lagu kedua berjalan di sela-sela drama yang dimainkan oleh enam anak: Lucy Paramita, Viviene Michelle Wijaya (Surabaya), Calya Prajanji Nareswari, Madeline Alexander (Jakarta), Dianda Edrania (Bondowoso), Rachel Citranti Nathania (Jombang).

Dikisahkan, ketika semua anak merasa riang, Rachel yang memerankan tokoh bernama Kenzie merasa gundah, karena ia kalah dalam kompetisi game virtual. Kawan-kawannya yang lain memotivasi Kenzie agar bangkit dan bersemangat, serta mau belajar dari kegagalan.

Kemudian mereka semua menyanyikan lagu Jangan Menyerah. Sebuah lagu bernada pop klasik yang dibawakan dalam format orkestra klasik dengan sentuhan dominan piano dan biola.

Sekitar sepuluh lagu dengan cerita yang mengandung petuah bijak, dibawakan oleh 42 anak. Mereka tampil memukau, menunjukkan bahwa proses panjang telah mereka jalani dengan baik.

Penampilan mereka diharapkan dapat menjadi penanda momentum bangkitnya kembali lagu anak Indonesia. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 0