Anies Baswedan Tak Membawa ‘Berkah’ untuk NasDem, Dendik: Elektabilitas Turun Semangat Restorasi Terancam
Ketua Umum Surya Poloh saat bersama Anies Baswedan yang saat itu membacakan poin-poin Ormas NasDem.-Dok. Partai NasDem-Disway.id
BACA JUGA:Anies Baswedan Disetujui 32 DPW NasDem Capres 2024, Deklarasi Tunggu Waktu
Sejauh ini, partai-partai yang lain belum secara resmi mengajukan nama capres, termasuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
”Selain Golkar, dua anggota KIB masih di bawah ambang batas, yaitu PPP (2,6 persen) dan PAN (1,6 persen),” ucap Dendik.
Prediksi terhadap munculnya poros koalisi berangkat dari suara yang diraih pada Pemilu 2019 maupun peta dukungan saat ini.
Di luar partai-partai tersebut, tersisa partai-partai kecil maupun yang baru dibentuk untuk mengikuti Pemilu 2024.
Elektabilitas tertinggi masih di kisaran 1 persen, yaitu Partai Ummat (1,4 persen), Gelora (1,2 persen).
Kemudian Perindo (1,0 persen). Lainnya adalah Hanura (0,6 persen), PBB (0,3 persen), PKPI (0,1 persen), dan Berkarya (0,1 persen).
Garuda dan Masyumi Reborn nihil dukungan, sedangkan partai-partai lainnya hanya mendapat dukungan 0,9 persen.
Di sisi lain, masih terdapat 21,3 persen yang menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Survei Polmatrix Indonesia pada tanggal 16 -21 Juni 2022 terhadap 2.000 responden mewakili 34 provinsi.
Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sebesar 2,2 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Ketua Umum NasDem Surya Paloh pernah mengusulkan duet Anies-Ganjar untuk mengakhiri polarisasi di tengah masyarakat.
Akan tetapi, hal itu sangat bergantung pada koalisi yang terbangun dengan partai-partai yang ada di parlemen. Terlebih, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih terikat sebagai kader PDI Perjuangan.
Sementara itu, Analis politik dari Forum Doktor Ilmu Politik UI Reza Hariyadi menganggap, pola stigmatisasi, framing, hingga mobilisasi politik identitas.
Ini menjadi modus dalam komodifikasi politik identitas yang diarahkan kepada Anies. Targetnya adalah untuk mendistorsi opini publik dan memberikan label negatif pada figur yang disasar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: antaranews.com