Jejak Tiongkok yang Tersisa di Pulau Kangean, Ada Alat Timbang Kuno Bukti Warisan Leluhur

Jejak Tiongkok yang Tersisa di Pulau Kangean, Ada Alat Timbang Kuno Bukti Warisan Leluhur

eorang warga sedang membuka pintu rumah berbentuk Pecinan di Dusun Lambheng Dajah, Desa Kalikatak, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean Kabupaten Sumenep Madura, Jawa Timur, Sabtu 9 Juli 2022. -Antara/Masuki M. Astro-disway.id

Faktanya, pengaruh bahasapun juga tidak ada yang tertinggal di masyarakat Pecinan. Mereka juga menggunakan Bahasa Madura logat Kangean yang banyak berbeda dengan Bahasa Madura pada umumnya.

Satu lagi jejak China di daerah itu adalah nama jalan, yakni Jalan Ba Bun Hong di Desa Kalikatak, yang diduga kuat disadur dari kata atau nama tokoh asal China.

Mengenai punahnya tradisi China di Dusun Pecinan, Encek Mang mengatakan kemungkinan karena seluruh keturunan China di wilayah itu sudah memeluk Agama Islam yang berbeda dengan tradisi keagamaan masyarakat China.

"Jadi membakar dupa dan tradisi lainnya dari China sudah tidak ada," katanya.

Sementara makam yang diduga sebagai salah satu leluhur asal Negara China di Dusun Pecinan, kondisinya sudah dibiarkan apa adanya.

Nisan yang terbuat dari adonan semen itu kini diselimuti lumut, bahkan tidak terlihat tulisan apapun yang menandakan bahwa jasad di dalamnya adalah orang China. Sekilas makam itu mirip pot bunga berukuran besar. Apalagi di samping makam ada pohon jeruk dengan daun yang lebat.

Pemandangan berbeda justru terlihat di arah kiri depan rumah Encek Mang. Di situ ada rumah panggung khas salah satu suku di Sulawesi. Pemiliknya, Muhammad Sofwan Sakir (Wawan) ternyata bukan dari Sulawesi. Ia berasal dari Kabupaten Sampang dan istrinya asli Pulau Kangean.

Ia memiliki rumah panggung dari hasil membeli ke warga di Dusun Bugis, Desa Pajenangger, Kecamatan Arjasa. Wawan mengaku sangat suka dengan rumah panggung itu karena dinilainya eksotis. Rumah itu ada di bagian pojok Dusun Pecinan.

Sementara itu Camat Arjasa Husairi Husen yang mengaku juga masih keturunan China dan memiliki keluarga dekat de warga di Dusun Pecinan itu menuturkan bahwa informasi yang dia dapat, warga China di Kangean memang berasal dari Negara Tiongkok sekarang.

Dulu mereka berlayar ke Dungkek di Kabupaten Sumenep lalu ke Sapudi dan ke Kangean. Sebagian ada yang menetap di Dungkek dan terjadi asimilasi dengan penduduk lokal ddi Sumenep daratan itu.

Di Desa Kalikatak, Kecamatan Arjasa, juga terjadi pembauran dan perkawinan warga China dengan penduduk lokal, sehingga yang tertinggal saat ini adalah peranakan.

Sebagai keturunan China, Husairi Husen juga akrab dipanggil encek, yakni Encek Eeng, dan sebagian warga dusun itu yang mengenalnya sejak kecil memanggil Koh Eeng.

Mengenai warisan leluhur yang kini mulai punah, Encek Eeng mengaku dirinya masih menyimpan sejumlah benda penanda budaya masa lalu orang China, salah satunya alat timbang yang dikenal dengan sebutan dhacen.

Timbangan kuno yang diklaim asli dari China itu ia dapat dari warisan orang tuanya yang sampai saat ini masih disimpan, meskipun secara fungsi sudah tidak dipergunakan.

Keberadaan kampung Pecinan dan rumah panggung menjadi bukti sejarah bahwa budaya Kangean adalah perpaduan beberapa budaya, yakni Madura, China dan Sulawesi, bahkan juga ada Arab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: antaranews.com

Berita Terkait

Close Ads