Kompor 450

Kompor 450

Kompor listrik. -Foto: Tangkapan layar disway.id-

MASIH banyak tanda kita belum maju: gas masih dikirim pakai tabung. Ke mana-mana. Padahal setiap rumah perlu gas. Untung air sudah dikirim pakai pipa.

Sedang listrik, apa boleh buat, memang terpaksa harus dikirim pakai kabel. Untung power bank tidak ditemukan sejak dulu. Bisa-bisa listrik kita pun dikirim seperti kiriman gas.

Di bidang listrik kita sebenarnya sudah sangat maju –kalau saja tidak ada ini: pembatasan pemakaian di meteran. Yang kelas-kelasnya begitu banyak. Yang selalu bikin heboh. Terutama kelas paling bawah, 450 VA.

"Jadi dihapus?" 

"Tidak".

"Pembahasannya dihentikan?"

“Tidak pernah ada pembahasan".

"Yang di Komisi Anggaran DPR itu?“

"Tidak ada".

Syukurlah.

Jumlah pelanggan listrik kelas paling bawah itu sangat banyak. Paling banyak kedua: 24,5 juta orang.

Kalau yang 450 itu dihapus berarti kelas paling rendah menjadi 900. Sebenarnya tidak apa-apa. Asal  dibicarakan bagaimana dengan tarif dasar untuk 900 va itu. Siapa tahu tarif dasar yang 900 bisa ikut yang 450.

Bukankah ide itu justru akan membuat subsidi listrik kian besar? Tentu. Bisa juga tidak. Tergantung penentuan tarif di pemakaian listrik di atas batas minimal itu.

Penentuan tarif listrik memang sangat ruwet di Indonesia. Untung kita sudah biasa berpikir ruwet. Kalau kemarin ada ketua DPRD yang tidak hafal teks Pancasila kini saya yakin tidak semua dirut PLN hafal kelas-kelas tarif listrik. Contohnya saya dulu. 

Di negara maju, dirut PLN-nya tidak ada yang tidak hafal tingkatan tarif –karena di sana tidak ada pembatasan listrik. Tidak ada pertanyaan ''mau nyambung listrik yang berapa VA''. Sambung saja. Kalau mau hemat ya harus disiplin sendiri. Berapa yang Anda pakai itulah yang Anda bayar.

Pelanggan yang 900 VA lebih banyak lagi: 35 juta orang. Dari jumlah itu ada juga yang menerima subsidi: 8 juta orang.

Bisa dibayangkan hebohnya. Kalau yang 450 VA dihapus: 24,5 juta orang. Memang seperti tidak masuk akal. Di zaman ini sebuah rumah cukup dialiri listrik 450 VA. Padahal zaman sudah serba elektronik. Semua alat butuh listrik: pompa air, TV, rice cooker, kulkas, setrika... Tapi orang juga mulai bisa berhemat: saat menyetrika, misalnya, alat pemakan listrik lainnya dimatikan.

Saya tidak tahu sejarah: sejak kapan sistem 450 VA itu diterapkan. Rasanya sejak zaman Belanda.

Zaman itu pembatasan dilakukan bukan karena miskin. Yang bisa mendapat listrik adalah orang kaya. Motifnya lebih pada kekurangan listrik.

Kini pembatasan menjadi lambang status sosial ekonomi. 450 VA adalah kapasitas terkecil dari sistem listrik dua phase. Satu phase 220 VA. Maka dua phase 450 VA. Misalkan Anda ingin pasang listrik 400 VA, itu tidak bisa. Tidak ada sekring ukuran itu yang dijual. Semua sudah distandarkan satu phase 220 VA.

Tentu orang PLN semua mimpi indah: kapan negara ini maju. Tidak perlu lagi ada begitu banyak kelas pelanggan. Tidak harus berkasta-kasta. Semua dibuat sama. Tinggal masing-masing berpikir sendiri: berapa kemampuan pemakaian listrik bulanannya.

Di zaman komputer seperti ini mestinya bisa. Siapa yang pemakaiannya hanya 300 watt tarifnya rendah. Kian tinggi pemakaian kian mahal tarifnya. Tidak perlu dikastakan.

Memang akan heboh. Awalnya. Dan sekarang menjelang Pemilu. Lebih baik ide itu diabaikan saja.

Jangankan mengubah semua itu. Menggalakkan kompor listrik saja hebohnya bukan main. Padahal modernisasi penyaluran energi ke semua dapur rumah di Indonesia seharusnya sudah tidak bisa ditunda.

Pilihannya hanya dua: membangun pipa gas ke semua rumah atau mengganti kompor gas ke kompor listrik. Dari dua hal itu kita masih sangat jauh dikatakan maju.

Memilih di antara dua itu juga tidak sulit. Mengingat harga gas fluktuatif, pilihan hanya satu: menggalakkan kompor listrik. Lihatlah betapa kian besar subsidi negara untuk elpiji. Maka migrasi ke kompor listrik jadi pilihan satu-satunya.

Dulu mengganti minyak tanah ke elpiji dimaksudkan untuk mengurangi subsidi. Kini subsidi elpiji seperti kena kutukan arwah minyak tanah.

Pemerintah sebenarnya sudah bulat: tahun depan jumlah pemakai kompor listrik sudah harus 5 juta rumah. Tahun depannya lagi naik tiga kali lipat.

PLN juga sudah menyiapkan teknis pelaksanaannya. Orang miskin diberi gratis kompor listrik. Dua tungku. Ditambah bantuan dua alat utama masak: wajan teflon yang mengandung besi dan panci khusus kompor listrik.

Untuk berganti ke kompor listrik peralatan masak yang sekarang memang tidak bisa dipakai. Terutama yang terbuat dari aluminium. Alat dapur yang cocok untuk kompor listrik adalah yang mengandung besi. Panci-panci aluminium tidak cocok: panasnya lama sekali. Teflon yang ada di dapur Anda umumnya juga tidak cocok. Kecuali yang mengandung besi. Kira-kira hanya 20 persen teflon yang ada di pasaran selama ini yang mengandung besi.

Siapa yang jadi sasaran penggantian kompor ini? Orang kaya? Orang miskin?

Inilah sulitnya.

Pemerintah memilih mendahulukan orang miskin. Yakni yang berlangganan listrik 450 VA. Mereka inilah penyerap subsidi terbesar. Di dua bidang sekaligus: subsidi listrik dan subsidi elpiji.

Tapi penerima subsidi itu mungkin tidak merasa kalau sedang menerima subsidi setiap hari. Bisa saja mereka menganggap harga elpiji 3 kg itu ya memang segitu.

Maka ketika akan pindah ke kompor listrik pertanyaannya satu: apakah lebih murah dari elpiji. Bagaimana menjelaskannya?

Kalau dibanding harga elpiji non subsidi jauh lebih murah. Tapi bukan itu intinya: bagaimana dengan biaya elpiji saat ini, sekarang ini, yang disubsidi besar-besaran itu. Tentu masih sedikit  lebih mahal.

Maka DPR cenderung menolak program komporisasi listrik ini. Dianggap terlalu rumit.

Sebenarnya masih lebih rumit dari itu.

Misalnya, bagaimana listrik 450 VA bisa dibuat menyalakan kompor listrik. Pasti tidak bisa. Berarti daya listrik di rumah itu harus dinaikkan: menjadi 2200 VA. Seperti di rumahnya orang mampu. Maka kalau semua rumah 450 VA berubah ke kompor listrik otomatis pelanggan 450 VA hilang.

Tidak begitu.

Kalau pikirannya seperti itu tidak akan ada orang miskin yang mau ganti pakai kompor listrik. Tarif dasar pelanggan 2200 jauh lebih tinggi dari 1200 atau pun 900 VA. Apalagi dibanding 450 VA.

Lantas bagaimana?

PLN sudah siap.

Meski daya listrik di rumah orang miskin itu menjadi 2200, tapi ia tetap dianggap pelanggan 450 VA. Tetap murah sekali. Dan tetap disubsidi pula.

Yang 2200 VA itu lebih untuk menghidupkan kompor. Di kompor itu sudah dipasangi software dan layar digital. Bisa dibaca di kompor itu: berapa penggunaan listriknya. Di tagihan bulanannya pun akan ada perincian: berapa rupiah untuk rumah dan berapa rupiah untuk kompor.

Begitu rumit. Begitu banyak pekerjaan. Tapi kalau keribetan itu bisa dilalui semuanya akan menjadi sangat sederhana. Modern. Memang tidak mudah memerawani sesuatu. Bidang apa pun. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi Senin, 18 Desember 2022:

Kang Sabarikhlas

Saya PROTES Fanatis!.. masak absen pagi kayak antri BLT, satu orang bawa 4 kupon?... mestinya saya no.2 kok jadi no 5..? Saya kan pingin dapat hadiah sepeda, jadi kerja keras buat beli hp canggih buat absen. Alhamdulillah dah beli Redmi Five Plus, kok ndak bisa no 1 ya... duh..yg canggih hp apa ya?...

 

Namu Fayad

Kemarin gagal login, ingin ikut komentar, bahwa kadang sebagian yang komentar itu sekedar memberi sinyal bahwa ia masih hidup. Atau paling tidak masih membersamai rombongan. Pernah ada yang merasa kehilangan pada yang sering posting pengingat tahajjud, apa jangan-jangan dia sakit. Ada juga yang kehilangan karena yang bersangkutan telah wafat.

 

Komentator Spesialis

Fanatis adalah sebuah keharusan dan menjadi jalan seseorang untuk sukses. Tanpa fanatisme, bagaimana anda bisa sukses ? Tentu fanatisme yang dilandasi dengan pemahaman akan sebuah kebenaran. Seorang engineer misalnya, dalam mendisain kerangka teknik, dia akan fanatik dengan rumus rumus teknis yang dia pahami. Seorang muslim wajib fanatik dengan ajaran yang disampaikan oleh Rosulullah. Tidak ada toleransi sedikitpun dengan ajaran tsb. Yang dilarang itu adalah rasialis. Dalam Islam sudah jelas digariskan bahwa letak ketinggian seorang manusia adalah pada ketaqwaannya. Bukan suku bangsa, nasab, kekayaan ataupun jabatannya. Dan sesungguhnya perbedaan tsb. diciptakan Allah agar kita saling kenal mengenal dan tolong menolong. Bukan untuk bertikai.

 

Juve Zhang

Abah Disway tolong bahas peluang Pak A.Baswedan nyapres, soalnya pak SBY konon mau turun gunung. mendukung pak AB nampaknya. Komentator Disway mungkin 70% pendukung pak AB. Saya lihat capres itu ada 3 kategori 1. Elektabilitas. 2.partabilitas ,ada partai yg usung. 3.Duitabilitas. yg punya ketiga kategori ini sekarang pak Prabowo dan pak GP. Pak Prabowo anda tahu mau nyalon 10 kali gak akan kehabisan "nafas" , pak GP ada "sponsor" yg siap adu "nafas". Pak AB ini "nafas" masih selasa_ kemis., "Sponsor" belum menunjukkan Minat adu "nafas". Akankah pak SBY melakukan jurus jurus andalannya setelah lama "menyepi". ? Akankah jurus nya masih di kagumi rakyat.?jurus ta Chi beliau tahun 2009 sangat memukau,.

 

Budi Utomo

Abah Dahlan, saya tak paham apa hubungan orang Samin dengan sikap rasialis dan fanatik kader-kader Grand Old Party / Partai Republik di USA. Samin adalah eksonim (nama sebutan yang dipakai orang luar). Sedulur sikep adalah endonim (sebutan yang dipakai oleh orang Samin itu sendiri). Sebutan Samin konotasinya negatif. Sama seperti sebutan Baduy (Arab Baduy konon barbar dan tetbelakang) yang eksonim untuk suku Sunda yang masih mempertahankan budaya asli Sunda: Wiwitan. Yang menjaga kelestarian ekosistem dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri mulai dari pangan, sandang hingga papan/rumah. Sedulur sikep mirip dengan Wiwitan ini. Mereka memang menutup diri dari luar. Yang mereka anggap jahat dan buruk. Tapi kini sebagian dari mereka mulai membuka diri.

 

 

Budi Utomo

@Ahmad Zuri. Mereka tak akan mendemo atau menuntut Abah Dahlan atau siapapun yang mengejek mereka karena mereka menganggap kita semua, orang yang mengaku normal dan beradab, sebagai orang sakit jiwa dan biadab. Kita harus bisa mengkritik diri kita sendiri. Mereka tidak pernah bercita-cita agama/kepercayaan mereka menguasai seluruh dunia. Tak boleh ada agama/kepercayaan lain. Mereka menganggap cita-cita macam itu adalah cita-cita orang sakit jiwa yang tidak paham bagaimana alam semesta ini bekerja. Alam ini menyukai keberagaman bukan keseragaman. Analoginya tak mungkin kita hanya makan nasi/beras saja. Kita juga perlu misalnya kedelai sebagai lauknya. Hutan juga tak mungkin diisi satu jenis pohon saja. Itu bukan hutan namanya. Bumi juga tak mungkin hanya satu race atau satu religion saja.

 

Ahmad Zuhri

Semoga masyarakat Samin tidak ada yg baca Disway edisi hari ini.. atau tidak ada yg kasih tau ke mereka. Tapi kl Abah politisi, kemungkinan ada yg akan ngompori hehehe.. Heran, tak kirain negara maju itu masyarakatnya juga maju.. ternyata sami mawon..

 

Jimmy Marta

Samin Surosentiko pendiri saminisme dari Blora tepatnya Ploso keduren Randublatung. Dua pokok ajarannya yg penting yakni, ngudi roso dan sami-sami sapodo saduluran. Jika dimaknai, dua ajaran tadi bernilai sangat luhur. Menghilangkan perbuatan hina dan tidak jujur. Hidup rukun antar sesama. Trus kenapa kok bisa dikaitkan dg pendukung Trumpisme yg rasialis? Entahlah, anda yg punya tahu, mungkin bisa bagi-bagi...

 

Rihlatul Ulfa

Untuk edisi minggu. saya tidak punya group wa sama sekali, ribet. setiap dimasukan, saya keluar. gimana ya, mereka seperti berlomba-lomba untuk memamerkan apa yang dikuasai. yang baca juga itu-itu saja kan. saya pernah kesal sekali dengan group SD. ada satu teman yg setiap hari posting puisi, puisinya tentang orang tuanya. aduh males sekali.

 

Jimmy Marta

Mood sepakbola abah lg rendah, persebaya masih dibawah. The reds masih ditengah. Hidup timnas u20. Hidup the gunners..

 

Liam Then

Miris bukan, berangkat kerja butuh waktu 2-3 jam? Inilah bentuk ketimpangan pemerataan pembangunan. Bukan masalah transportasi sebenarnya. Tapi karena kue pembangunan tumplek blek di Jakarta. Jakarta punya semua, dari DPRD, sampai politikus dan pengusaha nasional. Jika kue pembangunan di atur tersebar merata. Orang sekitaran Jakarta tak perlu waktu dua dan tiga jam per hari hanya untuk sampai ke tempat kerja.

 

Rihlatul Ulfa

DiTiktok ada Perempuan menjelaskan ingin pulang kerja lebih cepat. pakai Transjakarta : 3.500, 360 menit, KRL : 22.000, 120 menit. Ojol : 105.000, 40 menit. dengan berkorelasi harga BBM yg naik. bukankah negara sudah salah urus tentang transportasi? saya berfikir kenapa membiarkan seperti produsen Honda dan Yamaha memproduksi secara besar-besaran dan konsisten tentang sepeda motor dan mobil murah seperti brio atau avanza di Toyota. tentu anda bisa menjawab karena banyak permintaan. supply dan demand. karena negara tidak membuat alur transportasi masal murah, karena negara memanjakan produsen dan rakyat yg gak tahu diri. ujung-ujungnya kewalahan. padahal negara lewat BUMNnya dari dulu-dulu harusnya bisa lebih giat mencari investor untuk membuat transportasi masal murah, tujuan mereka kebanyakan membeli motorkan biar sampai tempat kerja tepat waktu, atau biar disangka kaya walaupun dengan mobil yg harganya super murah, toh mungkin kata mereka BBM terjangkau sekali, tidak apalah beli motor 20 jutaan kan bisa dicicil. Jepang sudah bekerja sama dengan MRT Jakarta tapi ini sangat telat. buatlah masyarakat membeli kendaraan hanya sebagai alternatif. tapi mobilisasi setiap hari (pulang-pergi kerja) bisa dialihkan dengan trasnportasi masal. sekarang para produsen itu bisa berkontribusi apa? pemerintahkan yg jadi pusing tujuh keliling. para produsen bisa buat harga kendaraan lebih murah, tapi pemerintah tidak bisa membuat harga BBM lebih murah.

 

Liam Then

Aneh bukan? Sudahkah tahu hidup dalam bulatan sebesar bulir debu. Masih suka repot ribut sendiri didalamnya.

 

yea aina

Komoditas politik di sini: nasionalis dan agamis. Stigma agama sebagai komoditas politik SAMA ARTINYA dengan nasionalis sebagai dagangan politik semata pula. Bahkan NKRI harga mati, bisa ditafsirkan menjadi NKRI adalah dagangang/komoditas yang ada HARGANYA.

 

Budi Utomo

Politisasi agama dan politisasi nasionalisme dua-duanya pernah dialami Eropa Barat karena itu mereka tak mau mengulangi sejarah pahit mereka. Politisasi agama di Eropa terjadi selama satu milenium antara 500-1500 ketika monarki dan agama saling berkolusi dan menghasilkan monarki absolut yang sangat menindas rakyat. Politisasi nasionalisme di Eropa terjadi di abad 20 yang menghasilkan fasisme. Mussolini di Italia dan Hitler di Jerman adalah contoh fasisme terkenal. Mussolini adalah guru fasisme dan Hitler adalah muridnya yang kemudian malah lebih hebat dari gurunya. Ciri fasisme adalah kediktatoran dimana semua oposisi dimusnahkan dalam arti dibunuh atau dihukum mati hingga ke akar-akarnya.

 

Pryadi Satriana

Tiga pasang calon dalam Pilpres 2024: 1. Prabowo-Puan Keduanya ndhak puas sekadar jd menteri. Ini 'kesempatan terakhir' Prabowo. Ia akan 'habis-habisan', dan 'akan habis beneran', krn 'faktor Puan.' Gmn dg Cak Imin (a.k.a. Gus Muhaimin)? Ndhak masuk 'hitungan' saya. Ndhak ngurus juga. Ia bisa ngurus dirinya sendiri, tahu yg harus dilakukan. Lha wong sdh bisa 'mendongkel' Gus Dur, kok. Mega akan 'ngotot' utk bisa 'mendudukan' Puan jd RI2, 'jembatan' ke RI1. Kesempatan 'terakhir' Mega juga. 2. Anies-AHY. Anies itu 'binaan' Surya Paloh (dan JK). Kedekatan mereka bertiga 'ketok melok2.' SBY akan 'mbandari' AHY, yg sdh telanjur 'membuang' karir di militer. Guyonannya,"AHY ya akan 'berkarir' di politik lah, mosok 'jual nasi goreng'? SBY jg akan habis-habisan 'ngopeni' AHYudhoyono. 3. a. Airlangga-Ganjar. Ini kalau 'mesin politik Golkar' lebih efektif drpd 'medsos bin netizen'-nya Ganjar. Kalau yg terjadi sebaliknya, yg muncul ya alternatif 'b'. b. Ganjar-Airlangga. c. Airlangga-Jokowi. Ini 'jurus pamungkas' kelompok 'nasionalis-agamis' dalam 'berkompetisi' dg kelompok 'nasionalis' (Prabowo-Puan) dan kelompok 'agamis' (Anies-AHY). Eh, sejak kapan ya AHY 'bertransformasi' ke 'kelompok agamis'. Sejak 'agama' jadi 'komoditas politik.' Bukankah 'politik' jg bs dimaknai 'seni mencapai kekuasaan'? Serius Pak Jokowi mau 'turun' jadi Cawapres? 'Serius tapi ndhak sungguh2.' Setelah menang - tepatnya: dimenangkan oleh rakyat - beliau akan 'mengundurkan diri' (baca: 'madheg pandita'). Salam.

 

Sri Wasono Widodo

Masyarakat Samin yang paling terkenal teguh memegang budaya Samin bukanlah dari Bojonegoro - Cepu dan sekitarnya, melainkan dari Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Di Kampung Samin masih dipegang teguh budaya Samin yang mengutamakan kejujuran dan kesederhanaan. Hal ini tidak lepas dari ajaran "sedulur sikep" atau Saminisme, yang dipelopori Samin Surosentiko yang mengobarkan perjuangan menentang Belanda pada awal tahun 1907. Perlawanan dilakukan dengan mengobarkan semangat untuk tidak membayar pajak pada penjajah Belanda, yang dengan cepat menyebar ke daerah sekitarnya, termasuk Rembang, Bojonegoro, Ngawi, Pati dan Kudus. Pakaian adat Samin ini menjadi ikon pakaian tradisional Blora sampai sekarang. Samin Surosentiko sendiri akhirnya dibuang oleh pemerintah Belanda ke Sawahlunto Sumbar, yang kemudian di sana dikenal dengan Mbah Suro. Dia adalah mandor "Orang Rantai" pekerja paksa dari penjajah Belanda di tambang batubara. Lubang Mbah Suro ini terkenal sampai sekarang.

 

Agus Suryono

SAMINISME, BELUM DIPATENKAN.. Saminisme adalah ajaran salah satu suku di Indonesia, yaitu para keturunan Samin Surosentiko. Inti ajarannya merupaksn bentuk PERLAWANAN terhadap BELANDA, dalam BENTUK LAIN, tanpa PERLAWANAN, yang mereka sebut AJARAN SEDULUR SIKEP. Kalau ada orang Amerika menjalankan ajaran SAMINISME ini, tentu mereka tidak tahu kalau sikap itu merupakan praktek dari ajaran mbah SAMIN SURO SENTIKO. Soalnya belum di-PATENKAN sih.. He he..

 

Agus Suryono

Pilih salah satu, yang menurut Anda tidak tahu ajaran Saminisme.. 1) BANON, 2) SAMBO, 3) TRUMP, 4) BIDEN.. Pemenang tidak akan diumumkan. Dan tidak ada hadiahnya. Tapi, anda boleh ikutan menjawab..

 

EVMF

Seorang ilmuwan politik Harvard Daniel Ziblatt menjelaskan mengapa GOP (Grand Old Party) harus melakukan reformasi jika ingin memperbaiki demokrasi. Partai konservatif dalam sistem demokrasi sebagian besar kurang dihargai karena demokrasi cenderung berkembang ke arah yang lebih setara, sedangkan partai-partai konservatif seringkali cenderung yang mendikte. Politik demokrasi pada intinya selalu tentang menavigasi ketegangan antara stabilitas dan kemajuan. Ketika partai-partai konservatif terlalu lemah untuk mengendalikan elemen-elemen mereka yang radikal, maka demokrasi cenderung akan ternodai. Reformasi konstitusi mungkin menjadi satu-satunya cara untuk memperbaiki masalah yang rumit ini. www.vox.com trump-republican-party-american-democracy-daniel-ziblatt

 

Agus Suryono

 

MINYAK SAMIN.. Ini tidak ada hubungannya dengan Saminisme, maupun mbah Samin. Sekitar 40 tahun lalu, saat masih muda, saya pernah makan di warung Tenda. Di Betawi. Untuk masak, mereka menggunakan MINYAK SAMIN. Makanan jadi lebih enak.. Wadahnya kaleng warna kuning, bergambar Onta. Konon minyak samin adalah mentega, yang terbuat dari LEMAK HEWANI. Gak tau sekarang masih ada atau tidak. He he.. Maaf..

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 174

  • M Faisal Hoji
    M Faisal Hoji
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • al.reza de.silalahi
    al.reza de.silalahi
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Impostor Among Us
    Impostor Among Us
  • yohanes hansi
    yohanes hansi
  • Yoga The Iceman
    Yoga The Iceman
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • yea aina
      yea aina
  • Chei Samen
    Chei Samen
    • Chei Samen
      Chei Samen
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Alon Masz Eh
    Alon Masz Eh
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
    • yea aina
      yea aina
    • Kang Sabarikhlas
      Kang Sabarikhlas
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Budi Arianto Tarjak
    Budi Arianto Tarjak
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • Muhammad Halex
    Muhammad Halex
  • EVMF
    EVMF
    • EVMF
      EVMF
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Liam Then
      Liam Then
    • yea aina
      yea aina
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Liam Then
    Liam Then
    • yea aina
      yea aina
    • Liam Then
      Liam Then
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • yea aina
      yea aina
  • ispri yoto
    ispri yoto
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
  • Sutikno tata
    Sutikno tata
    • yea aina
      yea aina
  • tri sefriyanto
    tri sefriyanto
  • Kujang Bengkok Amburadul
    Kujang Bengkok Amburadul
  • Pembaca Disway
    Pembaca Disway
  • herlina soeroso
    herlina soeroso
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • yea aina
      yea aina
  • Amat Kasela
    Amat Kasela
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • yea aina
    yea aina
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • yea aina
      yea aina
  • daeng romli
    daeng romli
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • daeng romli
      daeng romli
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Rihlatul Ulfa
    Rihlatul Ulfa
  • Bedy Da Cunha
    Bedy Da Cunha
  • fajar rokhman
    fajar rokhman
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • yea aina
      yea aina
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • yea aina
      yea aina
  • Rihlatul Ulfa
    Rihlatul Ulfa
  • Multi Suk
    Multi Suk
  • Rihlatul Ulfa
    Rihlatul Ulfa
  • Fenny Wiyono
    Fenny Wiyono
    • Rihlatul Ulfa
      Rihlatul Ulfa
  • Putu Abdul Jabbar
    Putu Abdul Jabbar
  • Dedi Juliadi
    Dedi Juliadi
  • Abi Kusno
    Abi Kusno
    • Rihlatul Ulfa
      Rihlatul Ulfa
  • agus budiyanto
    agus budiyanto
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • doni wj
    doni wj
  • EVMF
    EVMF
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
  • Otong Sutisna
    Otong Sutisna
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
  • Ali Reza
    Ali Reza
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • ahmad Tajudin umar
    ahmad Tajudin umar
  • Giyanto Cecep
    Giyanto Cecep
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Orang jauh
    Orang jauh
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Orang jauh
      Orang jauh
  • Akagami No Shanks
    Akagami No Shanks
  • Koko Koswara
    Koko Koswara
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Akagami No Shanks
    Akagami No Shanks
  • Tego Yuwono
    Tego Yuwono
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • supri yanto
      supri yanto
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Teguh Wibowo
    Teguh Wibowo
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Jo Neka
    Jo Neka
  • Argentoos Nomos
    Argentoos Nomos
  • Wong Nganggur
    Wong Nganggur
    • Wong Nganggur
      Wong Nganggur
  • JIM vsp
    JIM vsp
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Arala Ziko
    Arala Ziko
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
  • herlina soeroso
    herlina soeroso
    • Jo Neka
      Jo Neka
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • daryanto warjono
    daryanto warjono
  • Admin SDGs Sanankulon
    Admin SDGs Sanankulon
  • Farwadi Barma
    Farwadi Barma
  • dabaik kuy
    dabaik kuy
    • Wong Nganggur
      Wong Nganggur
  • Namu Fayad
    Namu Fayad
    • Wong Nganggur
      Wong Nganggur
  • Kenari Daya
    Kenari Daya
  • Liam Then
    Liam Then
    • Wong Nganggur
      Wong Nganggur
    • Wong Nganggur
      Wong Nganggur
  • h rian
    h rian
  • alasroban
    alasroban
    • Liam Then
      Liam Then
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Liam Then
      Liam Then
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • alasroban
      alasroban
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • alasroban
      alasroban
  • Dodik Wiratmojo
    Dodik Wiratmojo
  • Budi Utomo
    Budi Utomo
    • Liam Then
      Liam Then
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Liam Then
      Liam Then
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Anwarul Fajri
    Anwarul Fajri
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
    • thamrindahlan
      thamrindahlan
    • JIM vsp
      JIM vsp
  • anak rantau
    anak rantau
  • baba kumasafii
    baba kumasafii
    • Wong Nganggur
      Wong Nganggur
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
  • Arif Kurniawan
    Arif Kurniawan
    • yea aina
      yea aina
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
  • rid kc
    rid kc
    • Anwarul Fajri
      Anwarul Fajri
    • Wong Nganggur
      Wong Nganggur
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • oyong mantep
    oyong mantep
    • oyong mantep
      oyong mantep