Ingat Peristiwa GBLA, Thomas Doll: Saya Naik Rantis Tinggalkan Bandung
Ribuan Bonek Persebaya Surabaya datang ke Tugu Pahlawan untuk mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan 1 Oktober. -Persebaya/@persebayaupdate -Disway.id
BACA JUGA:NasDem Usung Anies Saat Duka Tragedi Kanjuruhan, Kader Gerindra: Kok Ngak Ada Tepo Seliro
Terlepas dari cerita Sementara itu, ribuan Bonek Persebaya Surabaya datang ke Tugu Pahlawan untuk mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan 1 Oktober.
Dalam keterangan resminya, Keluarga besar Persebaya menyampaikan turut berdukacita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa setelah laga Arema FC vs Persebaya.
"Tidak ada satupun nyawa yang sepadan dengan sepak bola. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan," tulis Persebaya Surabaya dalam keterangannya, 2 Oktober 2022.
"Semoga segala amal ibadah korban diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan Yang Maha Esa," twit Persebaya Surabaya @persebayaupdate.
BACA JUGA:Timnas Indonesia U17 Hajar Guam 14-0, Duka Kanjuruhan Gol Tanpa Selebrasi
"Semoga keluarga korban dikuatkan dengan kesabaran dan ketabahan. Yang paling penting, semoga tidak ada lagi tragedi berdarah di sepak bola," tulisnya.
"Tidak ada lagi rivalitas berlebihan, tidak ada permusuhan, semua tembok diruntuhkan demi satu kata, kemanusiaan. Tidak ada apapun yang seharga dengan nyawa. Humanity above football, Al-fatihah," twit Persebaya.
Sementara itu, penjaga gawang Arema FC Adilson Maringa mengaku sulit menghilangkan trauma tragedi Stadion Kanjuruhan akhir pekan kemarin yang menyebabkan 125 suporter dan dua polisi harus kehilangan nyawa.
Maringa tidak menyangka kekalahan 3-2 dari Persebaya Surabaya berakhir dengan tragedi memilukan.
BACA JUGA:Ditanya Wartawan Soal NasDem Usung Anies, Jokowi: Kita Sedang Berduka
Menurut Maringa, derbi Jawa Timur berlangsung dengan normal sepanjang 90 menit. Begitu juga beberapa saat setelah pertandingan berakhir ketika pemain berkumpul untuk memberikan salam.
“Tak lama kemudian, kami melihat fans mulai menginvasi lapangan. Polisi meminta kami untuk meninggalkan lapangan, dan menuju kamar ganti. Kami berjalan normal saja. Namun invasi makin membesar, dan polisi sulit untuk menahannya,” cerita Maringa kepada laman Globo.
“Jika Anda melihat di Video, Anda bisa melihat saya menjadi orang terakhir. Ketika saya sedang jalan, sekitar delapan orang datang dan memegang saya. Saya sulit keluar dari kerumunan, dan saya mulai ketakutan,” tuturnya.
Maringa akhirnya bisa melepaskan diri, dan langsung menuju kamar ganti pemain. Pria berusia 32 tahun asal Brasil ini kemudian melihat polisi berusaha mencegah massa masuk ke dalam kamar ganti pemain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: