Mahfud MD: Banyak Pengaduan Dijadikan Alat Memeras oleh Aparat Penegak Hukum, Jangan Takut Laporkan
Mahfud MD saat dijamu makan malam oleh Keluarga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Ratu Hemas dahsyat. Nampak pula Menteri BUMN Erick Thohir, 24 September 2022. -Foto: Dok/Mahfud MD-Disway.id
Dengan dikumpulkannya 559 perwira di Istana Negara, menurut Emrus, ada tiga hal yang menjadi poin penting dari komunikasi yang dibangun. Pertama, Polri diminta solid menjaga keutuhan korps-nya. Kedua, menjaga kredibilitas dan integritas Polri, dan ketiga, membangun kembali kepercayaan publik terhadap institusi Polri.
"Terlepas dari citra Polri yang kini dihantam sejumlah skandal, dari dari kasus judi online, kasus FS dilanjutkan kasus narkoba yang diduga menyeret Kapolda Jawa Timur, saya menilai masih banyak polisi yang sederhana, dan bekerja sesuai treknya. Polisi juga manusia lho, tapi jangan pula kita menuding karena satu dua oknum, lalu semuanya dicap rata," kata Emrus.
Masih berkaitan dengan pemanggilan 559 perwira, menurut Emrus melihat ada budaya baru yang sedang dibangun Presiden Jokowi di lingaran Polri.
"Belum pernah dalam sejarah perwira polisi itu dipanggil ke Istana Negara secara bersamaan. Jokowi mengajak ayo kita kerja untuk bangsa ini. Fokus pada tujuan, jangan berjarak, agar polisi makin dicintai rakyat," ujar Emrus.
BACA JUGA:Trik Jokowi Kumpulkan 559 Petinggi Polri, Endingnya Seorang Jenderal Kena Babat Sebelum Masuk Istana
Soal persepsi yang muncul di jagat media sosial bahwa Preden Jokowi sedang memperlihatkan siapa sebenarnya jenderal tertinggi dihadapan 559 perwira itu, menurut Emrus, persepsi itu tidak salah juga tidak benar.
"Itu persepsi, ya silahkan saja. Di alam demokrasi, diperkenankan memberikan argumen dan penilaian secara konstruktif. Tapi, yang perlu diteladani dari cara Presiden ini cuma satu; tongkat komando dan simbol bukan hal istimewa bagi rakyat jika tidak manfaat untuk bangsa," jelas Emrus.
Staf pengajar di Universitas Pelita Harapan (UPH) itu menilai gaya komunikasi Presiden Jokowi selama ini tidak memiliki karakter Adigang, Adigung, dan Adiguna yang mengandalkan dan menyombongkan kelebihan sebagai kepala negara.
"Kekuasaan yang dimiliki Jokowi itu legal. Tapi dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membangun bangsa ini. Dengan cara apa? ya bekerja dan mendengarkan harapan. Simpel dan hasilnya top. Jujur saya harus memuji dengan kesederhanaannya," tutur Emrus lewat sambungan telepon.
BACA JUGA:Irjen Pol Teddy Minahasa Tersangka, Kapolda Jatim Diisi Irjen Tony Harmanto
"Kalau cuma sekadar menunjukan kekuatan dan kekuasaannya, saya yakin 559 perwira itu disuruh lari keliling Istana Negara juga mau. Tapi Jokowi bukan tipe seperti itu. Anda bisa lihat saat dirinya ke Papua. Makan jagung tanpa dilayani. Cermin bahwa Jokowi adalah kita," puji Emrus.
Tamparan Keras untuk Polri
Porli hari ini mendapat tamparan keras. Satu jenderal kena sikat sebelum masuk Istana Negara. Dia adalah Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Teddy Minahasa Putra. Mantan Kapolda Sumatera Barat itu ditangkap sebelum masuk Istana. Eks Wakapolda Lampung kabarnya kedapatan menjual narkoba ke salah satu perempuan pengelola klub malam di Jakarta.
Proses pemanggilan polisi masuk istana juga sederhana. Mereka tak perlu bawa tongkat komando, tak perlu pakai topi, cukup bawa pulpen dan kertas. Jokowi juga tak butuh setiap kapolda atau kapolres datang dengan menggunakan kendaraan pribadi atau dinas. Cukup pakai bus, tanpa ada pengawalan, apalagi ajudan. Menariknya setiap kapolda dilarang membawa ponsel.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: