Gus Yahya Vs Bu Nyai Nusantara dan Kebebasan Berserikat
KH Imam Jazuli Lc--
Baiklah. Katakan saja paguyuban Bu Nyai Nusantara adalah kumpulan orang-orang yang gagal menjadi pengurus dan aktivis Muslimat. Pertanyaannya, apakah Muslimat adalah ormas terbaik bagi kaum perempuan? Apakah tidak baik atau pantas bagi kaum perempuan Nadhliyyin untuk membentuk perserikatan mereka sendiri?
Katakanlah kaum perempuan (Bu Nyai) Nahdliyyin tidak pantas membentuk paguyuban Nyai Nusantara. Kemudian, Gus Yahya menyarankan mereka masuk ke dalam kepengurusan Muslimat. Bukankah hal itu sangat paradoks dibanding pernyataannya selama ini? Gus Yahya sangat terkenal dengan jargonnya yang berbunyi: “politik kebangsaan, bukan politik kekuasaan”!
Gus Yahya tidak ingin menjadikan NU dan warga Nahdliyyin sebagai pendorong kepentingan partai politik tertentu. Oke ini masih masuk di akal. Tetapi, dalam konteks politik kebangsaan, mengapa Gus Yahya melakukan kanalisasi suara kaum perempuan Nahdliyyin kepada Muslimat? Ada banyak paradoks pemikiran dan tindakan Gus Yahya. Andaikan paradoks pemikiran dan tindakan tersebut tidak disertai melecehkan eksistensi ormas lain, tentu masih bisa diterima. Tetapi, kini paradoks tersebut disertai merendahkan kebebasan berserikat pendapat pihak lain.
Sampai di sini, penulis berkesimpulan, apa yang ditunjukkan oleh sikap dan pemikiran Gus Yahya belum mencerminkan pemimpin yang ideal dan kontekstual. Sikapnya menolak politik kekuasaan dan politik identitas merugikan warga Nahdliyyin secara umum, dan penolakannya terhadap eksistensi Bu Nyai Nusantara juga merugikan kaum perempuan yang bebas berserikat. Wallahu a’lam bis showab. (*)
file:///Users/elce/Downloads/WhatsApp%20Video%202022-10-28%20at%2009.17.21.mp4
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: