Penggabungan Media Sosial dengan Channel Digital Marketing Punya Potensi Besar, Apa Kelemahannya?

Penggabungan Media Sosial dengan Channel Digital Marketing Punya Potensi Besar, Apa Kelemahannya?

Ilustrasi Instagram. Foto : pixabay--

Selain itu, pengguna media sosial juga bebas memberikan komentar pada postingan apapun dan dapat mempengaruhi pengguna lain yang sedang mencari tahu mengenai brand atau bisnis tersebut. Pasalnya, masyarakat Indonesia juga cenderung mempercayai review orang lain terhadap suatu brand.

Frekuensi Pembelian 250% dengan Omnichannel Marketing We Are Social dan Hootsuite melaporkan dalam Global Overview 2022 bahwa 77 persen masyarakat Indonesia sudah mengadopsi teknologi internet dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut pun menuntut pebisnis untuk semakin cepat beradaptasi karena masyarakat Indonesia yang semakin pintar dan melek teknologi.

Menerapkan omnichannel, atau strategi pemasaran dengan berbagai platform sekaligus, adalah strategi yang paling tepat dilakukan di tahun 2023. Tidak hanya mengandalkan media sosial, tapi juga memadukannya dengan website, email, dan toko fisik.

BACA JUGA:Ternyata 7 Oknum Suporter Persita Tangerang Sudah Rencanakan Pelemparan Batu ke Bus Persis Solo

Dikutip dari blog Niagahoster, omnichannel marketing memungkinkan frekuensi pembelian 250 persen lebih tinggi daripada hanya mengandalkan satu channel saja. Selain itu, calon pelanggan tidak akan ragu untuk langsung bertransaksi saat itu juga jika informasi mengenai bisnis atau produk yang mereka cari sudah lengkap di semua channel.

“Manfaatkan semua platform digital dengan baik karena saat ini konsumen sudah semakin pintar untuk mencari suatu bisnis di semua platform. Jadi kita harus hadir di semua channel. Di website, Google, media sosial, hingga marketplace. Jangan sampai ada yang terbengkalai,” pesan Farizky Romadhony, PPC Specialist Niagahoster.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: