Lebaran Ipin
Lebaran keluarga Dahlan Iskan di Trenggalek.--
DARI Beijing saya langsung ke Trenggalek. Lebaran di kota kelahiran lodhoh komersial itu. Saya ikut saja apa maunya anak-cucu.
Bupatinya Bonek: Mochamad Nur Arifin. Dipanggil Ipin. Masih muda: 32 tahun. Ketika terpilih sebagai wakil bupati ia baru berumur 25 tahun.
Istrinya model. I-nya lima. Ketika masih di SMA 17 Surabaya, dia ikut DBL, event kebanggaan anak-anak SMA di Indonesia.
Tahun lalu kami berlebaran di Banyuwangi, meski juga tidak punya keluarga di sana.
Di Lebaran seperti inilah kami bisa berkumpul lengkap sekeluarga. Berlebaran seperti itu kami bisa berinteraksi sekeluarga dengan intensitas tinggi: dua harmal. Termasuk menjadi seperti anak kecil: main-main di alun-alun.
Dahlan Iskan, Azrul Ananda (depan kiri), dan Isna Fitriana (dua dari kiri) saat dijamu Bupati Trenggalek M. Nur Arifin (Ipin).--
Ayunan di pantai. Naik-naik tumpukan batu. Beli makanan-makanan kaki lima di pinggir jalan. Duduk-duduk di trotoar. Dan bikin video main-main keluarga di Pantai Mutiara.
Acara formalnya hanya satu: diajak bupati salat Idulfitri di Masjid Agung Trenggalek. Lalu makan opor ayam di pendapa kabupaten.
Kali ini kami minta izin melaksanakan sungkeman keluarga di pendapa kabupaten. Mumpung masih sepi. Yang ramai adalah di halamannya: masyarakat mulai antre bersalaman dengan bupati sekalian dapat hadiah Lebaran.
Tahun lalu kami sungkeman di taman kompleks villa Soolong. Di pinggir laut Banyuwangi. Acaranya sama: para istri sungkem ke suami. Anak-anak sungkem ke orang tua. Cucu-cucu sungkem ke kakek-nenek. Anak yang lebih muda sungkem ke anak yang lebih tua. Cucu yang lebih kecil sungkem ke yang lebih besar.
Lalu ganti: para suami sungkem ke istri. Kami memang yakin para suamilah yang lebih banyak salah ke istri. Dan kesalahan suami itu biasanya hanya disimpan dalam-dalam di hati istri.
Suami-sungkem-istri itu sudah bertahun-tahun kami lakukan. Jeleknya: itu bukan atas kesadaran para suami. Itu atas tuntutan para istri. Lalu para suami bisa menerima tuntutan itu. Kami pun, para suami, sungkem ke istri dengan keikhlasan tinggi.
Dari acara makan opor di pendapa ini saya bisa menarik kesimpulan: Bupati Ipin adalah pengagum Bung Karno. Foto dan lukisan proklamator Indonesia itu bertebaran di mana-mana. Ia sendiri selalu mengenakan kopiah khas Bung Karno. Wajahnya, saya pelototi, ada juga mirip Bung Karno: ganteng.
Cucu Pak Iskan melihatnya lain. "Songkok itu punya fungsi lain," katanya.
Sang cucu mengenal lebih baik Cak Ipin. Ada hubungan sesama Bonek. Sang cucu adalah presiden Persebaya yang entah diizinkan mundur atau tidak. "Kopiah itu sekalian untuk menutup rambutnya," katanya lantas tertawa ke arah Ipin.
Itu bukan gurau. Bupati Ipin memang berambut panjang. Dicat pula. Khas anak muda masa kini.
Tapi di Lebaran ini saya tidak melihat rambut panjang itu. Pun ketika kopiah Bung Karno-nya agak digeser. Terlihat bekas cukuran. "Saya sekarang gundul," kata Cak Ipin.
Sejak kapan?
"Sejak hari kanker nasional kapan itu," tambahnya.
Di acara itu, Ipin melihat seorang istri merawat suami yang lagi sakit parah. Padahal sang istri juga lagi sakit kanker. Kepala sang istri gundul. Ia menangis dalam hati: istri yang sakit masih merawat suami yang sakit. Lalu ia menggundul rambut panjangnya.
Bupati Ipin pandai sekali manarasikan persoalan rumit. Bicaranya lancar seperti kereta cepat Tiongkok.
"Dari mana belajar pandai berbicara?" tanya saya.
"Lho saya dulu kan penjual panci," jawabnya spontan.
Ipin memang matang ditempa oleh keadaan: ayahnya meninggal ketika umur Ipin baru 16 tahun. Masih di SMAN 6 Surabaya. Ia anak pertama dari tiga bersaudara. Ia langsung harus mengambil alih usaha orang tua: jualan panci. Direct selling.
Setelah usaha tertata, Ipin kuliah. Tapi pikirannya terus di panci. Ia bahkan bikin pabrik panci di Trenggalek, kampung asal bapaknya.
Dalam berdagang panci, ia punya prinsip yang beda sekali: tidak mau pasang iklan. Juga tidak mau jualan online. Dasar pikirannya: agar tidak cepat ditiru pabrikan besar, terutama Tiongkok. Itulah kiatnya bertahan dari serbuan barang Tiongkok.
Merek pancinya: Tin. Diambil dari nama ibunya. Kuat. "Saking kuatnya banyak yang dipakai mengeduk pasir," kelakarnya. Ia tidak peduli pancinya dipakai apa saja. Yang penting terjual.
"Di LHKPN, saya terlihat punya banyak sekali mobil. Tapi kalau dilihat secara detail tidak ada yang bermerek," guraunya. Itulah mobil-mobil pikap sebagai armada direct selling panci.
Kok tertarik politik?
“Orang tua saya PKB. Tapi saya tidak pernah didukung PKB," katanya pahit.
Ia ingat, waktu kecil, diajak bapaknya ke kantor NU Surabaya. Sang ayah, saat itu, lagi berjuang menjadi ketua PCNU Surabaya.
Sukses punya pabrik panci, Ipin menjadi anak muda yang menonjol di Trenggalek. Maka ketika Emil Dardak maju sebagai calon bupati Trenggalek, Ipin digandeng sebagai cawabup.
Waktu itu umurnya baru dua bulan genap 25 tahun. "Kalau saja penutupan pendaftaran cagub itu bulan Maret, saya tidak memenuhi syarat. Untungnya bulan Mei. Saya baru berumur 25 tahun di bulan April," katanya.
Menjelang mendaftar sebagai cawabup itu Ipin ke Surabaya. Menemui ibunya. Minta restu. Sang ibu memberi restu.
Lega.
Setelah itu sang ibu ingat ada surat yang sudah beberapa hari dia taruh di meja. Dia ambil surat itu. Dia serahkan ke Ipin. Dari Universitas Airlangga. Isinya pemberitahuan: Ipin di-DO.
Hari itu Ipin menerima restu ibu dan pemberitahuan dikeluarkan dari Unair. Penyebabnya: lupa membayar SPP sampai batas waktu yang ditentukan. Padahal tinggal skripsi di fakultas ekonomi.
Ipin segera melupakan DO itu. Yang penting jangan bocor di masa kampanye. Akhirnya: pasangan Emil-Ipin terpilih. Meraih 70 persen suara pula.
Emil adalah doktor lulusan Jepang. Putra mantan wakil menteri PU yang asli Trenggalek. Istri Emil juga model dan bintang film dengan 5i.
Di tengah jalan, Emil maju jadi calon wakil gubernur Jatim. Berpasangan dengan Khofifah Indar Parawansa. Terpilih.
Ipin pun dapat panci besar: otomatis jadi bupati.
Tapi Ipin hampir saja tidak bisa dilantik. Ia dilaporkan hilang. Sehingga ia harus mendapat hukuman jabatan: hilang dalam jabatan.
Ipin memang hilang. Tepatnya menghilang. Padahal ia pejabat bupati. Yakni, sejak Emil maju sebagai calon wakil gubernur dari Partai Demokrat dan koalisinya.
Hari-hari itu Ipin ke London. Mampir Amsterdam dan Paris. Tanpa mendapat izin atasan.
Tapi ia bukan jalan-jalan di sana. Ia mendapat tugas politik. Kalau minta izin, yang memberi izin pun akan kesulitan secara politik.
Ipin pun dihukum: tidak segera dilantik jadi bupati. Status pejabat bupatinya diulur sampai lebih satu tahun.
Tapi hukuman itu berkah bagi Ipin. Gara-gara penundaan pelantikan itu masa jabatan bupatinya tidak dihitung satu periode. Berarti, setelah sekarang ini pun Ipin masih bisa maju lagi jadi calon bupati Trenggalek. Kans-nya besar. Di pilbup lalu ia menang 68 persen.
Sambil menjadi bupati akhirnya Ipin lulus S-1 dari Unitomo. Lalu ditawari untuk ambil S-2 di Unair.
"Saya mau ke S-2 Unair asal ada prodi pemberdayaan perempuan," katanya. Unair pun membuka prodi yang diinginkan. Kini Ipin lagi bersiap menyusun tesis.
Istrinya juga S-2. Sang istri kini lagi berencana menerbitkan bukunyi: Ekonomi Perempuan.
Suami istri muda itulah yang kini bertanggung jawab memakmurkan Trenggalek yang miskin.
Trenggalek punya gunung dan pantai. Mirip Pangandaran di Jabar. Tapi nasibnya juga mirip: jauh dari mana pun. Terutama dari kota besar.
Dulu Trenggalek pernah jaya: sebelum Ipin lahir. Trenggalek pernah jadi pusat produksi cengkih. Itu berkat kenekatan bupati tentara berpangkat kolonel. Namanya: Kolonel Sutran. Presiden Soeharto senang sekali pada Sutran. Ia dianggap berhasil mengangkat Trenggalek dari kabupaten termiskin di dunia menjadi makmur. Sutran diangkat menjadi gubernur Papua.
Lalu Trenggalek miskin lagi. Itu gara-gara anak Soeharto: Tommy Soeharto. Tommy terjun ke bisnis cengkih. Dibuatlah lembaga monopoli yang saya sudah lupa namanya. Harga cengkih pun hancur. Rakyat membabat pohon cengkih mereka.
Selama Lebaran di Trenggalek ini saya masih melihat bekas-bekas pohon cengkih itu. Yakni ketika di hari Lebaran itu kami meninggalkan kota ke Pantai Mutiara. Di laut selatan. Sebelah Pantai Prigi.
Pantai Mutiara adalah ''penemuan'' baru. Bu Susi Pudjiastuti, menteri perikanan dan Kelautan pada saatnya, suka sekali Pantai Mutiara.
Pantai pasirnya tidak sepanjang Prigi. Juga bukan pasir putih. Tapi Mutiara ini seperti pantai teluk terlindungi. Ada pulau nun di mulut Teluk Mutiara.
Pulau itu seperti menjadi tirai bagi pintu Teluk Mutiara. Laut lepasnya tidak terlihat. Dengan demikian tidak ada gelombang besar di Mutiara. Maka Mutiara bisa dicadangkan untuk kejuaraan dunia Power Boat. Ideal sekali. Terutama kalau persoalan angin di Danau Toba tidak bisa teratasi.
Itu yang membedakan Mutiara dengan Prigi. Di Mutiara tidak ada gelombang besar. Lingkungannya bukit. Pulau penutup pintu itu sendiri pulau bukit. Tanjung di dua sisi teluk Mutiara juga bukit. Hijau dan hijau.
Maka berada di pantai Mutiara Trenggalek ini saya merasa seperti berada di pusat wisata dekat Hanoi: Ha Long Bay.
Dari Hanoi, Ha Long Bay juga jauh: satu jam perjalanan. Waktu itu jalannya juga jelek.
Dari Trenggalek ke Mutiara juga jauh: 1,5 jam. Jalannya juga kurang baik.
Hanya saja Hanoi adalah ibu kota negara Vietnam. Sedang kota Trenggalek ibu kota kabupaten miskin. Maka daya beli Hanoi jangan dipertandingkan dengan Trenggalek.
Mungkin setelah tol Surabaya-Kertosono disambung ke Kediri kelak Ha Long Bay-nya Trenggalek ini akan lebih hidup. Apalagi bila ditambah pelebaran jalan menuju pantai itu.
Ngetik Disway sambil menikmati keindahan Pantai Mutiara Trenggalek.--
Berarti Ipin masih punya waktu untuk membuat perencanaan yang besar atas Prigi-Mutiara. Agar jangan kedahuluan bangunan-bangunan informal yang kelak sulit menatanya.
Gunung Kidul sudah bisa jadi model kemakmuran daerah semiskin Trenggalek. Lewat pariwisata. Pun Banyuwangi, meski latar belakangnya tidak semiskin Trenggalek.
Maka kembali ke manajemen di daerah. Anak muda seperti Ipin akan bisa menunjukkan perbedaannya.
Hanya saja ada penyebab kemiskinan Trenggalek yang lebih laten: hampir separo wilayah kabupaten itu milik BUMN Perhutani.
Perkebunan dan kehutanan BUMN sudah terbukti tidak bisa memakmurkan rakyat. Tapi tulisan ini akan menjadi sangat serius untuk membahasnya.
Padahal ini tulisan edisi Lebaran. Mohon maaf lahir batin. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada Edisi 23 April 2023 Berjudul: Lebaran Prabowo
Jhel_ng
Saya kok tidak pernah punya kendala untuk berkomentar. Pakai peramban Opera, karena di hp kentang dulu pakai Opera Mini. Rasanya di Android yang paling stabil dan mampu memuat konten dengan baik, versi uji coba yg saya lakukan, hanya Opera. Beda dengan Mozilla yang saya pakai di Laptop, di Android Mozilla sering gagal memuat terutama untuk konten yang menggunakan ekstensi json. Pakai Chrome mestinya oke saja, namun terlalu berat dan makan RAM. Hanya satu yang menghalangi saya komentar: konten politik. Saya tidak boleh berkomentar mengenai konten politik. Kecuali kalau memang sedang "agak nakal". Tapi semua perusuh itu kan nakal?? Pernah ditanya tukang cukur, "pilpres 2024 pilih siapa, Mas?" Saya jawab, "Siapapun sekarang sudah sama saja. Ada sistem, ada standar, ada rambu-rambu penyelenggaraan pemerintahan. Siapapun kerjanya ya begitu-begitu saja." Yang belum saya tambahkan di jawaban itu, "kecuali capres yang ketika jadi 'agak nakal'". Mohon maaf lahir dan batin, untuk Abah DI, perusuh2, dan pembaca disway.id sekalian.
Samsul Arifin
Kita adalah Buzzer disadari atau tidak karena tiap hari kita mendengungkan siapa dan capaian Apa yang telah dicapai oleh calon kita masing masing. Walaupun kita Sudah mafhum mereka dari kalangan Islamis akan mengatakan sebagai Mujahid Medsos dsb. Tapi semuanya sama ingin mendengungkan calon masing-masing .. Salam Damai Dari IAI Al Khoziny Buduran Sidoarjo
thamrindahlan
Tugas utama seorang pemimpin nasional ialah menjaga Persatuan Indonesia. Semua Presiden Republik Indonesia sudah melaksanakan Sila ke 3 Pancasila dan kini Pak Jokowi memperlihatkan sikap elegan menjaga Persatuan Indonesia. Keberpihakan adalah suatu keniscayaan terutama keberpihakan kepada kebenaran. Tentu saja kebenaran versi seseorang tidak harus sama dengan orang lain. Menjaga Persatuan itu terkadang harus di tampilkan dalam sikap bermuka dua bahkan lebih. Isi hati Pak Jokowi sulit ditebak hanya Tuhan Yang Maha Esa dan Beliau yang tahu. Tetap menerima siapa saja dalam posisi keberpihakan tersebut seperti menjamu Bapak Prabowo Subianto atau siapa saja di suasana idul Fitri. Saya pikir inilah sikap terbaik dalam merawat Persatuan Indonesia. Keputusan siapa Presiden RI terpulang kepada pilihan rakyat pada Penilu 2024 Kalaupun terbesit sedikit rasa balas budi dapat dimaklumi. 2 Periode sudah sangat cukup Sekali lagi perihal Siapa Teh Next Presiden RI anda dan saya boleh saja berspekulasi namun jangan lupa ada invisible hand . Lebaran Ganjar Lebaran Prabowo mudah mudahan besok Lebaran Perusuh. Mohon maaf lahir bathin Salam Indonesia Raya.
Kopi Hitam
Suka tidak suka, berprestasi atau tidak, Ganjar memiliki kans terbesar utk menang. Barisan abangan, sekuler liberal, sampe non muslim kompak mendukung Ganjar. Apalagi kalau NU resmi ngasih restu Erick Thohir buat dampingi. Selesai sudah. Prabowo & Anies bisa kembali mbecak.
Komentator Spesialis
Pendapatan perkapita Indonesia saat ini sekitar USD 4.700. Kok mau mentargetkan perkapita USD 7.200 di tahun 2028 alias 5 tahun lagi. Mimpi kali. Sudah terbukti dibawah petugas partai pertumbuhan ekonomi Indonesia cuman dikisaran 5% nan alias level auto pilot. Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin ndlosor. Gagal mencapai pertumbuhan tinggi 7% seperti yang pernah dijanjikan. Satu kalipun nggak pernah. Jangankan 7%, pertumbuhan 6% pun saya belum pernah dengar. Apalagi capres yang dicalonkan orang yang track recordnya terbukti gagal mengelola jawa tengah selama 2 periode. Apa yang mau kita harapkan kawan ?
Cindy Cindy
Abah, Cindy protes keras. Bahkan mau unjuk rasa. Pingin ngerusuh. Awas, kalau edisi esok hari tidak menulis Lebaran Anies. Sebagai penulis CHD, Abah harus adil. Dua edisi, Lebaran Ganjar dan Lebaran Prabowo, tak pacak kalau tidak dilengkapi Lebaran Anies. Cindy bisa merayu iMM nyampah lagi lho. Dia hanya patuh pada Cindy. Meski dia sudah logout, bisa ta' suruh login lagi. Dia memang sukanya keluar masuk.
Everyday Mandarin
Pemilu bukan utk memilh yg terbaik, tapi mencegah yg buruk utk berkuasa. Pilihan kt semua, pemilih, akan menentukan nasib bangsa utk terus maju atau mundur. Dan bagi yg suka kasihan² dgn 1 calon, ini adalah pemilihan presiden yg bs menentukan nasib dan masa depan kita masing². Ini bukan lg kunjungan ke panti asuhan, yg butuh belas kasihan. Kasihanlah kepada org² disabilitas dan masih berniat bekerja keras. Bukan kasihan ke org² yg sudah bergelimang harta sejak kecil.
Kang Sabarikhlas
Sungguh nikmat pagi ini, baca catatan Abah tentang 'sangat mungkin menang' lalu diprotes keras Pak Pry bahwa CHDI terlalu simplisistik menyepelehkan, kemudian Pak Mirza mengingatkan kita jangan takabur, semua bisa terjadi bila Allah Swt menghendakiNya. Dan kemarin lihat berita² di tv yang memberitakan Pak Prabowo riwa-riwi, saya jadi terharu. Beliau ini sungguh gigih berusaha dan nampak punya sikap legowo pula. Apa benar 'proses tidak menghianati hasil' seperti kata orang bijak ndak makan uang pajak, wallahualam... Semoga besok CHDI judulnya bukan 'Lebaran Kangsabarikhlas' pasti suedih pol, bayangkan, uang cuma 600rb saya tukarkan uang baru 20rb.an, 10rb.an, 5rb.an cuma dapat 50 lbr. dan kemarin anak² tetangga yang unjung² lebih dari 50 anak, belum lagi ponakan²...duh uang baru ludes, lari ke atm saldo cuma 400rb baru sadar kalau saya ndak kayak Abah yang tabungannya anu... duh, alhamdulillah.
Juve Zhang
Hati Abah aslinya nampak sekarang merah menyala, sudah dua hari tulisan nya menyatakan jati diri Abah seutuhnya, hati yg "merah" ,muda, dinamis, demokratis, siap di "maki maki" oleh pendukung hijau, putih, atau pelangi, sekali merah tetap merah, kecuali ganti hati lain "warna" .Jia You!!!.
Giyanto Cecep
momentum Bu Mega mengumumkan Bacapres PDIP memang cukup mengejutkan. Sehari sebelumnya Sekjen Hasto masih bicara mengenai agenda partai di bulan Mei dan Juni dan masih saja melontarkan parameter siapa capres yang mau diusung yaitu yang tidak bermodalkan pencitraan. Ketika kemudian ada breaking news bahwa Bu Mega akan mengumumkan capres dr PDIP di Istana Batu Tulis, bayangan saya menerawang " apakah Bu Mega sedang melunasi hutang janji kepada Pak Prabowo dengan cara mencalonkan Bu Puan ?" .Pun ketika Bu Mega mulai berpidato yang diawali dengan pujian kepada perempuan di Hari Kartini .. saya menduga Bu Mega nekad ini kalau sampai mencalonkan Bu Puan. Sampai akhirnya ternyata Pak Ganjar Pranowo yang dicalonkan dan ternyata Pak Ganjar sudah ada dilokasi. Kemudian saya sedikit melanjutkan analisa tentang "luka" oleh pencalonan Pak Prabowo yang terlalu dini mendahului Bu Mega. Pak Prabowo dan Pak Jokowi beberapa hari sebelumnya sudah menghentakkan jagad politik dengan gaung " Koalisi Besar" dimana hampir semua partai pendukung Jokowi hadir dan " terasa " dikomandani oleh Prabowo. Banteng moncong putih merasa dilangkahi .. sehingga di hari Raya Iedul Fitri Bu Mega pun menyulut api untuk dimulainya " perang tanding " ... lagi .. politik memang kejem ..
Amat K.
Pepatah Banjar: "Talalu harap, tatingharap. Talalu pilih, tapilih bangkung." Jangan banyak berharap pada manusia, hanya berakhir kecewa.
Liáng - βιολί ζήτα
Joshua Grubbs, seorang peneliti dari Case Western Reserve University, menyatakan bahwa banyak berharap akan membawa seseorang ke lingkaran kesulitan abadi. Terlalu berharap akan cenderung menggiring seseorang dalam kekecewaan kronik yang mendalam. Hasil penelitian tersebut dirilis oleh jurnal Psychological Bulletin edisi Agustus 2016, juga sempat dikutip oleh CNN Indonesia. Pada taraf ekstrim, pengharapan adalah sifat narsis yang beracun, jika terjadi berulang kali pada seseorang akan mengakibatkan risiko frustrasi, ketidak-bahagiaan dan kekecewaan. Para ilmuwan meneliti 170 makalah akademis dan menemukan bahwa orang dengan rasa berharap yang tinggi akan menjadi korban harapan itu sendiri dalam tiga tahapan. Pertama, mereka tidak selalu mendapatkan semua yang mereka kira layak didapat. Kondisi ini menyebabkan mereka selalu menjadi pihak yang rentan mengalami kegagalan, tak mendapat sesuai harapan. Harapan yang tidak terwujud itu kemudian akan dianggap sebagai sebuah ketidakadilan dalam hidup mereka dan memunculkan emosi labil seperti marah dan kesedihan.
Pryadi Satriana
Setelah membaca komentar Bung AAA, saya cari info tentang Istana Batu Tulis. Berikut ini info tentang Istana Batu Tulis: Berdasarkan Keppres No. 2 Tahun 1973 - era Presiden Soeharto, Istana Batu Tulis adalah milik negara. Di era Presiden Abdurrahman Wahid, Istana Batu Tulis diserahkan kepada keluarga Soekarno. Ada pula sumber berita yg menyatakan yg diserahkan kepada keluarga Soekarno adalah pengelolaannya. Sebenarnya, bukan legalitas kepemilikan yg menjadi objek kritikan saya, namun lebih pada faktor historis Istana Batu Tulis & azas kepatutan menggunakannya untuk kepentingan partai tertentu. "Berhak menggunakan" - menurut saya berbeda dengan "pantas menggunakan". Terima kasih atas masukan Bung AAA. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, dan silakan dikoreksi jika ada yg kurang tepat. Demikian penjelasan saya. Salam. Rahayu.
imau compo
MMD ingin, katanya, memperbaoki indeks korupsi yg turun tahun kemarin dengan program superheboh, bagai roller coaster. Sungguh, hanya sebuah program untuk menaikkan popularitas (untuk jadi Cawapres?). Pengumuman GP di Istana Batu Tulis menunjukkan ketidakpatuhan hukum oleh orang-orang yg diharapkan menjadi negarawan. Jadi, bila kita konfirmasikan lagi dengan pernyataan Kwiek Kian Gie dalam berbagai talk show mengenai betapa tangguh rakyat Indonesia, dapat disimpulkan, masalah negara ini ternyata ada pada pemimpin-pemimpinnya. Remedial action yg perlu perusuh buat adalah pendidikan kepemimpinan dari usia dini. Kita bisa berharap, 25 tahun ke depan, kita bisa punya negarawan yg akan mentransformasikan Indonesia setara Cina. Jangan lupa, Perdana Menteri Juanda diambil sumpahnya pada umur 28 tahun. Bila kita mendidik anak TK sekarang dengan umur 5 tahun, 25 tahun lagi Indonesia kita akan petik hasilnya.
<p class="MsoNormal" style="margin: 0cm; font-size: 12pt; font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 15.6pt; background-image: initial; background-position: initial; background-size: initia
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 193
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google