Optimalisasi Peran Terbaik PBNU dalam Perdamaian Abadi Dunia

Optimalisasi Peran Terbaik PBNU dalam Perdamaian Abadi Dunia

KH Imam Jazuli Lc--

SELEPAS Badai Al-Aqsha, yang terjadi pada 7 Oktober 2023, Israel kembali melakukan upaya balas dendam dengan menyerang jalur Gaza, Palestina, yang dikuasai Hamas. Peristiwa berdarah ini menarik perhatian global, termasuk Indonesia.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut Hamas sebagai organisasi terorisme. Begitu pun Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola menyebut serangan Hamas adalah terorisme, dan karenanya Israel berhak mempertahankan diri.

Berbeda dari sikap Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukri dan Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani, yang kebetulan berkunjung ke Mesir, mengatakan bahwa para pejabat dari kedua belah negara membahas perlunya menghentikan eskalasi konflik di jalur Gaza. Hukum Internasional mengenai perlakuan terhadap warga sipil di masa perang harus diimplementasikan.

Al-Arabiya TV, yang berbasis di Riyadh Arab Saudi, mengabarkan bahwa negara Yordania telah mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina melalui jalur Mesir. Bahkan, Ashraq Al-Awsat, televisi milik pemerintah Saudi mengabarkan Plt. Perdana Menteri Lebanon Najib Miqati telah membahas cara menjaga keamanan negaranya mengingat dukungan Hizbullah, pro-Iran, terhadap Hamas.

BACA JUGA:Memahami Rahmatan Lil 'Alamin serta Ketidakselarasan antara Ucapan dan Tindakan di Komunitas NU

Di Damaskus, ibu kota Suriah, televisi pemerintah menayangkan demonstrasi para mahasiswa yang mendukung Palestina dan mengibarkan bendera Palestina. Di Iraq, Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani mendorong seluruh warga Iran mendukung warga Palestina.

Di Aljazair, seorang anggota parlemen Brahim Boughali meminta semua warga berdoa dan membaca Al-Qur'an demi menghormati arwah warga Palestina yang meninggal. Di Indonesia, Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf juga mengeluarkan 7 Pernyataan Sikap terkait konflik Israel-Palestina ini.

NU Memikul Islam Rahmatan Lil 'Alamin Alamin

Ketujuh pernyataan sikap PBNU tersebut mencerminkan hakikat ideologi yang sudah diamalkan oleh warga Nahdliyyin. Sebagaimana di Aljazair, Gus Yahya menyerukan umat Islam dan warga NU mendoakan warga Palestina yang meninggal dunia akibat serangan Israel.

Bagi Gus Yahya, umat beragama tidak boleh menggunakan identitas keagamaan hanya untuk menyuburkan permusuhan dan kebencian, sebaliknya agama harus menginspirasi persaudaraan dan keadilan universal, sebagai resolusi konflik di seluruh tingkatan, baik politik maupun komunitas.

Dengan berpijak pada nilai universal ini, Gus Yahya tegas menyerukan Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB, seperti Amerika, Inggris, Perancis, dan lainnya agar jangan menggunakan hak veto mereka, lebih-lebih didasari ketidakadilan, untuk membela salah satu pihak (Israel).

Sebab, bukan lagi rahasia umum, Israel adalah anak emas Amerika. Joe Biden mengutuk Hamas sebagai setan, karena menyerang Israel dan membunuh bayi. Serangan Hamas kali ini dinilai tindak kejahatan paling brutal setelah peristiwa Holocaust oleh Nazi. 

Gus Yahya sudah menangkap betul maksud mendalam dari pernyataan Joe Biden tersebut. Sehingga apabila hak veto dipakai dan mengabaikan hukum maupun kesepakatan internasional yang ada, sudah pasti Perang Dunia terjadi. Ini sama saja menghancurkan kemanusiaan.

Gus Yahya dan Humanisme NU

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: