Inilah Profil 6 Pahlawan Nasional Indonesia yang Baru Ditetapkan Pemerintah, Ada Tokoh Kerjaan, Ulama hingga Wartawan

Inilah Profil 6 Pahlawan Nasional Indonesia yang Baru Ditetapkan Pemerintah, Ada Tokoh Kerjaan, Ulama hingga Wartawan

Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan secara simbolis kepada ahli waris di Istana Negara, Jakarta, Jumat 10 November -Setkab.go.id-

Ahmad Hanafiah merupakan pendiri dan pimpinan Pondok Pesantren Al-Kautsar, salah satu pesantren terkemuka di Lampung.

Penganugerahan tanda pahlawan pada KH Ahmad Hanafiah didasarkan atas perannya dalam pertempuran di Kemarung. Kala itu, Ahmad Hanafiah turut melawan pasukan Belanda bersama Laskar Hizbullah. Namun, saat pertempuran yang banyak menewaskan para santri itu ia ditangkap hidup-hidup oleh Belanda. 

Saat tertangkap, Kiyai Ahmad Hanafiah dihukum dengan dimasukkan ke dalam karung dan ditenggelamkan di Sungai Ogan dan akhirnya gugur pada 1947.

5. Ratu Kalinyamat

Pahlawan wanita kali ini datang dari Kerajaan Jepara, Jawa Tengah. 

Ratu Kalinyamat adalah ratu dari Kerajaan Jepara yang memerintah pada tahun 1549-1579. Ia adalah putri pertama dari sultan ketiga Kesultanan Demak.

Kepemimpinan Ratu Kalinyamat kala itu berhasil mengembalikan perekonomian di wilayahnya yang sempat surut karena perebutan kekuasaan di Demak Binatara.

Ratu Kalinyamat juga berhasil membentuk pasukan perang tanggung yang dikirim ke berbagai wilayah di Timur, tepatnya Haitu Maluku dan Kesultanan Aceh Darussalam untuk melawan Portugis.

6. KH Abdul Chalim

KH Abdul Chalim adalah sosok ulama yang mendirikan Persatuan Guru-Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu). Dalam sejarah NU, Kiai Chalim adalah seorang komunikator andalan antara para alim ulama di seluruh Jawa.

Selama di NU, Ia bertanggungjawab atas kepengurusan pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai wakil katib.

Selain itu, KH Abdul Chalim juga turut serta dalam perang 10 November 1945 di Surabaya.

Di pemerintahan, KH. Abdul Chalim juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

KH. Abdul Chalim wafat di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 12 Juni 1972 . Kini, namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi di Mojokerto, yaitu "Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto" yang kini sedang berproses menjadi Universitas Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: