Zionisme, dari Korban ke Pelaku Genosida

Zionisme, dari Korban ke Pelaku Genosida

KH Imam Jazuli Lc--

Di bidang ekonomi, orang-orang Yahudi suka melakukan eksploitasi dan penipuan. Mereka juga  anti-kegiatan sosial. Orang-orang Yahudi melakukan perdagangan kecil-kecilan, aktivitas perantara, riba, dan pengelolaan kedai, yang pada dasarnya dipandang sebagai bentuk parasit bagi kehidupan ekonomi bangsa Eropa Rusia.

Sejak itulah, Judophobia (sentimen anti-Yahudi) merebak di kalangan masyarakat Eropa, khususnya di wilayah Kekaisaran Rusia.

Pada tahun 1881, orang-orang Yahudi di Eropa-Rusia berkumpul, membentuk kelompok eksklusif yang mengatasnamakan diri mereka sebagai "Hibbat Zion" (Pencinta Zion). 

Pertemuan besar-besaran pertama kali diselenggarakan pada tahun 1884, dipimpin oleh Leon  Pinsker, yaitu seorang aktivis Zionisme pertama sekaligus seorang fisikawan (Derek Jonathan Penslar, 1991: 20).

Hibbat Zion merencanakan pergi meninggalkan Eropa. Membentuk mitos tentang tanah yang dijanjikan Tuhan, yaitu Gunung Zion di Palestina. Sejak itulah Zionisme menguat di Eropa Rusia (Walter Laqueur, 2003: 40).

Gagasan Zionisme Leon Pinsker dilanjutkan oleh seorang jurnalis bernama Theodor Herzl, yang mulai bergerak secara aktif melalui media massany bernama Der Judenstaat (Negara Yahudi) pada tahun 1896. 

Satu tahun kemudian, pada tahun 1897, Kongres Zionisme pertama kali secara resmi diselenggarakan. Dari 1897 sampai 1948, proyek para Zionis adalah mengambil alih tanah Palestina (Butenschøn, 2006: 285-306).

Derek Penslar (2020: 100) menceritakan bahwa Theodor Herzl pernah melobi Sultan Abdul Hamid II, agar mendapatkan izin mendapatkan tanah di Palestina. Herzl dibantu oleh seorang Zionis lain bernama Venlinsky.

Pendekatan Herzl dan Velnlinsky berbeda. Herzl menawarkan pinjaman uang kepada Turki Usmani, yang kebetulan sedang terlilit hutang luar negeri, kira-kira mencapai 100 juta pound. 

Sedangkan Nevlinsky menyarankan Herzl untuk melobi media-media Eropa, untuk mem-blow-up tindakan Turki dalam mempersekusi minoritas Armenia.

Sayangnya, Sultan Abdul Hamid II menolak tawaran uang dari Theodor Herzl tersebut. Sebagai konsekuensinya, di mata Eropa dari dulu hingga kini, Turki Utsmani dicitrakan telah melakukan Genosida terhadap bangsa Armenia. 

Gagal mendapatkan dukungan dari Turki Utsmani era Sultan Abdul Hamid II, orang-orang Yahudi melobi Inggris. Kali ini usaha Yahudi berhasil.

Pada tahun 1918, perdana menteri Inggris mempublikasikan apa yang disebut Deklrasi Balfour. Inggris secara resmi menyatakan dukungan pembentukan Negara Israel, yang nantinya akan dikuasai oleh Zionis.

Pada Perang Dunia II (1941-1945), kebetulan sesama bangsa Eropa saling bermusuhan. Inggris yang didukung Yahudi melawan Nazi yang berkuasa di Jerman.

Inggris sempat kalah. Akhirnya, tiba giliran bagi Jerman untuk mengeksekusi orang-orang Yahudi melalui peristiwa Holocaust. Artinya, setelah Rusia, Jerman juga pernah menolak kehadiran orang Yahudi di Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: