Zionisme, dari Korban ke Pelaku Genosida

Zionisme, dari Korban ke Pelaku Genosida

KH Imam Jazuli Lc--

Konspirasi Menjatuhkan Palestina

Pada tahun 1830, Turki Utsmani kehilangan wilayah Yunani. Yunani memerdekakan diri dari Turki Utsmani di bawah protokol London, yang ditandatangani oleh Ingris, Perancis, Rusia. 

Bahkan, dari 1831 hingga 1833, Turki Utsmani malah konflik sesama muslim, yaitu dengan Mesir. Selama abad 19, Turki Utsmani dijuluki "The Sick Man of Europe" (Orang Eropa yang Lemah). 

Moldova, Wallacia, dan Serbia pun melepaskan diri antara tahun 1860-1870. Bulgaria, Romania dan Montenegro juga lepas dari Turki Utsmani tahun 1877-1878. Austria-Hungaria juga berhasil mengambil Bosnia Herzegovina.

Walaupun Inggris pernah membantu Turki Utsmani untuk memulihkan wilayah Balkan, namun Inggris meminta imbalan berupa  Cyprus. Termasuk saat Inggris membantu Turki meredam pemberontakan Mesir tahun 1882. Sayangnya, di tahun 1883, gempuran Jerman tetap berhasil meluluhlantakkan Turki Utsmani.

Di tengah gempuran negara Eropa terhadap Turki Utsmani, sehingga wilayah Turki Utsmani terkoyak-koyak, misi Zionisme semakin menemukan momentumnya. 

Pada tahun 1914, Perdana Menteri Inggris, Herbert Herny Asquith, membentuk Komite Palestina untuk membahas kebijakan politik antara Inggris dan Turki Utsmani. 

Saat itulah, secara resmi, Inggris menyatakan dukungan pada Zionisme tangan 7 Februari 1917. Tujuan utamanya adalah melepaskan Palestina dari Turki Utsmani, dan menyerahkannya kepada Zionis.

Negosiasi antara Inggris dan Turki Utsmani dihadiri oleh Sir Tatton Benvenuto Mark Sykes, seorang politikus Partai Konservatif sekaligus penasehat diplomatik Inggris khusus wilayah Timur Tengah yang pro-Zionisme (Friedman, 1973: xxxii).

Sampai di sini dapat dikatakan, Zionisme adalah proksi yang Inggris mainkan, untuk menghancurkan Turki Utsmani. Di sisi lain, bangsa Eropa memang mau mengusir keberadaan Yahudi dari masyarakat mereka. Kehadiran Yahudi dianggap parasit bagi bangsa Eropa.

Zionisme selain proyek politik juga memiliki landasan teologis. Misalnya, "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya, dan Aku akan menjadi Allah mereka," (Kejadian 17:7-8).

Dengan begitu, Zionisme adalah personalan yang kompleks. Pertama dan yang terpenting, bangsa Eropa ingin mengusir orang Yahudi dari bumi Eropa. Kedua, keinginan Eropa untuk menghancurkan Turki Utsmani. Ketiga, tafsir religius orang Yahudi tentang tanah yang dijanjikan Tuhan.

Alhamdulillah, konflik Palestina-Israel adalah pemindahan kebencian orang Eropa terhadap orang Yahudi ke tanah Arab. Sedangkan tabiat orang Yahudi tetap sama, menjadi parasit di Eropa dan menjadi binatang buas di Timur Tengah. (*)

*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: