Data Recorder Pesawat Super Tucano yang Jatuh di Jatim Berhasil Diamankan

Data Recorder Pesawat Super Tucano yang Jatuh di Jatim Berhasil Diamankan

TNI Angkatan Udara (AU) menyatakan telah menemukan data recorder milik pesawat Super Tucano yang jatuh di Pasuruan dan Probolinggo pada Kamis, 16 November 2023 lalu telah ditemukan.-dok disway-

JAKARTA, DISWAY.ID  TNI Angkatan Udara (AU) menyatakan telah menemukan data recorder milik pesawat Super Tucano yang jatuh di Pasuruan dan Probolinggo pada Kamis, 16 November 2023 lalu telah ditemukan.

Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati mengatakan meski telah ditemukan, VDR/NCDC (Video Data Recorder / Network Centric Data Cartridge) itu bakal dikirim ke luar negeri terlebih dahulu.

"Namun meskipun NCDC bisa dibaca tetapi khusus Flight Recorder dari pesawat harus dikirim terlebih dahulu ke luar negeri untuk dibaca, untuk itu kita perlu waktu untuk menganalisa karena harus dikirim dulu," kata Marsekal Pertama Agung lewat keterangannya, Senin, 20 November 2023.

BACA JUGA:Hasil Laga Kualifikasi EURO 2024: Romelu Lukaku 'Ngamuk', Cristiano Ronaldo Kasih 1 Assist

BACA JUGA:Ada Temuan Narkoba dan Pelanggaran Kepabeanan, Polisi Segel Bar di Senopati

Ia mengaku proses evakuasi pesawat tersebut sempat terkendala masalah cuaca di lokasi yang terjal dan berbukit-bukit.

Dia menegaskan proses pencarian dan pengumpulan barang-barang di lokasi jatuhnya pesawat akan terus dilakukan.

"Pesawat akan dipotong-potong beberapa bagian agar mudah diangkut melalui jalan darat. Karena jalan udara dengan helikopter tidak menjadi opsi yang mungkin karena selain faktor cuaca juga lokasi yang ekstrim, diharapkan dalam waktu seminggu kedepan sudah bisa diangkut seluruhnya," jelasnya. 

BACA JUGA:Bertolak ke Jakarta, Timnas U-17 akan Segera Dibubarkan

BACA JUGA:TNI AU Targetkan Proses Evakuasi Pesawat Super Tucano Tuntas 1 Minggu

Marsekal Pertama Agung menegaskan bahwa kemungkinan besar proses evakuasi bangkai pesawat batal menggunakan helikopter.

Sebab, pilihan itu sulit dilakukan jika melihat titik lokasi yang berada di kawasan pegunungan.

"Untuk penggunaan helikopter dalam pengambilan reruntuhan ini akan sangat sulit. Terutama karena medannya yang berada di dalam lembah, diapit gunung-gunung dan itu kemungkinan adanya turbulensi," bebernya.

"Turbulensi yang bisa membahayakan helikopter sendiri. Kemungkinan besar kami tidak akan bisa menggunakan helikopter untuk mengevakuasi reruntuhan pesawat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: