Literasi Budaya, Mengenal Bahasa NTB Sasak, Samawa, dan Mbojo
Rabu 31-01-2024,09:36 WIB
Reporter:
Marieska Harya Virdhani|
Editor:
Marieska Harya Virdhani
Literasi Budaya-Mengenal bahasa daerah NTB-Kemendikbudristek
JAKARTA, DISWAY.ID -
Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai
Bahasa resmi Unesco.
Menarik untuk mengetahui
Bahasa daerah di tanah air.
Diketahui, ada sebanyak 718
Bahasa daerah yang kini didorong dalam program pemetaan
Bahasa daerah.
Program pelindungan dan pemodernan
Bahasa dan sastra merupakan salah satu program prioritas Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa (Badan
Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Program yang telah berjalan sejak tahun 2022 ini bertajuk Revitalisasi
Bahasa Daerah.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT), Kantor
Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mengupayakan pelaksanaan komitmen dari program Revitalisasi
Bahasa Daerah.
Pada tahun 2024, program ini diwujudkan dalam kegiatan Rapat Koordinasi Antarinstansi dan Diskusi Kelompok Terpumpun Penyusunan Model Pembelajaran
Bahasa Daerah Sasak, Samawa, dan Mbojo di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan di Hotel Santika, Mataram.
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan
Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo, menyampaikan bahwa tahun 2024 ini merupakan tahun ketiga pelaksanaan Revitalisasi
Bahasa Daerah yang dilaksanakan di NTB.
Program ini rencananya akan terus dilanjutkan di masa mendatang, sehingga tujuan besar pelestarian dan pengembangan
Bahasa dan kebudayaan daerah dapat terwujud.
Imammengatakan bahwa Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa melalui Kantor
Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat telah memberi kontribusi pengembangan
Bahasa.
Berkat adanya kolaborasi dan sinergi dengan para mitra, Kantor
Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat mampu melaksanakan kegiatan ini dengan maksimal.
"Pentingnya upaya pelestarian
Bahasa daerah," ujarnya dalam keterangan resmi Kemendikbudristek.
Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai tiga program prioritas Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa.
Ketiga program tersebut adalah literasi, pelindungan dan pemodernan
Bahasa dan sastra, dan penginternasionalan
Bahasa Indonesia.
"Untuk program literasi, kami telah mencetak dan mendistribusikan jutaan buku cetak ke berbagai wilayah, salah satunya NTB. Kemudian pelindungan
Bahasa dan sastra daerah diwujudkan melalui program Revitalisasi
Bahasa Daerah. Selain itu, ada program konservasi dan pemetaan
Bahasa daerah dengan 718
Bahasa daerah. Lalu terkait penginternasionalan
Bahasa Indonesia, pada bulan November 2023 lalu,
Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai
Bahasa resmi UNESCO," jelas Imam.
Sebagai informasi, rangkaian kegiatan Revitalisasi
Bahasa Daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten di NTB, telah menyita atensi yang luar biasa dalam penyelenggaraannya.
"Kami telah beraudiensi dengan Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek dan Kementerian Dalam Negeri terkait penjajakan kerja sama program Revitalisasi
Bahasa Daerah yang akan dilaksanakan bersama. Jika program ini dilaksanakan dengan penuh sinergi maka pelestarian
Bahasa daerah kita dapat dilakukan dan kita tidak akan kehilangan
Bahasa daerah," tutup Imam.
Dukungan program Revitalisasi
Bahasa Daerah ditunjukkan juga oleh Penjabat Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lalu Gita Ariadi, yang hadir untuk membuka kegiatan secara resmi.
Ia mengungkapkan bahwa dalam konteks pelestarian,
Bahasa merupakan suatu hal yang otentik.
Ia menekankan nilai filosofi tentang tiga kepentingan dalam Trigatra Bangun
Bahasa, yaitu
Bahasa Indonesia yang diperkuat,
Bahasa daerah dilestarikan, dan
Bahasa asing dikuasai. Hal ini adalah kondisi kebatinan kebudayaan dan
Bahasa.
"Hari ini saya ungkapkan, mari kita perkuat komitmen penguasaan kita tentang
Bahasa daerah. Seperti pembukaan tadi, saya membukanya dengan nembang puja-puji. Betapa kita menjadi makhluk yang sangat kaya akan
Bahasa. Ke depannya, kita harus memikirkan idealnya penggunaan
Bahasa," tuturnya memulai sambutan dengan tembang
Bahasa Sasak.
Gita menambahkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia telah mencanangkan Indonesia Emas. Ia meminta adanya strategi dan upaya bersama untuk melestarikan
Bahasa daerah.
Menurutnya, kebangkitan pelestarian budaya lokal menjadi salah satu poin penting dalam menyukseskan program ini.
“Saya atas nama pemerintah mengapresiasi kegiatan ini. Bagaimana di tengah pergulatan zaman, kita mampu menggaungkan dan melestarikan
Bahasa daerah secara nyata,” tandasnya.
Selanjutnya, Kepala Kantor
Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Puji Retno Hardiningtyas, menerangkan bahwa kegiatan ini setiap tahun dilaksanakan dalam rangka menyatukan pikiran antara Kantor
Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat, pemerintah daerah, guru master, pakar
Bahasa dan sastra daerah, dan masyarakat NTB secara luas.
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari sejak tanggal 29—31 Januari 2024 dan dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri atas kepala dinas Pendidikan 10 kabupaten/kota; kepala bidang SD, SMP, kebudayaan sepuluh kabupaten/kota; komunitas sastra; akademisi; sastrawan; budayawan yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pelindungan
Bahasa dan sastra daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat telah dilakukan selama dua tahun berturut-turut, yakni pada tahun 2022 dan tahun 2023.
Setiap tahun, kegiatan pelindungan
Bahasa dan sastra daerah di Provinsi NTB menghasilkan keluaran 251 orang guru master atau guru utama. Guru-guru master yang dicetak oleh Kantor
Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat diharapkan dapat mengimbaskan ilmu yang didapat selama pelatihan kepada siswa, komunitas, sesama guru, bahkan kepada masyarakat sehingga semangat atau sikap positif penutur
Bahasa daerah terhadap
Bahasa daerahnya makin hari makin meningkat.
"Fakta menunjukkan bahwa
Bahasa daerah di Indonesia ditinggalkan penuturnya karena adanya
Bahasa lain yang lebih luas daya jangkau komunikasinya (language of wider communication). Oleh karena itu, kita sebagai penutur
Bahasa Sasambo tentu tidak ingin hal itu terjadi pada generasi-generasi penerus kita. Agar hal itu dapat kita hindari, kita berkumpul di sini dalam rangka merumuskan langkah-langkah tepat dan strategis yang dapat kita lakukan secara bersama-sama untuk menghalau masuknya pengaruh-pengaruh yang mengancam kelangsungan hidup
Bahasa daerah kita, yakni
Bahasa daerah Sasak, Samawa, dan Mbojo,” papar Puji.
Lebih lanjut ia menambahkan, “Alasan di balik ajakan ini sangat kuat. Dalam menghidupkan budaya dan
Bahasa daerah, kita dapat merangsang pertumbuhan ekonomi lokal, mempromosikan pariwisata, serta memperkuat identitas dan rasa kebangsaan," katanya.
Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber yang akan berbagi praktik baik pelaksanaan kebijakan pelestarian
Bahasa daerah dalam program Revitalisasi
Bahasa Daerah.
Ketiga narasumber tersebut teridiri atas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur, Izzudin; Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, Ikhsan Savitri; dan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Bima, Supratman.
Kegiatan ini berfokus pada pelaksanaan koordinasi bersama yang akan menghasilkan rekomendasi kebijakan dan pakta integritas bersama.
Diharapkan agar ke depannya seluruh lembaga, pemangku kepentingan, unsur pendidikan, dan masyarakat dapat mewujudkan tujuan kegiatan ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
kemendikbudristek