Ekspor Industri Makanan dan Minuman Meningkat, Tembus USD41,70 M Hingga Dulang 6,55 Persen PDB Nasional

Ekspor Industri Makanan dan Minuman Meningkat, Tembus USD41,70 M Hingga Dulang 6,55 Persen PDB Nasional

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka acara Bazaar Lebaran Tahun 2024 di Jakarta, Senin 25 Maret 2024.-Bianca-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri nonmigas sebesar 39,10 persen dan menyumbang 6,55 persen terhadap PDB nasional pada tahun 2023.

“Industri makanan dan minuman juga mulai kembali bangkit setelah mengalami pukulan akibat pandemi Covid-19. Pada tahun 2023 (YoY), industri makanan dan minuman masih mampu tumbuh positif sebesar 4,47 persen,” Ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka acara Bazaar Lebaran Tahun 2024 di Jakarta, Senin 25 Maret 2024.

BACA JUGA:Regulasi Impor Sempat Polemik, Asosiasi Penerbangan INACA Sambut Permendag Nomor 3 Tahun 2024

Industri makanan dan minuman turut mencatatkan kinerja yang gemilang dari capaian nilai ekspor, yang diketahui telah menembus angka USD41,70 miliar selama tahun 2023.

“Sektor ini masih melanjutkan neraca dagang positif atau surplus di tahun 2023 sebesar USD25,21 miliar,” ungkap Agus Gumiwang.

Selain itu, penanaman modal di sektor industri makanan dan minuman masih bertumbuh dan diminati oleh para investor nasional dan global. Hal ini terlihat dari perkembangan realisasi investasi di sektor ini yang mencapai Rp85,10 triliun pada tahun 2023.

Agus mengemukakan, menghadapi bulan Ramadan dan Idul Fitri 1445H, komoditas pokok seperti gula, minyak goreng, tepung terigu, jagung untuk industri makanan, dan bahan baku daging untuk industri stoknya masih aman hingga 1-1,5 bulan ke depan.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, saat ini pemerintah mengupayakan pemenuhan pangan dari sumber alternatif seperti sagu. Menurutnya, produk olahan sagu berupa beras analog sagu berpotensi menjadi pangan utama pengganti beras terutama pada saat terjadinya kelangkaan beras.

BACA JUGA:Tingkatkan Mutu Ekspor Biji Pala, Diuji di Laboratorium Acuan Nasional

“Beras analog sagu juga memiliki keunggulan berupa kandungan resistance starch yang tinggi dan kadar glikemiks indeks yang rendah sehingga baik untuk mencegah diabetes,” Ujar Agus.

Penyelenggaraan Bazaar Lebaran diharapkan bisa menjadi kesempatan yang baik untuk mengenalkan berbagai produk-produk industri makanan dan minuman menjelang Lebaran, sekaligus memperlihatkan tren permintaan terhadap barang kebutuhan pokok terus meningkat. 

Untuk itu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, di samping menjaga ketersediaan stok di pasar, juga perlu didukung dengan pendistribusian yang tepat sasaran. (Bianca Chairunissa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: