Sejarah Gerhana Matahari di Indonesia, Ternyata Fenomena 1983 Paling Mengesankan dan Mencekam!

Sejarah Gerhana Matahari di Indonesia, Ternyata Fenomena 1983 Paling Mengesankan dan Mencekam!

Ilustrasi. Sejarah Gerhana Matahari di Indonesia terjadi beberapa kali-Foto/Unsplash/Jan Haerer-

Seorang ahli bernama Dr. Morris Aizenmann tak sungkan mengungkapkan rasa kagumnya saat melihat Gerhana Matahari Total di Indonesia pada 1983 itu.

Harian Kompas menggambar suasana di Tanjung Kodok saat itu bak sebuah festival meriah di pinggir pantai.

Banyak orang yang berenang di pantai. Tetapi lebih banyak orang yang mengamati GMT di Tanjung Kodok dengan peralatannya saat itu.

Perubahan Cuaca saat Gerhana Matahari Terjadi

Harian Kompas mencatat, terjadi perubahan cuaca saat Gerhana Matahari Total teramati di Tanjung Kodok.

"Ketika sebagian matahari mulai tertutup bulan, belum banyak perubahan tampak.

"Tetapi suhu udara yang semula sudah hampir mencapai 33 derajat Celcius mulai menurun, dan angin bertiup makin keras," tulis Harian Kompas.

Dalam suasan kegelapan di bumi saat bulan menutup Matahari, beberapa benda langit terlihat.

Tentu saja, benda-benda langit fenomenal hanya dapat dilihat dengan alat khusus, tak bisa dilihat dengan mata telanjang.

"Pukul 11.20 di sebelah timur matahari tampak sebuah benda langit cemerlang. Itulah planet Venus, yang segera disusul oleh planet Mars yang tampak kemerahan.

"Ketika matahari sudah tertutup total oleh bulan, planet Merkurius juga tampak jelas. Dalam keadaan biasa, planet ini sangat sulit dilihat dengan mata telanjang," tulis Harian Kompas.

Tak hanya itu, perubahan suhu terjadi saat itu. Suhu di Tanjung Kodok kala itu turun ke 27,9 derajat Celcius dari 35 derajat sebelumnya.

Kemudian semua ahli yang terjun melakukan penelitian, salah satunya BMKG.

Harian Kompas menyebut Drs Suryadi dari BMKG melakukan penelitian terhadap perubahan radiasi matahari lapisan atas atmosfir, gempa, gravitasi dan kemagnetan bumi.

"Menurut catatannya pada pukul 10.34 terjadi gempa di sekitar Tanjung Kodok dengan kekuatan antara 3 dan 4 pada skala Richter," tulis Harian Kompas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads