Jamaah Bisa Dengarkan Kutbah Arafah Versi Bahasa Indonesia, Penerjemahnya WNI asal Lombok

Jamaah Bisa Dengarkan Kutbah Arafah Versi Bahasa Indonesia, Penerjemahnya WNI asal Lombok

Ustaz Ahmad Musyaddad (kanan) dan Teddy,jamaah haji asal Karawang di Hotel Al Tayseer, Jarwal, Makkah. -Tomy Gutomo-Media Center Haji

Program penerjemah wukuf Arafah ini baru berlangsung lima tahun terakhir. Ahmad kebagian tiga kali di antaranya. "Tujuannya agar nilai penting dalam mimbar paling mulia tersampaikan ke seluruh dunia. Baik kaum muslimin maupun nonmuslim," jelasnya.

Ahmad bergabung di Masjidilharam sejak 2015. Ia mengikuti tes penerjemah di kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. Itu adalah kampus binaan Al Imam University, Riyadh. 

Lulusan MTs dan MA di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat, itu adalah lulus fakultas syariah LIPIA. Ia melanjutkan S-2 prodi Ekonomi Islam di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Lalu menuntaskan S-3 prodi pendidikan Islam juga di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. 

"Saat mengikuti seleksi penerjemah di LIPIA, saya sudah lulus S-2 dan baru semester 2 di S-3," kata pria yang lahir pada 1985 di Mataram itu.

Ada lima orang yang lolos seleksi. Mereka berangkat pada 2015 ke Riyadh. Selama sebulan ditempa dulu di kampus Al Imam University. Baru kemudian ke Makkah. Setelah di Masjidilharam, baru ditentukan. Dua orang menjadi penerjemah khotbah di Masjidilharam dan 3 orang di Masjid Nabawi.


Ahmad Musyaddad menjelaskan program Sekolah Muthowif Indonesia yang didirikannya. -Tomy Gutomo-Media Center Haji

Sudah sembilan tahun Ahmad tinggal di Makkah. Oleh pihak kampus mendapat tunjangan tempat tinggal. Ia menyewa apartemen di daerah Jarwal, tak jauh dari Masjidilharam. "Sehari-hari saya naik skuter ke Masjidilharam," kata Ahmad.

Sebelum Covid-19, ia berkantor di ruangan di pintu 79 Masjidilharam. Dekat perpustakaan. Setelah Cocvid, kantornya pindah ke daerah Al Jiad, dekat WC 1 Masjidilharam. Awalnya hanya ada 5 bahasa. Setelah 2022, setiap jumat, khotbah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa yakni Indonesia, Inggris, Prancis, Urdu, Persia, Turkiye, Hausa, Mandarin, Rusia, dan Mangali.

Ada dua penerjemah bahasa Indonesia. Ahmad dan Ustaz Syaukani Hafiz. Syaukani adalah putra Mandailing, Sumatera utara. Lulusan S1 di Syria, S2 di Inggris, dan S3 di Universitas Ummul Qura, Makkah. 

Di Makkah, Ahmad tinggal bersama istri dan 5 anaknya. Istrinya yang pertama sesama Lombok. Meninggal pada 2018 dan dimakamkan di Ma'la, pemakaman Siti Khadijah. Ia menikah lagi dengan perempuan asal Boyolali. Anaknya yang sulung sekolah SMP di Masjidilharam. Tiga lainnya masih SD di Sekolah Indonesia di Jabal Nur, Makkah. Yang bungsu belum sekolah.


Ahmad Musyaddad di ruang kerjanya di Masjdilharam. --Media Center Haji

Sengaja ia sekolahkan semua anaknya di SD Sekolah Indonesia agar memiliki bahasa dasar Bahasa Indonesia. Juga agar bisa menulis latin dari kiri ke kanan. "Biar hafal Pancasila dulu baru hafal quran," kata Ahmad. "Alhamdulillah yang SMP sudah selesai hafalan qurannya," sambungnya.

Di Makkah, Ahmad mendirikan lembaga edukasi Hashanah Makkah. Melayani jamaah haji dan umrah yang ingin tour melihat fasilitas Masjidilharam dan mengikuti jejak sirah di sekitar Masjidilharam.  

Lembaga itu kini berubah menjadi Sekolah Muthowif Indonesia (SMI). Suah ada empat kelas pesertanya. Pada musim haji ini ada 800 jamaah haji yang mengikuti program jejak sirah. Singgah ke rumah Abu Bakar As-Sidiq, Rumah Rasulullah, Istana Raja, hingga rumah Siti Khadijah. 

"Kami ceritakan tentang kehidupan Nabi dari usia 1 tahun hingga menikah, rumah tanggah Nabi, hingga beliau hijrah," kata Ahmad. Program itu biasanya berlangsung selama 2 jam sejak selesai Subuh. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: