Akademisi Unija Respons Isu 'Profesor Abal-abal': Nggak Benar Kalau Begitu!

Akademisi Unija Respons Isu 'Profesor Abal-abal': Nggak Benar Kalau Begitu!

Akademisi Unija Respons Isu 'Profesor Abal-abal'---Dok. Istimewa

JAKARTA, DISWAY.ID - Akhir-akhir ini dunia pendidikan kerap dihebohkan dengan isu tentang sejumlah oknum yang disinyalir meraih gelar profesor secara instan alias profesor abal-abal. Hal ini tentu meresahkan dan menjatuhkan marwah dunia pendidikan di tanah air. 

Akademisi Universitas Jakarta (Unija), Fikri Ardiyansyah, S.I.P, M.I.P mengatakan, ia merasa prihatin dengan fenomena tersebut. Hal itu menurutnya membuat kredibilitas dunia pendidikan di Indonesia menjadi sorotan. 

Ia pun mewanti-wanti agar isu tersebut jangan sampai ditumpangi sejumlah oknum yang ingin menjatuhkan marwah pendidikan di Indonesia.

"Kalau ada pelanggaran sejumlah oknum, silahkan ditindak lanjut. Tapi kita juga harus jeli, jangan sampai nanti justru ini jadinya delegitimasi," ujar Fikri yang juga Dosen di Universitas Satyagama tersebut.

BACA JUGA:Hotman Paris Bocorkan Hasil Visum et Repertum Vina Cirebon: Bukan Kecelakaan, Keluar Sperma!

"Gelar guru besar itu gelar kehormatan. Setiap yang meraihnya juga punya proses jatuh bangun yang berbeda beda. Jangan gara gara ramai begini kita jadi pukul rata. Ini kan lama lama jadi membentuk opini publik bahwa guru besar itu gelar yang bisa seenaknya diraih dengan jual-beli. Kan nggak benar juga kalau begitu," sambung Pria yang memiliki background pendidikan S2 Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia tersebut. 

Fikri juga mengingatkan agar pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, segera membenahi permasalahan tersebut, agar trust issue tidak berkembang sedemikian liar di masyarakat terhadap dunia pendidikan kita. 

"Jangan sampai ini juga menggelinding seperti bola salju, karena berlarut larut meladeni isu di ruang publik. Akhirnya terjadi nanti trust issue pada dunia pendidikan kita. Hilang marwah pendidikan nasional. Menteri Pendidikan harusnya bisa jadi penengah, jadi jembatan. Untuk menyelamatkan harga diri pendidikan kita," tegasnya.

Terakhir, ia juga berpesan mari bersama menjaga marwah dan harga diri pendidikan kita. "Kita sudah sangat maju. Sistem perguruan tinggi kita juga bersaing. Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: