Pemerintah Mau Pakai Susu Ikan untuk Makan Bergizi Gratis? Ahli Gizi Ingatkan Hal Ini

Pemerintah Mau Pakai Susu Ikan untuk Makan Bergizi Gratis? Ahli Gizi Ingatkan Hal Ini

Ahli kritisi kandungan Gizi dalam Susu Ikan-Istimewa-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Susu ikan diusulkan menjadi alternatif susu sapi pada program Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, makan bergizi gratis, yang direncakan mulai dilaksanakan pada Januari 2025 mendatang.

Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan bahwa pihaknya akan mengakomodir semua usulan untuk pelaksanaan program makan bergizi gratis.

BACA JUGA:Keunggulan dan Kekurangan Susu Ikan Dibanding Susu Sapi, Ini Penjelasan Ahli Gizi

BACA JUGA:Heboh Susu Ikan Bakal Jadi Menu Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran, Ini Tanggapan Ahli Gizi

"Semua yang baik pasti akan kita akomodir, tapi kita lihat. (Saat ini) kita belum ke arah situ," kata Dadan kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, 10 September 2024.

Ide yang pertama kali dicetuskan oleh Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD Sis Apik Wijayanto tersebut menarik perhatian berbagai pihak, termasuk para ahli gizi.

"Jika susu ikan benar digunakan untuk program makanan bergizi gratis, tentu saja pemerintah harus mempertimbangkan palatabilitasnya, kandungan nutrisinya," terang ahli gizi klinik dr Putri Sakti, SpGK kepada Disway, 12 September 2024.

Menurutnya, kandungan pada susu ikan sangat penting untuk diperhatikan, salah satunya kandungan maltodekstrin yang memiliki indeks glikemik tinggi.

"Indeks glikemiknya ini membuat kadar gula darahnya tidak terkontrol dan kelebihan risikonya juga pasti tidak baik untuk anak-anak," tuturnya.

BACA JUGA:Bank DKI Berikan Dukungan Program Makan Bergizi Gratis Pemprov DKI Jakarta

"Atau misalkan penambahan dari gula pasir, perlu dikaji lagi apakah ada pengawet dan pewarna perasa tambahan, dan lain-lain," paparnya.

Ia pun menemukan beberapa susu ikan yang ditemuinya memiliki kandungan tambahan gula.

"(Susu ikan) biasanya ada kandungan tambahan gula yang harus kita perhatikan juga, maupun kandungan maltodekstrin yang indeks glikemiknya cukup tinggi sehingga kurang baik apabila dikonsumsi terutama untuk anak-anak secara rutin," bebernya.

Begitu pula dengan risiko berkurangnya nutrisi karena proses pengolahan yang panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: