Standar Gizi dan Menu Makanan Bergizi Gratis Tahap Pembahasan Menkes-Kepala BGN
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana menjelaskan pembahasan standar makan bergizi gratis.-annisa amalia zahro-
JAKARTA, DISWAY.ID-- Program Makan Bergizi Gratis disebut segera diterapkan pada Januari 2025 mendatang.
Program yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui intervensi gizi tersebut akan menyasar ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, siswa sekolah mulai PAUD hingga SMA, serta peserta didik di pesantren atau lembaga pendidikan keagamaan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, Badan Gizi Nasional (BGN) masih pembahasan standar gizi dan menu makanan bergizi gratis ini.
BACA JUGA:Program Makan Bergizi Gratis Jadi Pertaruhan Jabatan Presiden Prabowo
Selanjutnya, BGN akan membangun sebanyak 5 ribu satuan pelayanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang meliputi 3 pegawai termasuk ahli gizi.
"Setiap satuan pelayanan itu kami pasti mewajibkan ada ahli gizi yang dididik di perguruan tinggi dan mereka biasanya sudah paham standar komposisi gizi untuk anak-anak, baik untuk anak PAUD, anak SD, sampai anak SMA," papar Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana di Jakarta, 31 Oktober 2024.
Sementara itu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa pihaknya telah berkoordinasi terkait penentuan standar gizi pada program yang menjadi janji politik Presiden Prabowo Subianto tersebut.
"Saya sudah bicara sama Pak Dadan dari Badan Gizi Nasional. Standar gizinya dari kita, tapi kemudian pelaksanaannya dari beliau," ungkap Budi di lokasi yang sama.
Terkait pelaksanaannya, Dadan menjelaskan akan memperhatikan bukan hanya gizi, tetapi juga menu kesukaan anak.
BACA JUGA:Ridwan Kamil dan Prabowo Subianto Makan Malam Bersama, Apa Yang Dibahas?
"Mereka juga akan melihat bagaimana kesukaan anak-anak di daerah masing-masing sehingga menu yang dibuat di satuan pelayanan itu tidak begitu saja ditetapkan oleh ahli gizi, tapi juga mengkaji seberapa suka anak-anak terhadap makanan tersebut," tuturnya.
Pasalnya, ia tidak ingin makanan yang telah disiapkan tersebut tidak dimakan dan berakhir dibuang begitu saja.
"Kita berharap makanan itu dimakan dan tidak mubazir kemudian dibuang. Misalnya di Sukabumi dan Bojongkoneng, tahu ada anak yang fobia nasi, kami tentu harus meng-treat anak itu atau memperlakukan anak itu tidak dengan nasi, tapi dengan makanan yang lain," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: