Guru Besar FKUI Sebut Nepal Lebih Baik Atasi Kematian pada Ibu Hamil, Ini 3 Kuncinya
Guru Besar FKUI Sebut Nepal Lebih Baik Atasi Kematian pada Ibu Hamil, Ini 3 Kuncinya-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID-- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.OG, Subsp.Urogin RE, MPH menyebut bahwa Indonesia perlu belajar dari Nepal karena lebih sukses menurunkan angka kematian ibu.
Bahkan, negara dengan jumlah penduduk miskin yang lebih besar dari Jakarta tersebut mampu menurunkan angka kematian ibu hamil hingga di bawah 20 persen hanya dalam waktu 10 tahun.
BACA JUGA:Ramai Ibu Hamil Tak Boleh Naik Pesawat Komersial, Bagaimana Aturannya?
BACA JUGA:Amankah Ibu Hamil Naik Pesawat? Simak Penjelasan Dokter Kandungan Berikut Ini
"Bayangkan, 10 tahun bisa turun di bawah 20 tahun. Kita masih di atas itu. Jauh kita," ujar Budi di Aula IMERI FKUI Salemba, Jakarta, 12 September 2024.
Menurutnya, hanya ada tiga kunci untuk bisa menurunkan angka kematian ibu hamil.
"Simpel. (Pertama), semua persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang terakreditasi. Yang kedua, tenaganya harus kompeten. Yang ketiga, gratis," bebernya.
Dokter spesialis kandungan urogin ini lantas membeberkan kenyataan di Indonesia. Di mana, masih banyak ibu hamil yang melahirkan di puskesmas.
BACA JUGA:Link dan Cara Cek Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2024, Jangan sampai Kelewat!
Padahal, penanganan ibu yang melahirkan sangat krusial, terutama ketika terjadi pendarahan.
"Pendarahan kalau ibu itu terjadi maksimal 30 menit. Itu maksimal. Bisa saja 5 menit, kalau bleeding 10 menit, lewat (meninggal dunia)," tandasnya.
Oleh karena itu, ia menekankan perubahan regulasi yang bisa mengatur alur penanganan ibu hamil dan melahirkan, khususnya sistem jenjang rujukan.
"Ibu ditolong dulu di puskesmas. Kalau sudah tidak bisa, naik ke atas, naik lagi ke atas. Mati ibunya sudah," tekannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: