Batik Sering Diklaim Negara Tetangga, Perlukah Waspada?

Batik Sering Diklaim Negara Tetangga, Perlukah Waspada?

Penanggung Jawab Unit Museum Batik Indonesia Indonesian Heritage Agency (IHA) Archangela Y. Aprianingrum-Annisa Amalia Zahro-

"Kalau yang ditetapkan oleh UNESCO ada satu lagi, sebenarnya mirip-mirip batik namanya Kalagayu dari Azerbaijan, tetapi tidak tulis ya, hanya block print cap saja dan capnya kayu," tambahnya.

BACA JUGA:Ini Kiat Kemenperin Atasi Industri Batik di Indonesia yang Melemah

Ia juga mencontohkan teknik membuat kain tradisional selain batik yang juga memiliki penamaan masing-masing di suatu daerah.

"Sebenarnya di negara lain ada, karena teknik merintang warna itu seperti tadi, kain Toraja dan Simbut, suatu teknik yang umum gitu. Namun punya nama masing-masing. Kalau nama batik, ya dari Indonesia."

Sedangkan di Indonesia sendiri seni membatik berkembang jauh lebih pesat dibanding negara lain.

"Dan kalau bisa dibilang, seluruh bangsa Indonesia kalau dicek, pasti dirumahnya punya lah batik. Jadi kalau di negara lain memang ada, tapi berkembangnya di masyarakat kecil saja, tidak menyeluruh seluruh Indonesia. Jadi tenang saja," tandasnya.

BACA JUGA:Tak Hanya Warisan Budaya, Batik Jadi Identitas Bangsa Indonesia

Oleh karena itu, masyarakat Indonesia tidak perlu takut budaya batik diklaim atau "dicuri" oleh negara lain.

"Tidak perlu takut, teman-teman bangsa Indonesia, karena yang paling berkembang itu memang di Indonesia, yang setiap orang, setiap rumah pasti punya," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: