Pojokan 224: Daulos
Kang Marbawi, 280724-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID - Ada sesal yang tak hilang di relung hati Romo Charles Beraf, pengajar Institute Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero Flores.
Sesal yang telah berurat berakar di dasar nuraninya itu terus tumbuh seiring berbilang tahun.
Sesal yang tak hilang itu, bermula pada beberapa tahun lalu, ketika perjalanan akan menghadiri sebuah konfrens di Batam, Riau. Menumpang sebuah maskapai penerbangan, transit di bandara Intenasional Soekarno Hatta, Cengkareng.
Ketika transit, dirinya melihat seorang anak perempuan belum 17 tahun, terlihat kebingungan sendiri. Nurani dan rasa kemanusiaannya tersentuh, Charles menghampiri anak itu dan bertanya.
“Kamu dari mana dan mau kemana nak?” tanya Romo yang bekerja di Paroki Detukeli, Keuskupan Agung Ende.
“Saya dari Kupang mau ke Batam,” jawab anak itu dengan wajah polos-lugu dan kebingungan.
“Kamu sama siapa nak?” tanya Romo Charles lagi
“Sendiri,” jawab anak itu. Sambil menunjukkan tiket dari kupang dan tiket transit ke Batam.
“Ada perlu apa kamu ke Batam?” tanyanya lagi.
“Ada bekerja Bapak,” kata anak perempuan itu.
“Mari saya bantu, kamu tidak usah takut, saya ini Romo. Dan kebetulan saya juga mau ke Batam,” terang Romo mengulurkan bantuan tulus.
Romo tertegun, anak sekecil itu, bisa lolos di bandara tanpa identitas diri-Kartu Tanda Penduduk/KTP.
“Kamu nanti dijemput siapa di Batam?” tanya Romo lagi.
“Ada Kakak nanti yang jemput,” terang di anak Perempuan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: