Pojokan 225: Petuah pertama

Pojokan 225: Petuah pertama

Dr. Mahnan Marbawi MA-Dok. BPIP-

JAKARTA, DISWAY.ID - Seperti halnya kepala sekolah dihari pertama siswa masuk sekolah. Memberi petuah adalah kewajiban “ain” yang harus ditunaikan. Soal siswanya mengerti atau tidak tentang petuah itu, perlu pengawasan para guru dan kakak kelasnya.

Begitupun yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto. Tak bedanya dengan pidato-pidato presiden terdahulu dan penguasa di dunia manapun. Pidato yang disampaikan pada 20 Oktober 2024 ini, penuh semangat dan menggelegar.

BACA JUGA:Pojokan 224: Daulos

Seolah sedang dalam peperangan menyemangati anak buah untuk menang dalam pertempuran. Yang tak kalah penting, pidato itu isinya petuah hebat yang harus direnungkan, dikunyah-kunyah dan kemudian ditelan serta dijalankan oleh para menterinya.

Sebab petuah itu laksana undang-undang yang harus ditaati hingga akhir hayat jabatan bahkan dibawa ke liang kubur. Tidak boleh dibengkokan atau disimpan di lipatan gorden jendela ruang kerja.

Tanpa teks, Presiden Prabowo menyampaikan petuahnya selama 53 menit. Setelah memuji keberhasilan para pendahulunya, diantara petuah presiden ke delapan ini meminta hadirin khususnya yang akan menjadi pembantu presiden, “harus membeli cermin”.

“Marilah kita berani mawas diri, menatap wajah sendiri, dan mari berani memperbaiki diri sendiri, mari berani mengoreksi diri kita sendiri,” katanya.

“Menatap wajah sendiri” artinya bercermin untuk melakukan introspeksi diri terhadap laku hidup pribadi, para pejabat, penguasa dan pemimpin saat ini dan sebelumnya.

BACA JUGA:Pojokan 223: Antre

Coba lihat baik-baik wajah yang telah dikenakan sekian puluh tahun tersebut dan telah menghasilkan wajah-wajah baru keturunannya. Disuruh bercermin bukan untuk menilik di wajah ada tai lalat di hidung atau kerutan di jidat. Atau apakah glowing wajah yang perlu ditambah atau dikurangi. Tentu bukan itu.

Wajah yang diinginkan oleh presiden adalah wajah pejabat yang mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia di atas segala kepentingan golongan apalagi kepentingan pribadi. Prabowo juga mengingankan wajah para menterinya tidak mudah tersenyum jika melihat angka statistik, tanpa melihat kenyataan lapangan.

Sebab menurutnya, angka bisa menipu. Seperti janji para politisi ketika kampanye.

Wajah yang diinginkan Prabowo adalah wajah yang bisa menjadi teladan di dipercaya mengemban amanah yang dititipkan rakyat.

“Kita harus ingat bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat, kedaulatan itu adalah kedaulatan rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat, kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat”.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads