Sri Mulyani Beberkan Dampak Kemenangan Trump Terhadap Perekonomian, Ekonom Singgung Produk Domestik dan Relaksasi Aturan Lingkungan
Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai dampak kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah menuai beragam kekhawatiran di kalangan masyarakat.-tangkapan layar X@MedyaAktyalite-
JAKARTA, DISWAY.ID - Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai dampak kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah menuai beragam kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Kini, sejumlah pihak mulai melakukan antisipasi terhadap risiko kebijakan proteksionisme dan energi yang mungkin akan ditekankan oleh Trump.
Menurut keterangan Ekonom sekaligus Dosen Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Jakarta, Achmad Nur Hidayat, langkah antispasi memang sudah harus diterapkan untuk menghadapi perubahan kebijakan ekonomi global oleh Trump.
BACA JUGA:Surat Tom Lembong dari Penjara Diserbu Netizen: Usut Hingga Presiden
BACA JUGA:Sociolla Spill Tren Kosmetik dan Kecantikan Tahun 2025 dari Makeup hingga Skincare
Salah satu dampak tersebut, menurut Achmad, adalah produksi domestik dan relaksasi aturan lingkungan berpotensi meningkatkan pasokan minyak AS secara signifikan.
"Dalam konteks ini, harga minyak dunia bisa turun akibat bertambahnya pasokan dari produsen besar seperti Amerika Serikat, yang dapat berdampak besar bagi negara pengimpor minyak seperti Indonesia," ujar Achmad saat dihubungi oleh Disway.Id pada Sabtu 9 November 2024.
Menurut Achmad, penurunan harga minyak memang menguntungkan Indonesia sebagai pengimpor, tetapi volatilitas ini juga bisa berpotensi untuk memengaruhi stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.
BACA JUGA:Diduga Jadi Korban TPPO, 23 Calon Pekerja Migran Gagal Berangkat dari Bandara Soetta
BACA JUGA:Update Prakiraan Cuaca di Jabodetabek 10 November 2024, Awas Tangerang Hujan Petir!
Di sisi lain, kemenangan Trump dapat memperkuat sentimen positif terhadap dolar AS, yang kemudian menekan nilai tukar rupiah dan menjadi tantangan yang perlu diantisipasi Indonesia.
"Meski depresiasi rupiah di bawah tekanan dolar mungkin tidak lebih buruk dibandingkan mata uang lain, Indonesia tetap harus waspada terhadap potensi volatilitas ini," terangnya.
"Potensi fluktuasi nilai tukar yang tinggi bisa berdampak pada kondisi fiskal negara, terutama dalam hal pembiayaan defisit anggaran," tambah Achmad.
Selain dampak langsung terhadap harga minyak dan nilai tukar, yang lebih penting untuk diperhatikan adalah tantangan dalam pembiayaan defisit melalui Global Bond.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: