Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya Hadirkan FGD Ke-4: Budaya Kuatkan Pemberdayaan dan Kepemimpinan Profetik Pada Masyarakat
Forum Grup Diskusi (FGD) Kebudayaan ke-4 bertajuk ‘Kepemimpinan Profetik Untuk Pemberdayaan Masyarakat’ di Gedung Filantropi, Jakarta.-ist-
"Jadi, mari kita gelorakan promosi budaya nasional untuk teman-teman kita, untuk adik-adik kita, generasi-generasi muda, bahwa budaya yang kita miliki benar-benar luar biasa. Budaya ini akan membawa kita pada kemakmuran bangsa Indonesia. Kita yakin bahwa Indonesia mampu berjaya di kancahnya hingga saat ini," tandas Emilia.
Di sisi lain Sri Sultan Hamengkubuwono X, dalam sambutannya yang diwakili oleh Ketua Paguyuban Suluk Nusantara, Bambang Wiwoho mengatakan, “Bahwa dalam upaya pengentasan kemiskinan, budaya dan pemberdayaan masyarakat, harus menjadi fondasi utama yang menggerakkan setiap lapisan bangsa ini. Membawa kita dari sekadar membangun angka, melainkan menjadi gerakan untuk mencipta sebuah peradaban yang adil dan sejahtera”.
BACA JUGA:Selamat Jalan dr Mohammed Shabat, Relawan Medis Dompet Dhuafa di Gaza, Syahid bersama Keluarganya
Pada bingkai keistimewaan Yogyakarta, konsep "Gumrégah" atau “Bangkit Bersama” bukan sekadar simbol, tetapi panggilan yang menggugah kesadaran akan kekuatan budaya, dalam menyatukan langkah menuju kesejahteraan. Di sinilah inti renaisans—kebangkitan yang memanusiakan dan memuliakan setiap insan bangsa.
“Untuk mencapainya, pendidikan karakter menjadi kunci. Dari sekadar “mindset” menuju “culture-set”, pendidikan karakter adalah upaya mendasar dalam membentuk masyarakat yang literat, mandiri, dan penuh empati. Kita tidak sekadar mengajarkan nilai, tetapi menanamkan karakter yang mengakar dan tumbuh, menjadi budaya hidup yang menyatu dalam diri setiap individu,” ujarnya.
Pada FGD ke-4 menampilkan seni budaya ketoprak dengan mengangkat kisah ande-ande lumut dengan dukungan para seniman dari Jawa Timur hingga artis-artis nasional. Gelaran pentas budaya ketoprak hari itu merupakan sebuah gagasan kreatif yang lahir dari keresahan sekaligus kekayaan warisan budaya Indonesia.
Lakon utamanya diperankan langsung oleh Parni Hadi selaku Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika sebagai Raja Jenggala, sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur, diikuti Widyanto Dwi Nugroho sebagai Ande Ande Lumut, lalu Maria Lusiani Tjahjanadewi sebagai Klenting Kuning. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: