Rasio Guru 1:15 Diklaim Sudah Ideal, Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Sering Jadi Jabatan Politik

Rasio Guru 1:15 Diklaim Sudah Ideal, Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Sering Jadi Jabatan Politik

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti--Annisa Zahro

JAKARTA, DISWAY.ID - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengungkapkan rasio guru sudah ideal saat ini hanya saja masih ada permasalahan distribusi guru.

Hal ini menyebabkan adanya fenomena sekolah kekurangan dan kelebihan guru.

Padahal, Mu'ti menyebut bahwa rasio guru-murid di Indonesia sudah cukup ideal.

BACA JUGA:Mendikdasmen Sepakat Guru PPPK Ditugaskan di Sekolah Swasta, Tulis Surat ke Prabowo

"Data yang kami terima dari Ibu Dirjen (GTK) dan juga dari kawan-kawan saya di kalangan eselon 1, rasio guru-murid di Indonesia sebenarnya sudah cukup, 1:15, itu kan sudah sangat ideal sebenarnya," kata Mu'ti ketika ditemui usai Diskusi Kelompok Terpumpun di Jakarta, 19 November 2024.

Akan tetapi, realitas di lapangan, ia menemukan ada sekolah-sekolah yang memang tidak ada guru, 1 sekolah 1 guru. Sementara ada pula sekolah yang gurunya justru berlebih.

Menurutnya, hal ini berkaitan dengan sistem rekrutmen dan pembinaan guru yang dalam beberapa kasus tidak bisa lepas dari sistem otonomi daerah.

BACA JUGA:KPU DKI Jakarta Ingatkan Besok Batas Waktu Pengurusan Pindah Memilih Pilgub

"Kami juga mendapatkan banyak data di mana guru bidang studi tertentu juga masih sangat kurang, termasuk di dalamnya guru olahraga, kemudian guru agama, dan juga guru kelas," paparnya.

Tak hanya itu, ia juga mendapati fenomena di mana guru menjadi jabatan politis di pemerintahan daerah lantaran mendukung salah satu paslon kepala daerah pada masa kampanye.

BACA JUGA:5 Contoh Puisi Hari Guru Nasional 2024 yang Singkat Penuh Kesan, Bisa Jadi Referensi Siswa!

"Memang problemnya adalah pada distribusi yang dalam beberapa hal sekali lagi sangat berkait dengan tidak hanya sistem pemerintahan otonomi daerah tapi juga karakter kepemimpinan daerah-daerah tertentu sehingga guru seringkali menjadi jabatan politik."

"Guru-guru yang mendukung bupati/walikota yang menang itu mungkin bisa langsung promosi kepala dinas, kalau mendukung yang kalah langsung dipindahkan ke daerah yang tidak ada sinyal," lanjutnya.

Hal ini, Mu'ti mengakui bahwa pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk bertindak.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads