bannerdiswayaward

Mengenal CAPD untuk Pengobatan Gagal Ginjal Kronis, Apa Bedanya dengan Cuci Darah?

Mengenal CAPD untuk Pengobatan Gagal Ginjal Kronis, Apa Bedanya dengan Cuci Darah?

Mesin hemodialisis yang digunakan untuk pasien cuci darah.-Istimewa-

JAKARTA, DISWAY.ID - Gagal ginjal kronis yang telah memasuki tahap akhir—atau end stage renal disease (ESRD)—menuntut pengobatan seumur hidup berupa terapi pengganti ginjal.

Selama ini, kebanyakan orang mengenal hemodialisis atau yang lebih dikenal dengan sebutan “cuci darah” sebagai pilihan utama.

Namun, ada satu metode alternatif yang tak kalah efektif, bahkan menawarkan lebih banyak fleksibilitas: CAPD atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis.

Meski keduanya sama-sama bertujuan menyaring racun dan kelebihan cairan dari tubuh, CAPD dan hemodialisis memiliki mekanisme kerja dan pengalaman pasien yang sangat berbeda.

BACA JUGA:Mengenal Pruritus Uremik, Kondisi Gatal-gatal Kulit pada Pasien Gagal Ginjal Kronis

Apa Itu CAPD?

Dilansir dari Healthline, CAPD merupakan salah satu bentuk dialisis peritoneal, yakni metode cuci darah yang memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum) sebagai alat penyaring alami.

Cairan dialisis steril dimasukkan ke dalam rongga perut melalui kateter khusus yang telah dipasang secara permanen di perut.

Cairan ini akan menyerap limbah dari pembuluh darah di lapisan peritoneum selama beberapa jam, lalu dikeluarkan dan diganti dengan cairan baru.

Proses ini biasanya dilakukan sebanyak 3 hingga 5 kali sehari, dan uniknya tidak memerlukan mesin sama sekali.

Karena itulah CAPD bisa dilakukan sendiri di rumah atau bahkan saat beraktivitas ringan, asalkan lingkungan tetap bersih dan prosedur dijalankan dengan benar.

BACA JUGA:FIX! Saldo DANA Gratis Langsung Cair Malam Ini 22 Juni 2025, Klaim Sekarang Rp772.000, Cek Nomor WA

Hemodialisis: Proses dan Kekhasannya

Berbeda dengan CAPD, hemodialisis menyaring darah di luar tubuh menggunakan mesin yang disebut dialyzer.

Mesin ini bekerja seperti ginjal buatan yang mengambil darah dari tubuh, membersihkannya dari zat sisa, lalu mengembalikannya ke dalam tubuh.

Karena prosesnya memerlukan sirkulasi darah keluar-masuk tubuh, pasien harus memiliki akses khusus yang dibuat melalui pembedahan—biasanya berupa fistula atau graft di lengan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads