Taufik Hidayat Soroti Peran Psikolog di Pelatnas: Yakin Hanya Butuh Psikolog?

Taufik Hidayat Soroti Peran Psikolog di Pelatnas: Yakin Hanya Butuh Psikolog?

Taufik Hidayat Soroti Peran Psikolog di Pelatnas: Yakin Hanya Butuh Psikolog?-Disway/Dimas Rafi-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat buka suara perihal pentingnya peran psikolog di Pelatihan Nasional (Pelatnas), Cipayung, Jakarta Timur.

Selain itu, ia berpendapat bahwa ada banyak aspek yabg harus diperhatikan untuk melakukan pembinaan para atlet.

BACA JUGA:Kalender Hijriah Global Tunggal Resmi Diterapkan Muhammadiyah, NU Konsisten Rukyatul Hilal

BACA JUGA:Pinjaman Rp200 Juta dari KUR BNI 2025 Ternyata Cicilannya Ringan! Cek Tabel Angsuran Lengkapnya di Sini

Pernyataan Taufik tersebut menyusul pengakuan pemain tunggal putri Indonesia, Komang Ayu Cahya Dewi yang sempat mencari bantuan psikolog di luar pelatnas guna meningkatkan kesejahteraan mentalnya.

"Yakin hanya butuh psikolog? Karena tidak hanya psikolog, butuh sinergi yang lain. Kami [federasi dan atlet] harus duduk bersama, benar tidak hanya psikolog? Seakan-akan yang dibilang PBSI itu salah," tanya Taufik di Jakarta pada Rabu, 25 Juni 2025.

Wakil  Ketua Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menekan bahwa pihaknya sudah menyiapkan segala bentuk fasilitas termasuk psikologi untuk para atlet. 

BACA JUGA:Hari Bhayangkara ke-79, Menteri Karding Apresiasi Kinerja Polri Lindungi Pekerja Migran

BACA JUGA:Kejagung Sambut Baik Penerbitan PP Justice Collaborator, Kapuspenkum: Bisa Ungkap Kasus Besar

Namun, kata Taufik, untuk mencari seorang pakar psikolog membutuhkan waktu.

"Kami sudah siapkan semua dan (cari) psikolog itu tidak mudah. Ada yang bisa personal, ada yang general di hal-hal besar. Tidak mudah, lho," tegasnya.

Taufik menegaskan, psikolog memang sudah disediakan oleh PBSI. Namun, tantangan muncul ketika psikolog yang ditunjuk itu berganti-ganti orang.

Karena itu, persoalan psikolog akan menjadi salah satu aspek yang ingin dinilai PBSI.

"Pernah ada (psikolog). Tapi ganti lagi karena atlet yang merasakan. Kalau terus kami paksakan tapi besok, lusa, ganti-ganti karena mereka tidak cocok, mati lah kita," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads