Cerita Para Nakes Berjuang di Lautan Demi Nyawa, Operasi Pasien Meski Kapal Dihantam Ombak

Cerita Para Nakes Berjuang di Lautan Demi Nyawa, Operasi Pasien Meski Kapal Dihantam Ombak

Selama tiga minggu bertugas sebagai perawat relawan di Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II,--Istimewa

“Pasien memberikan buah-buahan. Itu bentuk terima kasih mereka. Sesuatu yang tidak saya dapatkan waktu kerja di kota,” ungkap Parlin.

Gavriel Gregorio Singgih (26), seorang dokter muda dari Jakarta, juga meninggalkan hiruk pikuk ibu kota demi mengabdi di ujung timur Indonesia. Impiannya sejak masih koas adalah bergabung dalam misi medis seperti ini.

“To reach the unreachable,” katanya.

BACA JUGA:Ramai THR Nakes dan Pegawai RS Sardjito Dipotong, Dirut Tegaskan Sudah sesuai Aturan

Selama dua bulan masa operasi RS Kapal di Papua Barat Daya, sebanyak 35 tenaga medis lintas profesi—mulai dari dokter spesialis, perawat, apoteker hingga bidan—turun tangan secara sukarela.

Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II saat ini tengah melayani masyarakat di tujuh distrik wilayah Waigeo Utara, tanpa memungut biaya sepeser pun.

Seluruh operasi dan pelayanan kesehatan didanai oleh kolaborasi antara doctorSHARE dan PT Pertamina International Shipping (PIS), melalui program CSR bertajuk “BerSEAnergi untuk Laut.”

BACA JUGA:Young Lex Diterpa Isu Cerai dari Eriska Nakesya: Diduga Suka Selingkuh dengan Banyak Wanita

“Kami percaya, setiap orang berhak atas akses layanan kesehatan, di manapun mereka berada,” ujar Muhammad Baron, Corporate Secretary PIS.

Satu hal yang pasti, di atas kapal yang tak pernah diam karena gelombang, para relawan medis membuktikan bahwa pengabdian sejati kadang hadir bukan dari tempat yang nyaman—melainkan dari keberanian untuk tetap berdiri, bahkan saat lantainya bergoyang.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads