bannerdiswayaward

Kemenkes Dorong Integrasi Kurikulum AI dalam Pendidikan Kedokteran Nasional

Kemenkes Dorong Integrasi Kurikulum AI dalam Pendidikan Kedokteran Nasional

Kemenkes Dorong Integrasi Kurikulum AI dalam Pendidikan Kedokteran Nasional-Disway/Hasyim Ashari-

JAKARTA, DISWAY.ID– Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menegaskan komitmennya dalam modernisasi sektor kesehatan Indonesia.

Setelah mengumumkan rencana pengembangan tiga teknologi berbasis AI, termasuk 'ChatGPT versi kesehatan', Kemenkes kini tengah menyusun strategi untuk mengintegrasikan kurikulum teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) ke dalam program studi (prodi) kedokteran di seluruh Indonesia.

BACA JUGA:Kronologi Bentrokan Ormas di Pemalang, Dari Sudut Pandang Habib Rizieq

BACA JUGA:5 Tablet Terbaik 2025 Buat Kuliah Makin Produktif, Harga Mulai Rp1,9 Juta! Cek Rekomendasinya

Langkah progresif ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi dokter masa depan yang cakap teknologi dan siap menghadapi era revolusi industri 4.0 di bidang medis.

Menjawab Kebutuhan Era Kesehatan Digital

Setiaji, S.T., M.Si selaku Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan & Ketua Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (TTDK), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan bahwa sudah ada kurikulum yang sudah berjalan saat ini yaitu Digital Rekamedis Elektronik.

"Ya, yang sudah itu lebih kepada digital rekamedis elektronik," ujar Setiaji kepada awak media, Rabu 23 Juli 2025.

BACA JUGA:Polisi Gerebek Pembuatan Oli Palsu di Meruya Jakbar, 4 Pelaku Diciduk

BACA JUGA:Link dan Cara Cek Bansos PIP Termin 2 2025 Lewat Online, Klik pip.dikdasmen.go.id

"Karena memang kita startnya kan dari rekamedis elektronik, itu sudah masuk di dalam kurikulum untuk yang kedokteran. Sehingga begitu dokternya keluar sudah paham terhadap kodifikasi misalnya LOHI, ACGT, dan lain sebagainya," sambungnya.

Namun, sayangnya kurikulum berbasis AI belum resmi masuk ke program studi kedokteran. Meski demikian, AI diharapkan dapat diproyeksikan ke dalam program studi Kedokteran di masa depan.

"Nah kemudian yang AI ini memang belum kita masukkan, diharapkan nanti kurikulum kedepannya bisa kita masukkan, biar minimal satu mata kuliah terkait dengan AI tadi, sehingga dokter bisa langsung menggunakan AI dengan lebih paten," ujar Setiaji kepada awak media, Rabu 23 Juli 2025.

"Ini bukan tentang menggantikan peran dokter, melainkan memberdayakan mereka dengan teknologi untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih presisi, efisien, dan personal," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads