bannerdiswayaward

Kematian DBD Paling Banyak Serang Anak Usia 5–14 Tahun, Ini Tips Dokter untuk Para Ibu

Kematian DBD Paling Banyak Serang Anak Usia 5–14 Tahun, Ini Tips Dokter untuk Para Ibu

Tahukah, ternyata anak-anak paling rentan dan berisiko mengalami DBD yang berujung kematian.--Istimewa

JAKARTA, DISWAY.ID  –  Tahukah, ternyata anak-anak paling rentan dan berisiko mengalami DBD yang berujung kematian.

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan di Indonesia, dan anak-anak usia 5–14 tahun tercatat sebagai kelompok paling rentan mengalami kematian akibat DBD.

Hal ini diungkapkan dalam talk show bertajuk “Peran Ibu Sebagai Penjaga Keluarga” yang digelar dalam rangkaian acara 13th Annual Women’s Health Expo & Bazaar 2025 di Jakarta.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI hingga minggu ke-25 tahun 2025, tercatat 79.843 kasus DBD dengan 359 kematian, dan anak-anak menjadi korban terbanyak dalam tujuh tahun terakhir.

BACA JUGA:Jangan Remehkan DBD! Tasya Kamila Bagikan Cara Lindungi Anak dengan 3M Plus dan Vaksin

Anak Rentan, Ibu Harus Waspada

dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, mengingatkan bahwa anak-anak bukan hanya mudah tertular, tetapi juga berisiko tinggi mengalami gejala berat bahkan kematian.

“Data menunjukkan kematian akibat dengue paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5–14 tahun. Mereka sangat rentan dan perlu perlindungan serius,” ujar dr. Bernie.

Ia menjelaskan bahwa dengue memiliki tiga fase: fase demam tinggi, fase kritis (demam turun), dan fase penyembuhan. Gejala awal biasanya berupa demam tinggi, mual, muntah, nyeri otot, dan bintik merah (petekie).

BACA JUGA:Pernah Kena DBD? Infeksi Kedua Bisa Lebih Mematikan, Ayo Buruan Vaksin

Yang harus diwaspadai adalah fase kritis, karena bisa berkembang menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) yang dapat memicu perdarahan hebat dan kegagalan organ.

Yang lebih mengkhawatirkan, infeksi dengue kedua bisa jauh lebih berbahaya.

“Anak yang sudah pernah terkena dengue tetap bisa terinfeksi lagi, dan infeksi kedua justru bisa lebih parah,” jelasnya.

BACA JUGA:DPR dan Kemenkes Siap Bebaskan Indonesia dari Kematian akibat DBD pada 2030

Pencegahan adalah Kunci: 3M Plus dan Vaksinasi

Karena hingga kini belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan DBD, dr. Bernie menekankan pentingnya pencegahan, terutama melalui:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads