Haedar Nashir: Maulid Nabi Momentum Meneguhkan Cinta, Damai dan Persatuan

YOGYAKARTA, DISWAY.ID – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kembali menjadi momen penting bagi umat Islam untuk meneguhkan cinta sekaligus meneladani akhlak dan ajaran Rasulullah.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan bahwa dalam sejarah hidup Nabi, kita menemukan sosok pembawa wahyu sekaligus pribadi yang menghadirkan perdamaian, persaudaraan, dan persatuan di tengah masyarakat yang penuh konflik.

“Nabi tidak membangun peradaban dengan permusuhan, melainkan dengan perjanjian, pengakuan hak, dan penghargaan terhadap keberagaman,” ujar Haedar dikutip dari laman Suara Muhammadiyah, Sabtu (6/9/2025).

BACA JUGA:Innalillahi! Arif Budimanta, Ekonom dan Eks Stafsus Jokowi Berpulang di Usia 57 Tahun

Piagam Madinah & Hudaibiyah: Teladan Strategi Damai

Haedar mencontohkan Piagam Madinah sebagai bukti nyata bagaimana Nabi membangun tatanan sosial-politik yang adil dan damai.

Peristiwa lain adalah Perjanjian Hudaibiyah. Meski sekilas merugikan kaum Muslimin karena gagal menunaikan umrah, Nabi Muhammad memilih jalan damai dengan penuh kesabaran.

“Kesabaran Nabi saat itu mengajarkan bahwa perdamaian bukan tanda kelemahan, melainkan strategi mulia yang membuka jalan kemenangan lebih besar,” jelas Haedar.

Hajar Aswad: Solusi Bijak Meredam Konflik

Haedar juga mengingatkan kisah ketika suku Quraisy berselisih soal siapa yang berhak mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya.

Dengan kebijaksanaan, Nabi menawarkan solusi sederhana: batu suci itu diletakkan di atas bentangan kain dan diangkat bersama-sama oleh para pemimpin suku.

Nabi kemudian meletakkan sendiri Hajar Aswad, sehingga perselisihan berakhir damai.

BACA JUGA:Kenalkan Asta Mantra, Menko PMK Pratikno: Keluarga Harus Jadi Superhero Hadapi Disrupsi Digital

“Peristiwa ini menunjukkan bagaimana Rasulullah menjadi sosok penengah yang mampu meredam konflik, menghadirkan rasa keadilan, dan menyatukan hati banyak pihak,” ungkap Haedar.

Sumber: