Studi Cermata: 3 dari 4 Anak Indonesia Tak Dapat Kacamata Padahal Alami Gangguan Penglihatan
Menurut Project Leader dan Peneliti Utama CERMATA Dr. Kianti Raisa Darusman, SpM(K), Cermata ini merupakan pendekatan skrining yang belum pernah dilakukan di Indonesia,--Cermata
• Pelatihan 128 pendamping anak,
• Uji coba dan validasi pada 849 pelajar, serta
• Pemberian koreksi kacamata bagi anak-anak dengan gangguan refraksi.
BACA JUGA:Catat! Ini 4 Makanan yang Bisa Bantu Jaga Kesehatan Mata Anak
Khusus untuk integrasi Cermata dengan skrining kesehatan jiwa anak melalui kuesioner PedEyeQ, yang menilai fungsi visual, keterbatasan akibat kondisi mata, fungsi sosial, dan kekhawatiran anak.
Temuan Kunci: Hubungan Kesehatan Mata dan Kesehatan Jiwa
Hasil skrining awal Cermata menunjukkan:
• 40% anak memiliki gangguan penglihatan,
• 70% anak menunjukkan indikasi gangguan emosional,
• 50% anak mengalami masalah perilaku, dan
• 27% anak memiliki indikasi hiperaktivitas
BACA JUGA:5 Makanan Ini Bisa Jaga Kesehatan Mata Lho, Cocok Buat yang Kerja Seharian Depan Laptop
Dalam kesemaptan ini, Menteri Kesehatan RI 2014-2019 Prof. Nila F Moeloek yang juga merupakan penasehat utama dari program Cermata ini mengungkapkan program ini sangat baik untuk kesehatan publik di tanah air.
Melalui digitalisasi, skrining dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, termasuk di sekolah dan lingkungan rumah.
"Cermata juga didesain inklusif untuk anak-anak dengan disabilitas menggunakan alat bantu huruf E cetak. Platform ini telah melalui proses alih bahasa oleh penerjemah tersumpah dan memenuhi standar validitas ilmiah,” ungkap Nila yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Indonesia Health Development Center (IHDC) ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
