Menghormati Kiai dan Asatid: Warisan Akhlak dan Etika dari Rasulullah
Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Imam Jazuli memberi usulan terkait islah Yahya Cholil Staquf atau yang kerap disapa Gus Yahya dengan Rais 'Aam.-ist-
DALAM tradisi pesantren, penghormatan kepada kiai dan asatid merupakan bagian integral dari akhlak dan etika yang diajarkan. Penghormatan ini tidak hanya berupa tindakan fisik, seperti mencium tangan, membungkukkan badan, bahkan mencium kaki, tetapi juga mencakup sikap hati yang penuh hormat dan kasih sayang.
Penghormatan kepada guru dan orang yang lebih tua dalam ilmu agama merupakan warisan dari Rasulullah SAW. Dalam banyak hadits, Rasulullah SAW menekankan pentingnya menghormati guru dan orang yang lebih tua. Misalnya, dalam beberapa hadis shahih yang meriwayatkan cium tangan, sambil menunduk dan mematung, bahkan ada yang sampai mencium kaki Rasulullah, yaitu hadis dari Zarra' al-Abidy.
BACA JUGA:Menghormati Kiai dan Asatid: Warisan Akhlak dan Etika dari Rasulullah
Riwayat tersebut terdapat dalam beberapa kitab hadis, seperti Sunan Abi Dawud, Al-Adab al-Mufrad karya Imam Bukhari, dan riwayat lain yang sanadnya shahih dan hasan. Hadis ini menjelaskan bahwa sahabat mencium tangan dan kaki Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam setibanya mereka di Madinah.
Misalnya saja riwayat dari Az-Zarra’; ketika shahabat Nabi mencium tangan dan kaki Nabi Saw.
عَنْ الزارع العبدي وَكَانَ فِي وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ: لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا، فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ... (سنن أبي داود، 4/ 357)
Dari Az Zarra’ al Abidiy dia termasuk utusan Abdu Qais berkata: “Ketika kami sampai ke Madinah, kami bergegas turun dari kendaraan kami lalu kami mencium tangan dan kaki Nabi Muhammad ShallaAllah alihi wa sallam...”
Bahkan, ada riwayat orang Yahudi saja bersedia mencium tangan dan kaki nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar dan beberapa shahabat Nabi:
عن عَبْد الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ كَانَ فِي سَرِيَّةٍ مِنْ سَرَايَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَحَاصَ النَّاسُ حَيْصَةً... قَالَ: فَدَنَوْنَا فَقَبَّلْنَا يَدَهُ، فَقَالَ: «إِنَّا فِئَةُ الْمُسْلِمِينَ». (سنن أبي داود، 3/ 46)
Bahwasanya Abdullah bin ‘Umar bercerita kalau ia pernah berada di sebuah rombongan pasukan pengintai (sariyyah) Rasulullah Saw. Kemudian, pasukan melarikan diri dan saya termasuk di antaranya... Ibn ‘Umar berkata: “Kami kemudian mendekati Nabi dan mencium tangannya”. Nabi Saw. merespon dengan mengatakan: “saya adalah bagian dari umat muslim.”
Ada puluhan hadis serupa, selain itu, ada banyak hikayat bahwa para sahabat Rasulullah SAW juga menunjukkan contoh yang baik dalam menghormati guru dan orang yang lebih tua. Mereka akan berdiri mematung ketika Rasulullah SAW datang, dan mereka akan mencium tangannya sebagai tanda penghormatan.
Hal tersebut sudah dicontohkan Sayyidina Ali saat mencium tangan dan kaki dari pamannya; Abbas bin Abdul Muthalib:عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيًّا يُقَبِّلُ يَدَ الْعَبَّاسِ وَرِجْلَيْهِ. (الأدب المفرد، ص: 339)
BACA JUGA:Memahami Keragaman Tradisi Pesantren
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
