bannerdiswayaward

Menghormati Kiai dan Asatid: Warisan Akhlak dan Etika dari Rasulullah

Menghormati Kiai dan Asatid: Warisan Akhlak dan Etika dari Rasulullah

Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Imam Jazuli memberi usulan terkait islah Yahya Cholil Staquf atau yang kerap disapa Gus Yahya dengan Rais 'Aam.-ist-

BACA JUGA:Menghidupkan Spirit Pancasila

Dari Shuhaib berkata, saya melihat Ali RadhiyaAllahu anhu mencium kedua tangan Abbas atau kakinya dan berkata, Wahai pamanku! Berikanlah keridhaan kepadaku.

Perlu diingat bahwa tindakan Sayyidna Ali ini menunjukkan bahwa ia menghormati pamannya, tidak hanya sebagai orang yang lebih tua dan memiliki hubungan kekerabatan, tetapi juga karena kealiman dan kesolehannya. Dalam budaya Arab pada saat itu, mencium tangan dan kaki seseorang sebagai tanda penghormatan dan kesyukuran adalah hal yang biasa, sama sekali bukan kemusyrikan. Contoh seperti itu kemudian diikuti oleh generasi-generasi selanjutnya, termasuk para ulama dan kiai di Nusantara.

Penghormatan kepada kiai dan asatid juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Pertama, penghormatan ini menunjukkan kesyukuran dan penghargaan atas ilmu dan jasa yang telah diberikan. Kedua, penghormatan ini juga menunjukkan kesadaran akan posisi dan peran kiai dan asatid sebagai pewaris Nabi. Dalam tradisi Islam, ulama dianggap sebagai pewaris Nabi, karena mereka mewarisi ilmu dan hikmah yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.

Tradisi Pesantren

Salah satu kitab yan populer di Pesantren adalah kitab Talimul Mutaallim karya Azzarnuji. Salah satu doktrin yang mengikuti sunnah nabi dan salafus soleh dalam kitab terabut menyebut:

 اعلم بأن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به الا بتعظيم العلم وأهله وتعظيم الاستاذ وتوفيره 

Ketahuilah, sesungguhnya para pencari ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan mengamalkannya kecuali dengan menghormati ilmu dan pemiliknya, mengormati guru (kiai) dan memuliakannya.

Dalam tradisi pesantren, penghormatan kepada kiai dan asatid diwujudkan dalam berbagai bentuk dan itu secara ushul bersumber dari sunnah dan kitab mu'tabarah. Misalnya, santri akan mencium tangan kiai, membungkukan badan, bahkan sampai "ngesot"  sebagai tanda penghormatan dan kesyukuran atas ilmu yang diberikan. 

BACA JUGA:Instruktur Berkualitas, Peserta Didik Naik Kelas

Sekali lagi, penghormatan ini memiliki makna filosofis yang3 mendalam dan diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk mencium tangan, membungkukkan badan, dan mencium kaki. Dengan menghormati kiai dan asatid, santri menunjukkan kesyukuran dan penghargaan atas ilmu dan hikmah yang diberikan, serta kesadaran akan posisi dan peran kiai dan asatid sebagai pewaris Nabi.

Selain itu, dalam tradisi pesantren, penghormatan kepada kiai dan asatid merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pembentukan karakter. Penghormatan ini bukan hanya ditujukan kepada kiai dan asatid sebagai individu, tetapi juga kepada ilmu dan hikmah yang mereka wakili. Dengan demikian, penghormatan ini menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan intelektual santri. Wallahu'alam.

bishawab

*) Pengasuh Ponpes Bina Insan Mulia, Cirebon.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads