KESADARAN GEOPOLITIK
Ace Hasan Syadzily (Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional/Lemhannas RI)--
Dengan kesadaran geopolitik atas eksistensi kebangsaan kita, warga negara akan menjadi pengguna media sosial atau netizen yang cerdas.
Kita akan memiliki kewaspadaan terhadap berbagai isu yang menjadi agenda kepentingan kekuatan lain yang ingin melemahkan rasa kebangsaan kita.
BACA JUGA:Menagih Janji Program Teknokrasi 'Bappenas NU' Model Erick Thohir di Lakpesdam
BACA JUGA:Kesehatan Gigi Masyarakat Indonesia: Antara Kebutuhan dan Ketersediaan Dokter Gigi
Kita harus dapat memilah, mencerna dan memilih mana isu-isu yang produktif bagi bangsa kita.
Kita tidak boleh menjadi bagian dari proxy kepentingan dan agenda kekuatan asing untuk melemahkan kita.
Kita harus menjadi warga dunia maya atau nitizen yang memperkuat literasi digital kita.
Kesadaran geopolitik ini harus terus ditanamkan agar kita menyadari bahwa persaingan antar negara saat ini bukan saja hanya pertarungan fisik berupa kekuatan pertahanan negara.
Kemampuan negara untuk menunjukan kekuatan pertahanan negara itu penting.
Tapi hal itu tidak cukup.
Di era sibernetik ini, persaingan dan pertarungan antar negara menggunakan kekuatan teknologi informasi sebagai instrumen untuk saling mendominasi.
BACA JUGA:Kader Muhammadiyah juga Terlibat Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji, Mengapa Media Hanya Menyebut NU?
BACA JUGA:Ketika Kader Muhammadiyah dan NU Terlibat Dugaan Korupsi kuota Haji
Diseminasi untuk membangun nilai arus besar untuk mendominasi nilai dengan menggunakan teknologi informasi dan penggunaan kecerdasan buatan (AI) sudah menjadi bagian dari persaingan antar negara, terutama negara-negara adidaya.
Kita masih dikenal sebagai pengguna media sosial terbanyak di dunia, namun belum menjadi pengguna media sosial yang bijak dan cerdas.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: