bannerdiswayaward

Kesehatan Gigi Masyarakat Indonesia: Antara Kebutuhan dan Ketersediaan Dokter Gigi

Kesehatan Gigi Masyarakat Indonesia: Antara Kebutuhan dan Ketersediaan Dokter Gigi

Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya sedang malakukan praktik. -Dokumentasi FK UB-

VISI Indonesia Bebas karies 2030 menghadapi tantangan serius. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 memperlihatkan prevalensi karies penduduk Indonesia usia 3 tahun ke atas adalah 82,8%. Lalu, rata-rata indeks karies penduduk usia 6 tahun ke atas 5,4. Dan rata-rata indeks karies penduduk usia 3-5 tahun tahun ke atas 5,8. Data ini menunjukkan, rata-rata penduduk Indonesia memiliki 5-6 gigi karies atau berlubang. 

Bukti ilmiah memaparkan bahwa kondisi kesehatan gigi yang buruk dapat memengaruhi individu dalam hal terganggunya kualitas hidup, kehilangan produktivitas, dan beban finansial. Juga, mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kondisi kesehatan fisik secara menyeluruh. 

Yang juga tidak kalah pentingnya, kondisi kesehatan gigi yang buruk, secara nasional akan menciptakan beban pada sistem kesehatan. Studi Beban Penyakit Global (Global Burden of Disease Study) pada tahun 2015 mengestimasi, biaya langsung penyakit gigi mencapai USD356,80 miliar atau hampir Rp6.000 triliun dan biaya tidak langsung sebesar USD187,61 miliar atau Rp3.100 trilun.  Sehingga, total biaya penyakit gigi di seluruh dunia mencapai USD544,41 miliar atau setara Rp9.000 trilun.

Angka di atas diperoleh dengan menggunakan estimasi yang dikembangkan oleh Komisi Makroekonomi dan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).  Dengan juga mempertimbangkan nilai produk domestik bruto (PDB) dan tahun-tahun kehidupan yang disesuaikan dengan disabilitas.

Pendekatan Komprehensif Multidimensi

Masalah kesehatan merupakan masalah multifaktorial, termasuk kesehatan gigi. Sehingga, mengurai masalah kesehatan gigi juga perlu menggunakan pendekatan komprehensif multidimensi. 

Itu dilakukan dengan melakukan identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan gigi. Selanjutnya,  menyusun rencana strategis untuk menciptakan solusi.  

Dahlgren G dan Whitehead M tahun 1993, mengenalkan sebuah pendekatan bahwa kesehatan individu dipengaruhi oleh banyak faktor. Yaitu, gaya hidup individu, keluarga, lingkungan masyarakat, budaya, sosio ekonomi, sistem pendidikan, sistem kesehatan dan kebijakan nasional.

Untuk masalah kesehatan gigi, kesadaran pribadi tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut menjadi landasan fundamental. Kesadaran ini perlu ditingkatkan mulai dari pembiasaan menyikat gigi, gaya hidup bebas gula sampai dengan pengambilan keputusan berkunjung ke dokter gigi untuk kontrol rutin maupun saat membutuhkan penanganan profesional. 

Pada tataran ini, peran dokter gigi menjadi krusial. Yaitu sebagai edukator dan motivator sekaligus eksekutor memberikan layanan profesi saat dibutuhkan. 

Jumlah dan Penyebaran Dokter Gigi Masih Masalah

Yang jadi masalah, keberadaan dan pemerataan distribusi dokter gigi di Indonesia, masih jauh dari ideal . Data yang di rilis oleh organisasi profesi Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) tahun 2025 tercatat jumlah dokter gigi di Indonesia sebanyak 54.561 dan 11% di antaranya Adalah dokter gigi spesialis. Terkait penyebarannya 56% dokter gigi menetap di wilayah Jawa dan Bali dan daerah dengan ketersediaan dokter gigi terendah adalah Papua dan Maluku.

Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, rasio dokter gigi di Indonesia masih jauh dari ideal, menurut WHO. Diperlukan tambahan 10 ribu dokter gigi untuk melayani seluruh masyarakat Indonesia. 

Meluluskan dokter gigi memerlukan waktu yang panjang dan investasi yang besar. Saat ini Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia memiliki 45 anggota. Itu berarti, Indonesia saat ini memiliki 45 institusi yang mencetak dokter gigi. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads