Integrasi One Health: Peran Sentral Dokter Hewan dalam Mendukung Ketahanan Pangan

Integrasi One Health: Peran Sentral Dokter Hewan dalam Mendukung Ketahanan Pangan

Pemeriksaan hewan ternak-FOTO: FKH UB-

KETAHANAN pangan merupakan salah satu pilar fundamental bagi keberlangsungan suatu bangsa. Karena bukan sekadar ketersediaan bahan pangan, tetapi juga mencakup aspek keamanan, kualitas gizi, keberlanjutan, dan keterjangkauan. Sesuai dengan Program Prioritas Nasional Presiden Prabowo yang tertuang dalam Asta Cita, salah satu poin penting dalam program tersebut adalah mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa dengan menggerakkan sektor-sektor strategis, termasuk sektor pangan.

Kemandirian di bidang pangan bukan hanya soal mencukupi kebutuhan konsumsi, tetapi juga bagian dari menjaga kedaulatan negara. Upaya membangun ketahanan pangan nasional menjadi sangat relevan, karena ketika Indonesia mampu menghasilkan bahan pangan secara mandiri, maka kita tidak hanya mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga memperkuat ketahanan nasional secara menyeluruh. 

Dalam konteks ini, peran dokter hewan kerap kali kurang terlihat di permukaan. Karena ketika kita membicarakan ketahanan pangan, biasanya pikiran langsung tertuju pada petani, peternak, nelayan, atau industri makanan. Padahal ada satu profesi penting yang sering luput dari perhatian: Dokter Hewan. Peran mereka tidak hanya soal mengobati hewan peliharaan, tetapi jauh lebih luas – mereka memegang posisi yang sangat strategis dalam memastikan pangan yang kita konsumsi aman, sehat, dan tersedia secara berkelanjutan. Dokter hewan tidak hanya berurusan dengan kucing atau anjing kesayangan. Mereka berada di garda depan untuk menjaga kesehatan ternak: sapi, ayam, kambing, ikan, hingga unggas. Kesehatan hewan ternak sangat menentukan kualitas daging, susu, dan telur yang kita konsumsi sehari-hari. Hewan yang sehat berarti pangan yang aman bagi manusia.

Mengapa One Health Penting? 

Konsep One Health menurut World Health Organisation (WHO, 2017) adalah keterkaitan era antara kesehatan manusia yang tidak bisa dipisahkan dari kesehatan hewan dan ekosistem tempat mereka hidup. Konsep One Health muncul sebagai respons terhadap peningkatan kesadaran akan hubungan erat antara kesehatan manusia dan hewan, terutama dalam konteks penyebaran penyakit zoonosis seperti rabies, influenza, dan brucellosis, yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekaligus memukul ketersediaan pangan. Dokter hewan berperan penting dalam mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penyakit-penyakit tersebut.


Kegiatan pengabdian masyarakat FKH UB berupa pemberian bantuan suplemen untuk ternak ruminansia-FOTO: FKH UB-

Sejak tahun 2004, sejumlah organisasi kesehatan global seperti World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Organisation for Animal Health (WOAH – Dulunya OIE) mulai mengembangkan pendekatan lintas sektor untuk mengatasi ancaman penyakit yang melintasi batas spesies. Seiring berjalannya waktu, pengakuan akan pentingnya integrasi aspek kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan semakin meningkat. One Health menjadi landasan untuk mengembangkan kebijakan, strategi, dan program kesehatan global yang holistik. Organisasi internasional, pemerintah, akademisi, dan lembaga swasta bekerja sama dalam mempromosikan pendekatan One Health di tingkat global, regional, dan nasional. 

Integrasi Lintas Sektor

One Health telah menjadi landasan penting dalam menanggapi tantangan global seperti resistensi antibiotik, perubahan iklim (climate change) yang mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, serta penyebaran penyakit menular baru dan penyakit zoonosis yang dapat menjadi ancaman nyata, bukan hanya bagi kesehatan publik namun juga stabilitas pangan. Dokter hewan berperan penting dalam menutup celah integrasi ini. Penyakit hewan yang dapat menular ke manusia (zoonosis) seperti avian influenza, rabies, atau penyakit brucellosis, menjadi ancaman nyata bagi kesehatan publik sekaligus stabilitas pangan. Dengan sistem surveilans terpadu, dokter hewan mampu mendeteksi lebih dini penyakit, mencegah penyebarannya, dan meminimalkan kerugian ekonomi yang dapat mengganggu pasokan pangan hewani. 

BACA JUGA:Kunci Penyelamatan Program MBG

BACA JUGA:Kesehatan Gigi Masyarakat Indonesia: Antara Kebutuhan dan Ketersediaan Dokter Gigi

Selain itu, praktik veteriner yang berorientasi pada lingkungan juga memastikan bahwa produksi pangan hewani tidak merusak ekosistem. Dokter hewan juga berperan dalam mencegah penggunaan antibiotik berlebihan pada ternak. Hal ini penting untuk menghindari masalah resistensi antimikroba, yang bisa membahayakan manusia sekaligus mengganggu keberlanjutan produksi pangan di masa depan. Sehingga penggunaan antibiotik yang bijak (antimicrobial stewardship) dapat mengurangi risiko resistensi antimikroba, yang tidak hanya berbahaya bagi kesehatan manusia, tetapi juga mengancam keberlanjutan produksi pangan di masa depan.

Sinergi dan Implementasi One Health dalam Sistem Ketahanan Pangan  

Ketahanan pangan tidak dapat diwujudkan oleh satu pihak saja. Dokter hewan memegang peran sentral sebagai penghubung antara lintas sektor. Dalam mewujudkan ketahanan pangan, dokter hewan bersinergi dengan peternak, pemerintah, akademisi, dan industri. Melalui sinergi dengan peternak, dokter hewan membantu meningkatkan produktivitas ternak melalui edukasi manajemen kesehatan yang tepat, vaksinasi, biosekuriti dan pengendalian penyakit, serta peningkatan kesejahteraan hewan. Bersama pemerintah dan akademisi, Dokter Hewan berkontribusi pada pengembangan inovasi dan perumusan kebijakan kesehatan hewan, keamanan pangan, serta pengendalian zoonosis yang berdampak langsung pada ketersediaan pangan. Dengan industri, dokter hewan turut mengawal standar biosekuriti, kualitas produk, serta memastikan traceability dalam rantai pasok pangan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads